FFR • Chapter 4

20 11 21
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kalau rokok membunuhmu, terus tugas malaikat maut apaan?
- Xella Cantik Sekali.

*****

Triiiiiiiing... Triiiiiiiiiiing... Triiiiiiiiiiing.....

Suara bel sekolah telah menandakan berakhir waktu belajar mereka, dan memberitahu semua murid untuk pulang.

Delard dan Saga berjalan bersama sambil memainkan bola basket, mereka akan berlatih untuk turnamen yang akan dilaksanakan seminggu sebelum ujian nasional mereka terlaksana.

"De, nanti kalo adek lo yang nanti lahir dari mama Raveena otw gue booking ya!" ujar Saga tiba-tiba yang membuat Delard terkejut dan jatuh tersungkur akibat terpleset karena berada di ujung tangga.

'Apa-apaan Mama Raveena, geli gue anjim' batin Delard pas keguling.

"Anjir kakak ipar!" pekik Saga lalu mengejar Delard yang terguling.

"Kakak ipar kepala lo lima?! Nggak sudi gue punya adik ipar modelan minus akhlak kaya lo!" sinis Delard sambil memegangi kepalanya yang nyeri dan badannya yang sakit akibat terjatuh.

"Papi gue orang kaya nggak kalah sama Daddy lo, gue pinter tergolong jenius, pengertian, peka lagi masa nggak bisa masuk kategori sih?" balas Saga lalu membantu Delard bangun.

"Nggak bakalan."

"Oke deh, restu ditolak dukun bertindak," gumam Saga yang dapat didengar oleh Delard.

"Gue sihir duluan lo jadi odading mang oleh! Biar jadi Ironmen," sahut Delard.

"Dua tiga tutup botol, punya temen sangat tolol," balas Saga.

"Ikan hiu makan tomat. Goblok!" Delard tidak kalah ngegas dengan Saga.

Percakapan mereka terhenti saat mendengar suara alunan piano yang sangat merdu. "Ga, jiwa kekaleman gue tiba-tiba bergejolak jadi pengen nari balet," gumam Delard.

"Nggak cocok lo, cocok nya jaipongan," kemudian Delard menggeplak kepala Saga dengan bolanya.

Koridor sekolah nampak sepi karena semua murid sudah pulang dan kenapa mereka hanya berdua? Ravin sedang sakit dirumah karena salah minum air. Kudunya air putih yang Ravin minum, malah air kecubung buatan Delard untuk mengerjai salah satu gurunya yang ia minum.

"Gila gue berasa di istana Eropa," kagum Saga.

"Apa lagi lo bawa sapu sama pel, berasa babu istana," Delard tertawa lirih.

Delard dapat melihat sang pianis itu, sangat familiar dari postur tubuh nya yang membuat dia tertarik. Dia dan Saga terus mengintipnya dari jendela ruang musik, dan berapa terkejutnya bahwa itu adalah Lee kakaknya.

Fight for RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang