"Kakak gapapa?"
"Pergi!"
"Ma-"
"Saya bilang PERGI!!"
Jaka memandang sengit perempuan yang duduk di sampingnya. Sedangkan yang ditatap hanya bisa diam dan memandang sendu. Kemudian perempuan itu berdiri dan berlari meninggalkan Jaka sendirian.
Jaka menghela napas panjang. Ia sudah tak tahan dengan semua omong kosong ini. Ia sudah muak. Ia sudah tak kuasa menahan cacian, dari siapapun.
Setelah menenangkan diri. Jaka beranjak dari duduknya menuju parkiran sekolah. Kemudian ia bergegas pulang.
Setibanya ia di 'rumah', Jaka lekas menuju kamar dan meletakkan tasnya di meja belajar. Kemudian ia memutuskan untuk membersihkan badan agar pikirannya terasa lebih segar.
Setelah itu Jaka menuju dapur untuk membuat makan siangnya sendiri. Dalam hal memasak, Jaka bisa dibilang mahir. Setelah melihat isi kulkasnya, Jaka memutuskan untuk membuat nasi goreng saja untuk makan siangnya kali ini.
Jaka segera menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Tangannya dengan cekatan mengambil dan memotong bahan-bahan masakan tersebut. Dan setelah 20 menit, nasi goreng buatannya siap untuk disantap.
Jaka menuju ruang tamu kemudian menyalakan TV. Jaka mengganti beberapa channel dan akhirnya menemukan acara TV yang sedikit menarik dan memakan nasi gorengnya. Sesekali ia tertawa jika ada suatu yang lucu. (Untung nggak keselek kan :v)
-$-$-$-
Jaka Alindra, itu nama lengkap Jaka. Pria berkulit sawo matang, berahang kokoh, mata hitam khas orang Asia, dan rambut sedikit ikal. Badannya tegap dan cukup tinggi. Ia adalah salah satu putra dari pasangan konglomerat ternama di Indonesia. Tapi hal itu justru tak membuatnya hidup tenang. Hei, kalian pasti bisa menebaknya bukan. Bagaimana seorang anak konglomerat malah tinggal di sebuah apartemen. Sendirian pula.
Ya, hidupnya tak setenang seperti kebanyakan orang. Dan itu disebabkan oleh Jaka yang pernah dijebak oleh anak seorang teman ayahnya. Ia difitnah melecehkan seorang tamu di acara yang Jaka dan keluarganya hadiri. Padahal waktu itu malah Jaka yang kebingungan karena tiba-tiba ada seorang perempuan yang memeluknya dan mencium dirinya. Dan tuduhan itu sangat lucu menurutnya. Tak ada bukti, hanya berbekal omong kosong. Rumit? Memang. Begitulah kehidupan para konglomerat. Harga diri adalah hal yang paling diagungkan.
Setelah menyelesaikan makannya. Jaka lekas membersihkan piring dan segala peralatan masaknya tadi. Kemudian ia mengambil ponselnya dan menuju ruang tamu lagi. Di layar kuncinya, Ia melihat banyak sekali notifikasi panggilan tak terjawab dan pesan masuk. Jaka mengabaikan itu, karena sudah sering dan bosan melihat satu persatu.
Ia membuka salah satu sosial medianya. Dan masih seperti biasa. Dalam fitur pengirim pesannya banyak terdapat pesan. Kali ini berbeda dari yang di layar kunci ponselnya tadi. Isi pesan ini lebih ke hujatan dan hinaan. Ia hanya mendengus dan menutup layar ponselnya. Namun sialnya ada panggilan masuk dan tanpa sengaja terjawab.
"KAKAK KAM-"
"Tidak usah memedulikan saya. Saya bisa mengurus diri saya sendiri. Oh iya, sampaikan kepada kedua orang tua itu. Tidak usah mengkhawatirkan saya akan membuat harga diri mereka jatuh. Saya tidak akan menampakkan diri lagi di depan mereka." Ia memotong perkataan orang yang menelponnya dan berkata dengan dingin.
"TAP-"
Jaka menekan tombol merah dan sambungan terputus. Ia sudah tak mau tau dan tak mau ikut campur apapun yang terjadi di keluarganya. Ia sudah cukup menerima hinaan dan cacian dari keluarganya sendiri. Dan ia juga sadar diri bahwa mereka bukan lagi rumah untuknya pulang.
![](https://img.wattpad.com/cover/238778478-288-k439527.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Suka, Duka, Lara
RandomSebuah tulisan cerita pendek fiksi dengan berbagai tema dan makna dibalik ceritanya. Ku sarankan siapkan tisu dan bersiaplah jika matamu sembab.