Separuh Aku (2)

4 2 0
                                    

"Kak ..." suara Melly semakin memudar di ujung kata.

Jaka menoleh sebentar dan meneruskan kegiatannya mengabaikan Melly. Lala yang berada di belakang Melly tak berani ikut campur. Ia sangat tahu bagaimana hubungan keduanya, rumit. Sangat rumit. 

Setelah kejadian menegangkan di kantin. Melly menyusul jaka hingga ke atap sekolah. Disana Jaka bersandar pada pembatas sambil melihat ke bawah, ke lapangan basket yang kini sangat rami.

Melly memberanikan diri untuk mendekat kemudian duduk di sebelah Jaka. Jaka masih setia dengan kegiatannya, sedangkan Melly tengah berusaha menenangkan dirinya dan bersiap utuk memulai pembicaraan. Lala hanya melihat dari jauh.

"Kak."

Tak ada tanggapan.

"Kakak." Mata Melly mulai memanas. Melly mengeratkan kepalannya menahan air matanya agar tak jatuh. Lala merasa iba pada Melly, tapi ia memilih diam.

"Kak Kaka." Suara Melly bergetar. Namun, ia masih berusaha mengambil perhatian Jaka.

Jaka yang sadar dengan suara Melly yang bergetar menahan tangis akhirnya menghela napas panjang kemudian menoleh. Melihat kembarannya itu. Wajah putih bersih dengan mata memerah menyambut pandangannya.

"Kenapa kamu disini?"

"Kak... Lily kangen." Melly menunduk. Air matanya menetes melalui pipi chubby-nya.

Jaka menghela napas, lagi. Tangannya terulur menyentuh puncak kepala Melly. Melly sontak mendongak. Wajah dengan penuh senyum menyambutnya. Tanpa ragu lagi Melly memeluk Jaka dan menangis sejadi-jadinya. Jaka membalas pelukan Melly dengan erat. Jaka akan berbohong jika Ia berkata tak rindu dengan gadis di depannya. Jaka mencium puncak kepala Melly dalam. Berusaha mematri aroma tubuh Melly sekali lagi, setelah sekian lama.

Lala yang melihat itu ikut bahagia, kemudian Ia berbalik dan keluar dari atap sekolah. Memberi waktu kepada saudara kembar itu untuk reuni.

"Nangis yang puas. Jangan ditahan." Jaka mengelus punggung Melly dengan lembut. Dan terus menciumi puncak kepala adiknya itu.

Tangisan Melly terus terdengar hingga beberapa saat ke depan. Bahkan baju Jaka sudah basah oleh air mata adiknya itu. Namun Jaka tidak protes sama sekali. Bahkan dia sangat bahagia bisa memeluk orang yang paling ia sayangi.

Setelah tangisannya mereda, Melly mendongak. Pandangannya bertemu dengan Jaka yang masih terus mengelus punggungnya.

"Jelek banget sih." Jaka mencubit kecil hidung Melly disertai senyum menggodanya.

Melly menggembungkan pipinya. Hal itu menambah keindahan wajah Melly. Mata yang sembab sehabis menangis, hidung memerah, pipi yang menggembul, dan rambut poni kepirangan, ciptaan Tuhan mana yang engkau dustakan.

"Kan kakak yang buat Lily begini."

"Ya maap dek. Kan kamu tau sendiri gimana keadaan kakak." Jaka beralih mengelus puncak kepal Melly.

"Tapi kan nggak harus nyuekin Lily kan kak." Melly masih merengek manja di dekapan kakaknya.

"Itu juga buat kamu. Kakak nyuekin kamu biar kamu tetep bisa hidup normal sama ayah bunda. Kakak nggak mau kamu sampek kehilangan kasih sayang dari mereka. Kamu itu anak kesayangan keluarga besar. Jadi harus tetep ngerasa nyaman dan cukup meski dapet tanggung jawab gede. Maafin kakak juga udah buat kamu mikul tanggung jawab itu. Maafin kakak yang selalu buat kamu nangis. Tapi satu hal yang harus kamu tahu. Kamu tetep jadi kesayangan kakak, sampek kapan pun itu." Kemudian Jaka mencium kening Melly dengan lembut. Melly memejamkan matanya menikmati sentuhan bibir kakaknya itu. Sekaligus merenungkan setiap kata yang dilontarkan Jaka barusan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Suka, Duka, LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang