Hooh 18

1.9K 210 30
                                    

Hai gess😃
Gimana? Masih suka ceritanya Zipo.
Jangan lupa vote and commen gess
Ya gess
Zipo sayang kalian gess
Gesss~
:v
...

Lucas dengan mobilnya melaju dengan kecepatan tinggi mengitari kota Seuol, sudah berjam jam. Hingga sekarang, puluk 3 dini hari Lucas masih setia duduk dalam mobilnya.

"Yuya lo kemana?" Lucas menghentikan mobilnya, dibawah jembatan sungai Han. Ia mengacak rambutnya frustasi, mengingat kejadian kakak kakaknya yang menyiksa Yuya. Seharusnya dia menghentikanya bukan diam saja.

Ia menyesal atas sikapnya itu.

"L-lucas?" Lucas menoleh menatap prempuan berbalut jaket tebal yang berdiri tak jauh darinya. Karna penerangan yang minim, Lucas berjalan mendekat agar dapat melihat sosok tersebut.

"Yeji? Lo temenya Yuya kan?" Tanya Lucas mencoba mengingat. Perempuan itu, Yeji mengangguk membenarkan jawaban dari Lucas.

"Lo tau dimana Yuya kan? Dia dimana? Please kasih tau gue?" Lucas dengan mata yang berkaca kaca mengguncang tubuh Yeji cukup kuat.

"Cas!!!" Yeji melepaskan pegangan Lucas pada pundaknya. "Gue juga ga tau dimana Yuya. Gue udah berusaha nyari dari kemaren kemaren bareng yang lain. Tapi, tetep ga ketemu dimana Yuya." Jelasnya lagi.

Lucas menatap Yeji. Ia mundur, mengacak rambutnya frustasi. Menyalahkan diri sendiri karna tak bisa menjaganya dengan benar. Kenapa saat dia nyaman mendapat seorang adik perempuan dia malah fitinggal pergi.

Jujur saja, Lucas senang mendapat seorang adik prempuan. Namun karna kakak kakaknya yang selalu berfikir bahwa saudara perempuan dapat membuat mereka semua terlupakan, Lucas jadi tak dapat berbuat apa apa.

"Yeji!" Lucas dan Yeji menoleh, menatap dua pemuda yang menghampirinya. Mereka, Bangchan dan Changbin menatap Lucas.

BUGH!!! Tiba tiba saja Bangchan melemparkan tonjokan pada rahang Lucas yang langsung tersungkur ketanah. Tak ada persiapan.

"Lo! Yang buat Yuya pergi!!! Bangsat lo anjing!" Bangchan menarik kerah baju Lucas dan menghajarnya lagi. Yeji dan Changbin yang kaget karna tindakan Bangchan tiba tiba segera memisahkan keduanya.

"Sini Lo anjing!!! Lepasin gue Bin!"

"Bangchan! Tenang dulu lo ga boleh emosi!" Ucap Changbin, ia menatap Lucas yang tersungkur disana.

"Lo ga papa?" Yeji membantu Lucas berdiri. Beberapa lebam terdapat di bagian wajahnya. Lucas menyeka darah segar yang mengalir pada sudut bibirnya.

Lucas menatap Bangchan tajam. Ingin sekali ia membalas tonjokan tonjokan itu, namun ia masih bisa berfikir dingin. Lucas melangkah pergi memasuki mobilnya tanpa peduli panggilan panggilan dari Yeji.
.
.
.
Ditempat lain, dimana ia bersembunyi menatap kejadian beberapa menit yang lalu. Kejadian dimana Yeji bertemu Lucas dan Bangchan yang menghajar Lucas.

"Maaf." Hanya itu yang bisa ia ucapkan. Yuya melangkahkan kakinya memasuki mobil yang tergolong mewah itu. Yuya menatap lelaki tampan dikursi kemudi, lalu mengangguk yang membuat mobil itu melaju membawanya pergi menjauh.

"Lo yakin ga mau kasih kabar ke mereka?" Tanya pria itu menatap jalanan malam yang gelap.

"Hm..." Yuya memandang lengan kanan berbalut gips.

"Kai. Gue bolehkan ikut lo ke Amrik?" Yuya menatap pria blasteran Amrik-Korea disampinya. Heuningkai, pria itu hanya tersenyum kearah Yuya.

"Kalo papa ngizinin gue bakal jaga elo kok." Heuningkai mengacak rambut Yuya, Yuya tersenyum.

Yuya duduk ditaman rumah sakit, menatap lengan yang masih membengkak. Biaya dari mana untuk berobat? Uang yang dicuri— dipinjam dari Yeji saja hanya untuk pereda bengkak dan nyeri saja.

Yuya melangkahkan kakinya pergi, namun baru beberapa langkah ia menabrak bahu seseorang yang membuatnya meringis sakit karna lenganya yang bengkak ikut tersenggol.

"M-maaf." Ucap Yuya lirih.

"Yuya?" Merasa namanya terpanggil. Yuya menatap satu rombongan keluarga yang salah satunya ia tabrak tadi. Yuya membulatkan matanya menatap pria paruh baya yang berjalan mendekat.

"Ayah?" Jujur saja, Yuya memang membenci ayahnya karna mencampakan ibunya. Tapi rasa rindu seorang anak pada ayahnya pastilah ada.

"Yuya." Pria itu, ayah Yuya memeluknya dengan sangat erat. Begitu pun Yuya yang memeluknya, walaupun dengan satu tangan.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya ayah. Yuya menyembuyikan sebelah tanganya ke belakang. Ia hanya tersenyum "tidak ada." Jawabnya.

Yuya masih ingat bahwa ayahnya sama saja dengan ibunya, hanya menyukai kakaknya yang sudah tenang disana. Tapi ini? Apakan ayahnya berubah?

"Akh!" Sakit? Jelas saja. Tangan Yuya ditarik paksa oleh seorang lagi yang kemungkinan seumuran denganya. Bukan hanya pria yang menarik lenganya, tapi Ayah dan wanita yang tengah mengandung dibelakangnya itu terkejut menatap lenganya yang bengkak dengan beberapa lebam disana.

"Y-yuya?" Baiklah Yuya tak daoat menahan tangisnya. Ia meringis sakit, dengan segera ayah menariknya masuk kedalam tuangan dokter Kim. Dari gejala awal hingga akhir dokter Kim menjelaskan keadaan lengan Yuya pada ayahnya tersebut.

"Jadi bagaimana menyembuhkanya dok?" Tanya wanita yang ternyata adalah istri ayahnya. Ia memeluk Yuya bak anaknya sendiri, tak lupa seorang pria muda yang seumuran denganya sedang bersandar ditembok dekat pintu.

Dokter Kim menghela nafas lalu menjelaskan tentang oprasi penambalan tulang. Ayah yang terkejut akan itu memaksa Yuya untuk melakukan oprasi. Yuya menolak mentah mentah, tapi apa daya.

Malam itu juga Yuya melakukan oprasi, hingga pukul 2 dini hari oprasi selesai dilakukan. Lengan Yuya sudah dipasang gips agar tak terbentur atau bersenggolan.

Beruntung ia bertemu ayahnya. Sehari kemudian Yuya memaksakan diri untuk keluar dari rumah sakit. Ia ikut tinggal bersama ayahnya karna paksaan istrinya itu, yang sekarang juga menjadi ibunya. Serta saudara laki laki bernama Heuningkai.

Ayahnya yang ternyata sangat merindukanya, mengatakan bahwa ia menyesal membagi bagi kasih sayang. Karna ibu batunya ayahnya berubah menjadi lebih baik.

Heuningkai bersamaan dengan Yuya masuk kedalam rumah mewah bercak putih tersebut. Yuya hanya masih canggung dengan keluarga yang beberapa hari ini ia temui.

"Ayah. Yuya ikut Kakak ke Amrik ya." Pinta Yuya. Ia duduk disofa sebelah ayahnya.

"Tapi Yuya, kau harus menjalai beberapa terapi." Balasnya.

"Ayah kumohon. Yuya bisa kok terapi sendiri, nanti Kai bantuin Yuya juga kok. Iya kan Kai?!!" Yuya menatap Haeuningkai yang hanya tersenyum kaku sembari mengangguk pasrah.

Dengan keterpaksaan, ayahnya itu menyetujuinya. Dengan sayu syarat, salah seorang maid ikut mereka unyuk membantu mengawasi keadaan Yuya.

Malam itu juga Yuya mengemas pakaian(?) walaupun hanya satu tas ransel. Yuya akan membeli beberapa pakaian disana. Ia juga akan bersekolah disekolah yang sama dengan Heuningkai.

...

Jangan lupa tinggalkan jejak gesss!
Harus vote!
Kuy kuy kuy kuyyy~
Terngiang nada Kuy nya bang Taeil:)
                                   

Bad Brother [NCT Story] Ot-18Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang