Suasana mulai mencekam ketika malam tiba. Suara jangkrik dan gesekan dedaunan membuat suasana malam di villa nampak semakin menyeramkan, terutama bagi Lyla dan Tan yang sama-sama penakut.
Semua mahasiswa duduk melingkari api unggun. Dejun berdiri di tengah-tengah mereka sambil memberikan aba-aba mengenai game yang akan mereka mainkan.
"Setiap mahasiswa akan berjalan mengikuti petunjuk menuju pos diatas bukit dengan berbekal senter. Kalian akan mengambil satu kertas yang berisi nomor. Nomor itu menjadi nomor urut keberangkatan kalian menuju pos. Di pos sudah ada Yasa dan beberapa panitia yang berjaga-jaga." Kata Dejun.
Lyla membuka kertasnya dan mendapatkan nomer 9, sementara Tan mendapatkan nomer 1. Keduanya saling bertatapan dan berpelukkan. Keduanya begidik ngeri membayangkan berjalan sendirian ditengah hutan malam-malam seperti ini.
"Gue takut Lyl... ga mauuuuu. Gue jalan pertama lagi." Tan memeluk lengan Lyla begitu Dejun memberi instruksi untuk bersiap-siap.
Lyla juga demikian. Ia memberingsut, "Tapi kalau lu disini, lu juga sendirian di villa."
Tan berdiri, "Siapa nomer dua woy?"
"Gue."
Tan memicingkan matanya menatap laki-laki itu. "Johnny?" ia kembali duduk dan memeluk lengan Lyla. "Masa nomer dua si Johnny, Lyl. Dia pasti ogah gue ajak tukeran. Gue takut banget sama Johnny. Dia kan kaya preman Lyl." Bisiknya.
"Tan? Yuk." Kata Dejun. Ia menarik lengan Tan karena gadis itu nampak ogah-ogahan dan memberikan dua senter untuk Tan. "Nitip senter ya buat Yasa. Dia diatas ga pake senter soalnya."
Tan menerima senter itu dengan malas. Ia menarik jaket Dejun, "Jun, gue takut beneran. Kenapa ga Johnny aja sih yang duluan?" bisiknya kepada Dejun. Tapi laki-laki itu hanya tertawa dan mengusap puncak kepala Tan.
"Takut apa sih Tan?" kata Dejun dengan lembut dan penuh kesabaran.
"Gue ga sanggup Jun. Sumpah."
"Bakalan ada Yasa Tan..."
Tan menggelengkan kepalanya, "Yasa mana peduli sama gue."
Dejun tersenyum dan memberikan walkie talkie nya pada Tan. "Bisa kan cara pakenya?"
Tan mengangguk. Dejun tersenyum dan membiarkan gadis itu berjalan menembus kegelapan hutan dengan senter yang ada di tangannya. Sementara ia menyiapkan Johnny untuk berangkat.
Jeffrey tiba-tiba saja duduk di samping Lyla dan tersenyum ceria. Lyla terkejut dan melihat keadaan sekitarnya. Ia tidak mau menjadi mencolok karena gerak-gerik Jeffrey yang tiba-tiba seperti itu.
"Kamu kenapa?" tanya Lyla heran.
"Aku nomer 8." Jawab Jeffrey bahagia.
Lyla memalingkan pandangannya ke arah lain dan tersenyum. Jeffrey menatap wajah Lyla untuk melihat senyuman gadis itu. "Kenapa? Ga jadi takut ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FLAWSOME • JUNG JAEHYUN [✓]
FanfictionComplete. Cerita dalam proses revisi. Menyukaimu adalah suatu kebiasaan yang sulit aku hentikan (Lyla, 2020)