◇ ; the truth

536 112 29
                                    

Im not playing when I said waktunya ngebut. Hwhw

Selamat menikmatiii



💗💫💌











"Sorry, ya, waktu itu gue nggak bisa datang karna ada janji sama klien." Pamela menyentuh punggung tangan Jenira. "Lo baru pulang sekolah?"

"Iya nggak papa, Pam. Lagipula di waktu yang sama aku juga ada janji sama guru les privateku. Iya aku baru pulang, dan aku cuma punya sedikit waktu karna sebentar lagi ada bimbel."

Jenira bergerak membenarkan posisi duduknya, mengundang tatapan bertanya Pamela. "Lo nggak apa-apa?"

"It's fine, hari terakhir haid. Tapi nggak apa-apa si."

Pamela mengangguk. "Oke, gue nggak akan lama. Wait? Lo les private dan bimbel juga?" Alis Jenira terangkat sekali.

"Iya.."

"Wow. Otak robot."

"Aku nggak bisa apa-apa. Papah yang memperketat waktuku setelah aku kepergok balikan sama Eron waktu itu."

Mulut Pamela membentuk huruf O untuk meresponnya.

"Sorry to hear that, Jen."

"It's okay, Pam." Jenira mengulas senyum terbaiknya.

"Sebelumnya gue mau kenalin diri lagi. Gue kenal sama Jefri lumayan lama, kebetulan gue tetanggaan sama dia waktu kita masih ngekos bareng di daerah Kebayoran Lama. Gue kerja sebagai cewek bo yang dipandang rendah sama kaum syirikun dan munafikun, but I got more money than everyone else belakangan ini karna bo thingy lagi marak. Kerjaan gue nemenin om-om yang kesepian karena istri mereka lebih suka melampiaskan rasa cinta melalui marah-marah ketimbang having sex." Pamela terkekeh geli. Namun ia berhenti saat menyadari Jenira bergerak tidak nyaman di kursinya. Berdehem sekali, Pamela merubah posisi duduknya.

"Gue udah denger banyak tentang lo dari Jefri, karna Eron nggak mau cerita atau dia bakal bertingkah kaya mayat hidup lagi. Kalo boleh tau kenapa lo akhirnya memutuskan untuk nemuin gue? Bukannya setelah gue bilang gue nggak bisa lo tarik janji lo untuk ketemu gue?"

Bergeming sejenak dan menunduk, Jenira mengingat apa yang tadi malam ia dengar. Percakapan antara Tiere dan Julia melalui telepon yang ia dengar karena menguping.

"Om Dipati udah ngerahin semua polisi untuk cari dia, tapi tetep nggak nemu. Itu makanya aku pengen tau kabar dia lewat kamu."

"Apa? Dia nggak di rumah Jefri sejak tiga hari yang lalu, dia bilang dia nggak pulang pada saat gue ajak dia untuk nemenin gue di Casa Grande. Jadi dia nggak pulang ke rumah?"

Jenira menggeleng pelan setelah mengangkat kepalanya lagi. Terlihat sarat kesedihan di kedua bola mata indahnya yang nyaris berkaca-kaca.

"Tapi gue pernah denger waktu Eron pertama kali dateng ke Salemba dan ngomong ke Jefri, dia bilang dia nggak akan pulang sebelum dia ketemu dan ngobrol sama lo walau sejenak. Meskipun dia tau udah nggak ada yang perlu dijelasin. Dia pengen ngeliat muka lo dari deket aja."

Jenira mendesah panjang, bingung harus berkata dan berlaku seperti apa.

"Aight, mengingat lo nggak punya banyak waktu. Gue akan dengan sangat jelas dan senang hati menjadi seorang perantara untuk menyatakan kebenaran. Jen, this is the truth." Pamela menatap Jenira dalam-dalam, ia kemudian meraih tangan Jenira yang tergeletak di atas meja cafe yang sepi itu. "Eron nggak ngehamilin siapa-siapa."

YOU BROKE ME FIRST {♡}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang