17

302 36 1
                                    

Pertama kalinya mereka bertemu, itu karena JingYi berkelahi dengan seorang anak di sekolahnya. Lan XiChen harus meninggalkan pekerjaannya demi memenuhi panggilan dari sekolah putra nya itu. Disana dia bertemu dengan Meng Yao, guru muda yang memiliki senyuman lembut di wajahnya.

Dia bukan guru yang memanggil Lan XiChen, tetapi dia ada di sana untuk menghibur JingYi. Bocah kecil itu menangis sambil memeluknya, terlebih saat melihat Lan XiChen muncul. Meng Yao berkata dia takut Lan XiChen marah padanya dan menghukumnya.

Mereka menyelesaikan permasalahan JingYi dengan cepat—Terima kasih pada kemampuan Meng Yao untuk berbicara. Lan XiChen meminta maaf pada orang tua yang anaknya dipukul oleh JingYi. Dan orang tua anak itu juga meminta maaf atas sikap nakal anaknya.

“A-Yi, ayo pulang.” Lan XiChen memanggil dengan lembut. Tetapi anak itu tetap memeluk kaki Meng Yao dan enggan melepaskannya. Meng Yao mengusap rambut JingYi, “Yiyi, ayo pulang sayang. Bukan kah Papa mu sudah disini sekarang?”

JingYi menggelengkan kepalanya, “Tidak mau pulang! Nanti Papa memberitahu Kakek dan aku akan dimarah Kakek..”

Lan XiChen, “Kakek tidak akan marah.. ayo pulang.”

Pelukannya pada kaki Meng Yao malah bertambah erat. Dia kemudian merengek, “Guru, boleh kah aku pulang bersama mu? Kakek pasti marah padaku. Dia akan menyuruhku membaca buku yang sangat membosankan dan aku tidak boleh makan kue lagi.”

Meng Yao membuka mulutnya, tetapi kemudian dia menutupnya kembali saat menatap mata JingYi yang mulai berair. Meng Yao mengangkat kepalanya, menatap Lan XiChen dengan tatapan bertanya dan simpati. Akhirnya, Meng Yao harus ikut bersama mereka agar JingYi berhenti merengek. Begitu mereka tiba di rumah Lan XiChen, JingYi menggeliat dari pangkuan Meng Yao saat melihat sepupu nya, Lan Yuan berdiri di depan pintu bersama Ayahnya, Lan WangJi.

“Guru Meng, maaf sudah merepotkanmu. Aku akan mengantarmu pulang.” Lan XiChen berujar. Meng Yao tertawa, membuat kedua lesung pipi nya semakin nampak, “Tolong jangan merasa begitu tentangku. Aku sama sekali tidak direpotkan.”

Dan nampaknya Lan XiChen telah jatuh hati pada senyuman sang guru muda.

Mereka menjadi sering bertemu sejak saat itu. Entah karena JingYi atau karena inisiatif Lan XiChen sendiri. Mereka cukup dekat untuk disebut sebagai teman sekarang. Tetapi, Lan XiChen merasa Meng Yao seolah berusaha menjaga jarak antara mereka. Apakah Lan XiChen membuatnya merasa tidak nyaman?

Lan XiChen merasa sedih jika demikian. Dia merasa sangat nyaman bersama Meng Yao, malah mungkin dia menyukai Meng Yao lebih dari seorang teman.

“Papa!” JingYi memanggil dengan suara keras. Dia memanjat ke pangkuan Lan XiChen. Pria yang lebih dewasa menawarkan senyuman hangat padanya. Dia mengusap kepala putranya lembut. JingYi menatapnya dengan kedua matanya yang bulat dan polos, “Papa sedih, ada apa? Apakah hantu jahat yang membuat Papa sedih? Paman Wei berkata jika hantu jahat akan datang dan mencuri kebahagiaan orang-orang..”

Lan XiChen tersenyum lemah, “Bukan hantu jahat yang membuat Papa sedih. Ada sesuatu yang lain.”

JingYi memiringkan kepalanya, “Apa itu?”

Lan XiChen, “Kau belum akan mengerti sekarang. Tetapi nanti, saat usia mu lebih tua.”

JingYi menganggukkan kepalanya. Tetapi kemudian bocah itu menggelengkan kepalanya dan memasang raut wajah tidak mengerti. Lan XiChen mengusap rambut anaknya dengan penuh sayang, dia kemudian mencium kening putranya lalu berkata, “Sudah larut. Kau harus tidur sekarang.”

..

“Guru Meng!” JingYi memanggil. Kaki kecilnya berlari mendekati pria dewasa yang memandangnya dengan tatapan lembut dan sedikit geli. Bocah kecil itu menarik celana Meng Yao, “Guru Meng, bagaimana cara nya membuat Papa bahagia?”

Xiyao DrabblesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang