10- stay

577 78 28
                                    

Tak ada yang nyata, kecuali perasaan kita berdua.

.

.

"Lucas, Lucas Lucas!!"

Athanasia berdenging, mengguncang tubuh Lucas yang terbaring malas di sofa kamarnya, pria itu membuka mata setengah niat buat melihat apa alasan Athanasia membangunkannya ketika ia tau Lucas sedang lelah.

"Lucas! Lihat ini!"

Athanasia menyodorkan layar ponsel nya, memperlihatkan foto lelaki yang dijamin bisa menaikkan tensi Lucas begitu melihatnya.

"Kenapa?"

Intensitas nya naik, pria itu menatap Athanasia kesal dengan alir setengah terangkat, nada suara nya makin berat didengar, ia mulai bangkir dalam posisi duduk bersandar pada sofa.

"Izekiel ulang tahun, Lucas! Kau pikir apa yang harus kulakukan ketika ia mengundangku?!"

Lucas mulai membuang wajah.

"Datang apa susahnya? Kenapa sih kau seperti Fangirl yang gelagapan ketika diundang pria idamannya?"

"Hah?! Aku kan hanya minta saran, kau tau aku seperti buruk ketika dengannya dan--"

"Sudahlah, biarkan aku istirahat, berangkatlah sendiri kalau memang kau mau datang."

Pria itu mengibaskan tangan tak peduli, kembali memposisikan tubuh berbaring dengan Athanasia yang menggembung diacuhkan karenanya.

"Bisakah kau memberiku respon, kau ini juga kenapa tiba-tiba?"

Oh, Athanasia memberi pilihan yang buruk ketika mendegus pada Lucas yang hancur mood nya, pria itu butuh waktu dan alasan mengapa ia merasa damai ketika Izekiel tak ada bersama Athanasia.

"Entah ya..kau pikir aku kenapa?"

Pria itu menutup matanya seolah ini hal paling tak penting yang pernah di hadapinya selama bicara dengan Athanasia, mood nya benar-benar hancur begitu melihat foto pria itu di ponsel gadis nya.

Tunggu, Athanasia bukan gadisnya, ini semua hanya sementara, astaga, ia bahkan melupakan satu point' penting itu begitu tenggelam dalam drama bodoh ini.

"Kau pikir kenapa aku bertanya?, Kau bahkan tak menjawabku dengan benar, Lucas sialan."

Athanasia melipat tangan memojok di lengan sofa, kembali melihat ponselnya dengan Lucas yang terhanyut pada dilema pikirnya.

Kalau di ingat ingat lagi, bukankah Lucas yang selama ini mudah terbawa suasana? Ia bahkan berani merangkul atau menggandeng gadis ini sejak awal, sejak kecil, tidak, jangan bodoh.

"Hei, bodoh."

"Aku ini anak pintar, dan aku sedang kesal."

Lucas melirik, benar saja, tingkah nya yang kadang kekanak kanak.an hanya bisa dilihat oleh kalangan keluarga saja, bukankah ia terlihat seperti anak TK?
Mojok sambil menggembung imut.

"Kesalmu malah kelihatan seperti orang bodoh."

"Diam kau jelek."

Benar kali dia marah, yah, lagipula Lucas tadinya benar benar kesal dengan foto Izekiel yang sok narsis itu, dihapus bisa gak sih? Gadis itu pasti menyimpannya, karena bagaimanapun juga meski ia menolaknya, ia masih menyimpan rasa dengannya.

"Athy, berikan ponselmu."

"Nih."

"Terimakasih."

Sejenak setelah kebodohan nya benar-benar terwujud, Lucas tak pernah menyia nyia kan kesempatan ketika ia bisa membuka darimana asalnya foto sialan ini.

TANPA JUDUL  -who made me a princess-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang