Catatan Kedelapan

3 0 0
                                    

Selamat malam, Alana.

Maaf, tidak lagi menulis surat semesta padamu. Bukan karena aku melupa. Hanya sedikit berusaha memulai hidup baru. Namun, ternyata aku akhirnya harus mengaku kalah pada rindu. Aku tahu diam-diam, disana kamu mengumpatku perantara hujan hari ini. Karena menganggapku berhenti memikirkanmu. Padahal nyatanya, setiap menjelang tidur. Aku merintih berdoa agar dipertemukan kembali denganmu. Meski hanya sekelibat waktu. Menulis sajak sendu, melawan perih rindu tanpa temu. Jemari dan pena menari duka di atas kertas bernyawa luka.

Kau tahu? Hujan yang kamu kirimkan hari ini. Mengurungku dalam harapan kedatanganmu setelah redanya. Meski harus berjibaku dengan makian manusia yang menganggapku sedikit gila. Karena menunggu seorang yang telah menyentuh surga. Kadang ada beberapa yang menasehati agar aku berhenti. Berhenti dari semua hal yang mereka sebut, kesia-siaan. Tanpa mau mengerti bagaimana rasanya menjadi aku.

Alana? Bagaimana ini? Bantu aku menyadarkan mereka, bahwa aku bukan orang gila.

Dunia Imitasi, 2 September 2020
-Aku, yang mencintaimu

Catatan Untuk AlanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang