FFR • Chapter 3

33 19 12
                                    

Semua sikapku adalah sebuah alasan yang tidak ada namun nyata adanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua sikapku adalah sebuah alasan yang tidak ada namun nyata adanya.
- Lee.

*****

R

aveena dengan sigap menyiapkan makanan di meja makan, walau Axelle melarangnya pun ia juga tetap melakukannya. Dengan perut buncitnya yang menginjak umur kehamilan 9 bulan, tinggal menghitung hari saja.

Axelle keluar dari kamar dengan memakai handuk yang menutupi bagian bawahnya saja tanpa memperdulikan sekitar lalu memeluk Raveena dari belakang.

"Veen air nya dingin, nggak mau mandi," manjanya pada Raveena.

"Elle punya salah apa emang sama airnya? Sampe dingin gitu," sahut Raveena berusaha melepaskan pelukan suaminya itu. Axelle menggeleng perlahan lalu menaruh dagunya pada pundak Raveena.

"Nanti anak-anak lihat," lanjut Raveena.

Raveena menghela nafas, belakangan ini Axelle sangat manja sekali padanya. Walau biasanya memang sudah begitu namun menurut Raveena kali ini kadar manjanya lebih bertambah.

Dari Axelle yang selalu disuapi, mandi harus bersama dengan Raveena dan berakhir dengan bercinta. Kadang juga Axelle meminta makanan aneh yang harus dituruti, jika tidak ia akan ngambek padanya.

"Terserah! Veen udah nggak sayang lagi sama aku!" sungut Axelle, lalu kembali ke kamarnya. Raveena hanya geleng-geleng kepala.

'Perasaan yang hamil aku, kok yang sensi sekarang dia sih' batin Raveena.

Lee sudah siap dan menuruni anak tangga untuk menghampiri mommynya. "Morning anak mommy! Udah ganteng aja sih," sapa Raveena melupakan sebentar Axelle yang lagi ngambek padanya.

Lee tersenyum tipis bahkan tidak dapat dilihat oleh Raveena.

"Sini makan, oh iya Xella sama Delard udah pada siap belom Lee?" tanya Raveena sambil melirik sekilas ke arah tangga.

Lee menggeleng. "Tidak tahu, kalau Xella tadi sedang sibuk mencari sepatu," jawab Lee berusaha menghormati mommynya.

Raveena tersenyum lalu mengusap rambut putra sulungnya itu.

"Mom, Lee bakalan ikut olimpiade nasional matematika, minta doa nya mom," ujar Lee tiba-tiba.

"HAH?! KAPAN?" Reflek Raveena terkejut.

"Hari ini, jangan sampai semua orang tahu ya mom. Lee janji bakal menangin olimpiade ini," ujar Lee kemudian bangkit dan lalu mencium tangan Raveena dan berangkat menuju kesekolah.

"Tapi Lee, eh uang jajannya belom!" pekik Raveena. Dia sendiri heran, setiap dia akan memberikan uang saku selalu saja Lee tolak dengan alasan sudah membawa bekal.

"Mommy ku yang cantik, manis, nggak cerewet plus nggak galak. Dengan segenap ketulusan Delard mau minta uang jajan ditambah untuk hari ini dikarenakan Delard  ada extra basket laporan selesai!" ujar Delard tiba-tiba.

Fight for RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang