Hooh 17

1.8K 190 44
                                    

Pa kabar gesss~
Tau ngga? Daringku jadi luring:v
Zepi sekolah opplen jadi up nya ga bakal cepet
Soalnya banyak tugas T-T

...
[Author POV]

Yuya sekarang ada didalam kamar Yeji. Sekarang hampir tengah malam dan Yeji memaksa Yuya agar menceritakan semuanya.

"Besok aja. Gue ngantuk." Ucap Yuya.

"Cih. Terserah deh." Yeji berbaring dan mereka mulai tertidur.

Pukul 03.17. Yuya terbangun dari tidurnya, menatap Yeji yang tertidur sangat pulas. Yuya mengelus lenganya yang masih samar samar terasa sakit. Obatnya telah membuat bengkaknya berkurang.

Yuya bangun dari ranjang dan pergi kekamar mandi. Yuya mengenakan pakaian Yeji yang pas dibadanya, setelah itu ia pergi keluar.

Yuya meninggalkan note dimeja belajar Yeji sebagai pesan terakhirnya.

"Sampai jumpa Yeji."

Note : Yeji, gue mau pergi. Lo ga perlu tau gue kemana. Kalo Ibu gue nyariin kerumah lo, bilang aja ga tau. Btw gue ambil setengah tabungan lo.

Kira kira begitulah pesanya.

.
.
.

Dikediaman Park. Pukul 6.15, semua sudah berkumpul dimeja makan.

"Bi. Panggil Yuya kesini." Ucap Kun yang langsung diangguki oleh Bibi Yeon.

"Tumben tu anak lama." Ucap Ten basa basi.

"Masih sakit kali." Balas Winwin dengan lahab memakan sarapanya.

"Dih... Lemah banget kalo gitu." Sahut Yuta yang duduk disebelah Winwin.

"Tuan Muda!!! Nona Yuya tidak ada dikamarnya!" Lapor Bi Yeon tiba tiba dengan nafas ngos ngosan. Semua menatap kearah Bi Yeon.

"Palingan udah berangkat." Celetuk Johnny yang langsung diangguki. Setelah sarapan mereka berangkat ke sekolah.

.
.
.

"Tu anak kemana sih." Renjun mendudukan dirinya di sofa kamar Haechan. Haechan yang sedang mengatur ps nya hanya mengangkat bahu acuh.

"Kerumah temennya mungkin. Dahlah kuy main." Balas Haechan melempar stik ps ke arah Renjun.

"Anjim! Untung kagak kena muka gue." Renjun menangkap ps nya.

"Kalo kena ga papa. Biar muka songong lu jadi sedikit ganteng kek gue." Haechan duduk di samping renjun.

"Geli anjir, gantengan juga gue!"

"Ngayal lu. Lebih ganteng gue dari elu!"

"Mata lu tuh katarak! Gue yang ganteng!"

"Lu tuh lebih mirip daki kudanil!"

"Apaan sih kutil badak!"

"EKHM!!!"

Renjun dan Haechan menoleh ke arah Jeno.

"Lebih ganteng gue. Lu bedua mirip dora!"

Dan keributan pun kembali terjadi.

.
.
.

Yuya merasakan sakit yang sangat hebat ditanganya. Entahlah dia lupa berapa suntikan untuk menghilangkan rasa sakit itu. Tubuhnya terbaring lemas di ranjang rumah sakit.

"Yuya bagaimana kondisimu sekarang?" Tanya Dokter Kim ketika memasuki ruang rawat tersebut.

"Sakit ini datang lagi." Jawab Yuya memegang lengan kanannya.

"Bagaimana bisa. Kau sudah diberi suntikan lebih, jika terus menerus tulangmu akan rusak." Dakter berjalan menghampiri Yuya.

"Ah! Gawat. Suster!!!"

Yuya memegang kuat, rasa sakitnya semakin bertambah hingga pandangan itu menjadi kabur. Yuya tak sadarkan diri, dokter Kim semakin panik. Beberapa suster datang dan membantu Dokter Kim dengan alat alat medis yang tersedia disana.

Satu jam, Yuya masih setia menutup matanya.

Dua jam, Yuya menghembuskan nafas terakhirnya.

Tamat.

Heh!:v

Tiga jam, Yuya masih dengan matanya yang tertutup.

Hingga perlahan, kedua kelopak itu terbuka. Yuya mengerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk pada retinanya.

"Ahh." Yuya meringis, merasakan lenganya yang masih sangat sakit jika digerakan. Separah inikah lukanya?

"Yuya, kau sudah sadar? Aku... Harus memberitahumu tentang ini." Dokter Kim duduk dikursi yang ada disebelah ranjang Yuya.

"Tulang dilenganmu. Sulit untuk disembuhkan, akibat benturan yang sangat keras itu membuat sel sel tulangmu menjadi hancur. Terpaksa kami harus mengamputasinya, jika diberi obat terus menerus itu hanya akan memperparah kondisi tubuhmu. Jad—"

"Aku mengerti. Aku juga tidak punya banyak uang, potong saja. Kalau pun aku mati, itu lebih baik." Potong Yuya. Dokter Kim sangat khawatir jika begini.

Yuya sudah sangat yakin dengan keputusanya. Toh dia masih punya satu tangan jika satunya di amputasi. Dia tak mau berlama lama berbaring di ranjang rumah sakit, apalagi bau obat obat yang sangat menyengat di hidung. Ew

.
.
.

Sudah tiga hati Yuya tidak pulang kerumahnya. Itu membuat kekhawatiran seisi rumah megah ini. Semua sedang berkumpul di ruang tengah.

"Bagaimana ini! Apa yang harus kita katakan pada Papa dan Mama?!" Taeyong merasa sangat tidak tenang.

"Ini semua salah lu tau ga! Seharusnya lu ga mukul secara berlebihan malam itu!" Ten menunjuk Taeyong, emosinya mulai meluap.

"Tapi itu semua ide Johnny!" Elak Taeyong, memang benar itu ide Johnny.

"Tapi gue ga nyuruh lu mukul njing!"

"Gue cuma jalanin aja! Bang Taeil yang nyuru pake tongkat besi!"

"Tapi gue ga bilang lu harus mukul sekeras itu!"

"Tapi bang bukan cuma gue! Lu juga! Ngaca dong sat!"

"OKE KITA SEMUA SALAH DISINI! KALIAN BISA DIEM GAK!" Sentak Kun. Ini sudah diluar batas, tidak bisa dibiarkan. Mereka harus mencari kemana Yuya pergi.

"Renjun! Coba lu hubungin lagi dimana Yuya." Ucap Kun. Renjun pun segera mengotak atik ponselnya, sudah lebih dari sepuluh tapi tidak juga diangkat olehnya. Renjun hanya bisa menggeleng.

"Jaehyun. Lacak dimana Yuya sekarang." Jaehyun mengangguk, matanya terfokus pada laptopnya.

"Lucas, Mark, Jungwoo, Haechan, Jeno. Hubungi semua teman Yuya, cari semua informasi tentangnya." Mereka mengangguk, kecuali Lucas yang menatap Kun dengan tajam. Bukan hanya Kun, tapi hampir semua kakak kakaknya disana.

"Ngapa lo ngeliatin gue kayak gitu?" Tanya Taeyong tak senang. Semua menoleh, menatap Taeyong dan Lucas bergantian.

"Gue cuma mau tanya sama lo semua. Bukanya lo semua emang berharap Yuya pergi? Tapi kenapa kalian masih nyari?" Lucas berdiri, menatap semua kakak dan juga adiknya.

Mereka diam.

"Kalian tu udah kelewatan, kalian udah buang dia tapi sekarang kalian pengen dia balik? Buat apa? Cuma buat Papa sama Mama ga marah sama kalian kan? Kalian bener bener kelewatan tau ga! Dia cewek! Kalian tega mukul dia, buat dia sengsara! Ga ada otak lo semua! Anjink!" Lucas berjalan pergi, meraih kunci mobilnya dan melajukanya dijalan raya. Meninggalkan rumah yang sekarang menjadi neraka baginya.

Semua masih terdiam. Benar juga kata Lucas. Mereka menginginkan Yuya kembali hanya agar mereka tidak kena amuk masal dari kepala rumah tangga tersebut.

"SEMUANYA CARI YUYA!!!" Bentak Kun lalu melangkahkan kakinya pergi.

...
Jangan lupa vote and komen gess
(≧∇≦)/

Bad Brother [NCT Story] Ot-18Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang