LMT - 16

7 3 1
                                    

"de.. bangun!! Sudah subuh waktunya shollat,"
Ucap nenek memperingati Sinta yang kini masih menikmati dinginnya AC di kamar nya namun tubuh nya masih terbalut rapat dengan selimut kodok hijau tsb.

Sekali lagi nenek membangunkan dengan sedikit mengguncang tubuh kecil Sinta.
Namun hasilnya nihil sang empu masih asyik dengan keadaannya sekarang. Mata yang masih tertutup rapat seakan tak niat untuk membuka, bahkan jam weker kesayangan nya pun telah bernyanyi dengan nyaringnya sejak 5 menit yang lalu namun tak di gubris sedikit pun bahkan Sinta tak merasa terganggu sepertinya.

"Dede... Mau bangun ga? Atau nenek akan kunciin kamu di sini sampai kembali besok pagi"
"Ish.. iya nnti dulu" jawab nya dengan Nanda yang kesal mungkin karena merasa sudah terganggu tidurnya.
Kini nenek tak main main, ia membangun kan cucu nya dengan memukul nya dengan sapu yang ada di kamar Sinta.

Buk.. buk..

"Aaaw.. sakit ih nenek" ringisnya kesakitan namun matanya masih belum juga terbuka.

Buk.. buk

Lagi lagi nenek memukul nya dan menjewer telinga kanan Sinta.
Membuat Sinta semakin merasa kesakitan
Sudah.. Sinta mengaku dia kalah, akhirnya dengan usaha nya sang empu mulai membuka matanya, mematikan AC melepas selimut nya serta dengan segera berjalan menuju kamar mandi.
Dengan langkah yang gontai dan kelihatan sangat terpaksa ia berjalan sampai terlihat ingin terjatuh namun tak ada niat dari nenek untuk membantu sang cucu memasuki kamar mandi.

Setelah Sinta masuk ke kamar mandi dan sudah menutup rapat pintu nya, nenek keluar dari kamar Sinta.

Drek drek drek

Terdengar derap langkah kaki yang seperti nya langkah tersebut tengah menuruni belasan anak tangga di rumah itu.
Derap langkah itu membuat orang yang berada di ruang makan mengalihkan pandangan nya, merasa langkah tersebut seakan ingin menghampiri mereka yang kini sedang asyik menyantap sarapan pagi nya.

Ya itu adalah sinta, derap kaki itu adalah suara langkah kaki yang di ciptakan oleh Sinta
Kini Sinta baru saja ingin menyantap sarapan nya, sedang kan kedua Kaka nya sudah hampir selesai, Iyah memang Sinta selalu saja tak pernah di tunggu untuk makan bersama bang Rendi dan dhika. Tapi memang bagus nya Sinta di tinggal kan saja. Bukan jahat apa lagi kejam, kalau harus menunggu si bungsu bisa bisa bang Rendi dan dhika yang telat untuk aktivitas selanjut nya.

"Kebiasaan lu kalo pagi bangun telat terus " kata bang Rendi pada Sinta
"Biarin aja sih, emng nya kenapa?" Tanya sinta sambil mengoleskan selai coklat ke atas roti milik nya, bahkan saat berbicara pun tak sampai melihat bang Rendi, sedikit tidak sopan bukan?
"Koq biarin si? Kelakuan sifat yang seperti itu tuh harus nya di buang, di hilangkan, di hapuskan. Tau ngga de? Jangan di biasain kaya gitu!" Oceh bang Rendi yang tak di hirau kan oleh Sinta
"Kalau di ajak bicara tuh di dengar, di liat yang bicara jangan gitu. ga sopan kaya ga di ajar aja loo" maki bang Rendi sambil mengambil selai yang masih ada di tangan Sinta membuat sang empu terlonjak kaget dan akhir nya menatap sang Abang dengan wajah yang kesal bibir di monyongkan pertanda dia kesal.

"Iya Napa iya ih,"
"Kalau di kasih tau, bilang nya cuma iya iya doang"
"Lah. Terus dde harus bilang apa coba klo bukan iya?"
"Terus aja de, ngejawab kalo di kasih tau"
"Is Abang apaansi sebenernya dde harus gmna? Harus ngapain hah? Dde diem aja salah, trs dde jawab salah juga? Jadi mau nya Abang gimana?? Mau nya pas Abang bicara dde nyimak, natap mata Abang tanpa berkedip dan ga gerak gitu? Hah?"
Oceh nya. Bicara nya sangat cepat bak lajuan motor tanpa rem. Tak ada jeda sedikit pun.
Membuat bang Rendi diam tak membalas omongan Sinta.

"Sudah sudah. Kenapa jadi ribut siih?!"
Lerai ria, membuat Sinta juga ikut diam dan memakan roti nya dengan kasar.
"Udah Abang kalo mau berangkat kerja silahkan sekarang, Dhika kalau sudah selesai juga cepet segera ke sekolah. Kamu de, kalau bicara sama yang lebih tua itu harus sopan. Kamu tuh di ajari di sekolahi juga, kamu di didik. Jaga Adab kamu, kalau sama Abang aja bisa seperti itu bisa jadi sama orang lain kamu seperti itu, Iyah? Mama nenek Abang dan guru guru kamu ga pernah ngajarin kamu ga sopan kaya gitu. Faham ngga de?"
"Iyah" jawab nya singkat sambil meneguk susu di hadapannya lalu berdiri meninggal kan semua yang ada di ruang makan.

"Dede kesekola assalamualaikum" pamit nya namun tak mencium punggung tangan mama nenek dan Abang nya. Mungkin karena masih ada perasaan kesal di hatinya

Hanya karena bang Rendi pagi ini jadi kacau mama jadi marah deh_- ~bathin sinta

🕊️🕊️🕊️

"Assalamualaikum" ucap Sinta saat memasuki kelasnya.
"Wa'alikumussalam" jawab temannya
Pemandangan utama yang Sinta lihat adalah sekumpulan orang orang yang membuat lingkaran di empat meja dan empat baris deretan meja.

Sinta Sudah tahu apa yang mereka lakukan, apa lagi kalau bukan mencontek atau menyalin jawaban teman nya.
Yang tak ikut berkumpul hanya Zahra, tari, dan sari saja. Sisa nya sibuk.

"Ges. Kita duduk di kursi biasa aja yo, kalian udah selesai kan tugasnya?" Tanya Sinta yang di angguki oleh ketiga temannya itu.
Akhir nya ke empat gadis kecil itu memilih untuk turun ke lantai satu dan duduk di kursi depan ruang guru.

Saat mereka tengah berbincang ria Rasya datang yang membuat suasana semakin gaduh dan gosip yang mereka omongin semakin panas.
Sinta memilih diam, karena hatinya masih merasa kesal akibat kejadian di rumah tadi.
Pandangan nya kosong dan menatap lurus, saat ia sadar dari lamunan nya. Sinta melihat Bu Maria tengah berjalan dari arah gerbang sekola.

Pagi ini Bu Maria tidak membawa motor berwarna orange khas Bu Maria, melain di antar ntah itu ojek , anak atau ntah lah, Sinta tak melihat nya dengan jelas karena memang jaraknya cukup jauh.

Setelah sampai di hadapan Sinta Bu Maria melempar kan senyum nya pada Sinta, ya hanya pada Sinta karena ke empat kawannya masih asyik ber ghibah ria di pagi yang cerah ini.
Sinta membalas senyuman Bu Maria dengan senyum simpul di bibir nya.

Lalu Sinta meraih punggung tangan Bu Maria untuk di ciumnya sebagai tanda hormat antara guru dengan muridnya.

Lain dengan Bu Maria yang ternyata masih mengingat kejadian kemarin saat melewati rumah Sinta.

"Dedee.. ih ini si Dede yah?" Tanya nya ntah pada siapa membuat rasya,zahara,tari, dan sari menengok pada asal suara.

"Eh ibu" sapa Zahra yang langsung mencium punggung tangan Bu Maria dan di susul oleh yang lainnya.
"Iyah. Zahara tau ngga?"
"Tau apa Bu? Saya gatau kan ibu blm kasih tau hehe" kata Zahra
"Masa Dede kalau di rumah ga pake kerudung tau" kata Bu Maria sambil menatap Sinta. Membuat Sinta jadi bingung.
"Iya Bu. Dia ga pake kerudung ya Bu kalau di rumah" jawab Zahra

.
.
.

Jangan lupa bintang nya gais Smg suka
Smg ada yang baca hihi aamiin🥀

Ig : (at) dedesaay.144🙈💚

*Hafifah suryaningsi🤪

love my teacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang