Ini adalah tahun kedua Lyla dan Tania menjadi mahasiswa teknik arsitektur. Di angkatannya, hanya ada 3 wanita yang berada di jurusan tersebut. Diantaranya Lyla dan Tania, dan satu lagi adalah perempuan yang disebut-sebut sebagai perempuan tercantik di jurusan. Siapa lagi kalau bukan Pristin, idola para lelaki. Pristin memiliki wajah yang cantik, kaki jenjang, kulit putih, rambut yang panjang, pintar dan berbakat, dan lahir dikeluarga yang kaya raya. Privilage yang tidak bisa ditandingi oleh Lyla dan Tania.
Lyla menunggu temannya didepan pintu kelas dengan cemas. Ia terbelalak melihat jam tangannya ketika seorang gadis nampak berlarian di koridor. Tania berlari menghampiri temannya yang tengah berteriak menyuruh gadis itu untuk berlari lebih cepat lagi. Begitu Tania ada di hadapannya, Lyla langsung menarik gadis itu masuk ke dalam ruang kuliah. Mereka berdua sedikit berisik dan langsung menjadi pusat perhatian. Maklum saja, didalam ruang kuliah itu semuanya adalah laki-laki kecuali Lyla dan Tania.
Hari ini adalah hari pertama mereka di semester ketiga dan hari ini adalah pergantian kelas. Beruntung sekali keduanya berada di kelas yang sama untuk semester ini dan semester-semester berikutnya, mengingat keduanya tak berada di kelas yang sama pada semester sebelumnya.
Lyla dan Tania duduk di bangku paling belakang. Lyla menatap Tania yang masih mencoba mengatur napasnya, "Heh, minum dulu nih." Lyla mengulurkan sebotol teh kepada temannya.
"Lyl, gue belum mandi. Gimana dong ini?" kata Tania cemas.
"Apanya yang gimana? Itu lebih bagus daripada lo terlambat masuk ke kelas Prof. Hadi kali ini. Dia bakalan kasih tugas banyak." Lyla mengeluarkan buku-bukunya, sementara Tania meminum teh pemberian Lyla.
"Aku boleh duduk sini ga?"
Lyla mengangkat wajahnya dan menatap seorang laki-laki jangkung dihadapannya dengan takjub. Begitupun dengan Tania, ia hampir memuntahkan teh yang baru saja ia minum dan berakhir dengan terbatuk-batuk.
Lyla menepuk punggung Tania sedikit keras, "Lo kenapa sih." Bisiknya pada Tania sebelum kembali fokus pada laki-laki tampan dihadapannya, "Boleh" jawabnya.
Laki-laki itu duduk dan diikuti oleh kedua temannya yang terlihat dingin. Lyla menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Ia tahu siapa ketiga laki-laki itu, mereka adalah Dejun Dirgantara, Jeffrey Calief dan Doyasa Kalandra. Mereka bertiga adalah tim yang banyak menjuarai karya ilmiah tahun ini dan sekarang mereka bertiga duduk dibangku didepan Lyla dan Tania.
Laki-laki itu kembali menoleh kearah Lyla dan Tania, Dejun mengerutkan keningnya melihat kedua gadis itu menatapnya dengan tatapan kosong. "Kalian ga masalah kan kita duduk disini?" tanyanya.
Bukannya menjawab pertanyaan Dejun, Tania justru bertanya sesuatu diluar topik dengan wajah terheran-heran. "Lo beneran mahasiswa jurusan kami?" tanya Tania.
"Iya dong."
"Nama lo siapa?" tanya Tania, lagi.
"Dejun Dirgantara." Jawab laki-laki itu sambil tersenyum. "Kalian?"
"Namaku Lyla." Kata Lyla malu-malu.
"Aku Tan, Tania." Jawab Tania sambil meneguk tehnya yang tak kunjung habis.
Belum selesai mereka berbincang-bincang, profesor mereka datang. Terpaksa ketiganya mengakhiri percakapan hari itu dan fokus dengan Profesor Hadi di depan.
Lyla mulai menulis apa yang dikatakan oleh profesornya kemudian memutar bolpoinnya menggunakan tangannya. Tapi sialnya, bolpoinnya justru terpental dan mengenai kepala salah seorang laki-laki yang duduk di depannya.
"Oh, maaf maaf." Kata Lyla cepat-cepat.
Laki-laki itu meraih bolpoin Lyla dan menyerahkannya kepada Lyla. Mereka bertemu pandang untuk sepersekian detik. Dunia Lyla seolah berjalan dengan sangat lambat. Jantungnya berdetak tidak wajar.
"Punyamu?" tanya laki-laki itu.
Lyla terkesiap begitu Tania menyenggol tubuhnya pelan. "Ah, iya. Terima kasih." Kata Lyla cepat-cepat meraih bolpoin itu. Ia tidak percaya bahwa dirinya baru saja berbicara dengan Jeffrey Calief. Benar seperti yang dirumorkan. Laki-laki itu benar-benar tampan seperti blasteran indonesia – korea – surga.
Tania menatap temannya, "Lo suka kan sama dia? Cinta pada pandangan pertama?"
"Lo tau ga dia siapa?" tanya Lyla.
"Tau lah." Jawab Tania acuh tak acuh.
Lyla menatap temannya, "Lo tau beneran?"
Tania mengangguk mantap, "Temannya Dejun Dirgantara."
Lyla menghembuskan napas beratnya. Sia-sia ia meluangkan waktu untuk berbicara dengan Tania. "Lo mau baku hantam sama gue ga selesai kelas?" bisiknya.
"Heh Lyl, menurut lo Dejun ganteng ga sih?" bisik Tania. Ia menatap Dejun sambil tersenyum.
"Dejun emang ganteng bambang. Tapi cowok yang di sampingnya jauh lebih ganteng." Bisik Lyla. Ia menatap Jeffrey terang-terangan. Tania mengangguk memahami bahwa Jeffrey memang lebih tampan daripada Dejun. Tapi ia menyukai laki-laki yang bernama Dejun Dirgantara itu.
Lyla dan Tania saling menatap dan tertawa kecil. Setelah sekian lama, akhirnya mereka bertemu dengan orang yang benar-benar membuat mereka merasa sebahagia itu. Hari ini, Lyla dan Tania menetapkan bahwa mereka akan menyukai dua laki-laki itu.
Belum selesai mereka tertawa, tiba-tiba salah satu dari ketiga laki-laki di depannya yang sejak tadi tak bersuara kini menoleh menatap Lyla dan Tania bergantian. Tatapannya tajam, "Kalian ga bisa diem?" katanya ketus.
Tania hendak menjawab laki-laki itu, tapi ia terlambat. Laki-laki tadi sudah fokus kembali dengan apa yang dosen mereka terangkan. Tania tidak terima, ia bersungut-sungut menatap Lyla yang mencoba menenangkannya.
"Anjir banget jadi cowok, siapa sih dia?" tanya Tania.
"Doyasa." Jawab Lyla.
"Hah Dosa?"
"Doyasa bolot." Bisik Lyla sekali lagi.
"Kenapa ada manusia kek dia sih dikelas ini." Desis Tania.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLAWSOME • JUNG JAEHYUN [✓]
FanficComplete. Cerita dalam proses revisi. Menyukaimu adalah suatu kebiasaan yang sulit aku hentikan (Lyla, 2020)