𝘤𝘢𝘳𝘦

385 52 12
                                    

Hyungwon terdiam ketika Jeongyeon tidak menjawab panggilannya dan memilih untuk berjalan tanpa tujuan. Diam-diam pikirannya ikut berkecamuk. Apalah ia sudah memaafkan Jeongyeon atau belum?

Ia juga tidak tahu.

Hyungwon kemudian menghela nafas, kemudian kembali fokus pada pandangan di depannya. Tapi tiba-tiba seorang lelaki tampak berjalan terburu-buru dari arah yang berlawanan.

Lelaki itu memakai pakaian serba hitam dan tidak terlihat memberi fokus pada sekitarnya.

Semua baik-baik saja di mata Hyungwon sampai lelaki bermarga Chae itu sadar kekasihnya akan tertabrak dari arah yang berlawanan. Apalagi suasana di lorong itu yang lumayan ramai memperparah keadaan.

Hyungwon kemudian melepas genggaman mereka berdua, lalu menarik pinggang Jeongyeon. Menghapus jarak di antara mereka dan memberi ruang yang cukup bagi si Lelaki yang troli miliknya hampir menabrak Jeongyeon.

Jeongyeon mengerjap, bingung dengan Hyungwon yang tiba-tiba melakukan hal yang begitu intim.

"Hyungwon ... ?"

Lelaki itu menengok sekilas, kemudian kembali fokus mendorong troli mereka. "Jangan melamun, kamu hampir saja tertabrak troli tadi," ucap Hyungwon membuat Jeongyeon terkejut.

Perempuan itu kemudian menengok ke arah kanan, kiri, kemudian belakang. Ia lalu menghela nafas, Jeongyeon benar-benar tidak dapat membaca pikiran milik kekasihnya.

Jeongyeon ragu, ia gugup. Bagaimana jika Hyungwon tidak akan memaafkannya selamanya? Tapi Hyungwon baru saja menjaganya dari troli milik orang asing itu. Berarti Hyungwon masih mencintainya kan?

Mereka berjalan di lorong yang cukup sepi, pegangan Hyungwon sudah terlepas.

Dengan pikiran berkecamuk Jeongyeon berhenti berjalan tanpa sadar. Menyisakan Hyungwon yang melaju sambil mendorong troli sambil sesekali melihat barang yang tersusun di rak.

"Sayang ...,"
"apa kau benar-benar tidak akan memaafkanku?"

Jeongyeon bertanya lirih dari tempatnya, menunduk menatap lantai dengan perasaan gugup.

Bagaimana jika pikiran positifnya tidaj terjadi? Bagaimana jika Hyungwon memutuskan untuk memutuskan hubungan mereka karena candaannya yang lucu?

Ugh, Jeongyeon bisa gila memikirkannya.

"Maafkan aku, aku- sku benar-benar minta maaf ... hiks," isakan mulai terdengar dari bibirnya. Sejujurnya Jeongyeon tidak mau menangis, tapi entah kenapa air matanya menetes begitu saja.

Bagaimana jika Hyungwon memutuskan untuk putus dengannya?

Bagaimana jika lelaki itu sudah tidak mencintainya?

Bagaimana kalau-

"Kenapa kamu menangis?" Suara itu membuat Jeongyeon mendongak. Di hadapannya Hyungwon berdiri di depannya dengan wajah khawatir. "Harusnya aku yang menangis ketika mendengar leluconmu tadi."

"Apakah kamu tahu betapa takutnya aku kehilanganmu? Kita bahkan belum menikah, aku masih ingin mempunyai putri cantik yang mirip denganmu."

Mendengar kata-kata Hyungwon air mata Jeongyeon justru semakin deras. "Hyungwon-ahhh!" ia berteriak lalu melemparkan tubuhnya kepelukan Hyungwon yang kaget karena serangan tiba-tiba dari kekasihnya tersebut.

"Maafkan aku, maafkan aku, maafkan aku," isak Jeongyeon dalam dekapan Hyungwon yang balas memeluknya sambil sesekali mengelus surai coklatnya lembut.

"Aku memaafkanmu," jawab Hyungwon lembut, "lain kali jangan bercanda seperti itu ya. Aku tidak suka."

"Iya! Aku akan hiks- melakukannya!" jawab Jeongyeon sungguh-sungguh. Perempuan itu mendongak sambil menatap kekasihnya dengan mata memerah dan berkaca-kaca khas orang yang habis menangis.

Hyungwon tersenyum tipis.

Ia lalu mengusap pipi Jeongyeon yang masih menyisakan bekas air mata. "Haduh ... pacarku kenapa menangis sih? Kan cantiknya jadi tidak kelihatan."

"Pacarku kan cantik. Kalau tidak cantik aku tidak akan menikahinya," lanjut Hyungwon sambil mengusap ujung mata Jeongyeon dengan lembut. "Dasar jelek," goda Hyungwon sambil menjawil hidung Jeongyeon dengan lembut.

Jeongyeon memajukan bibirnya manja.

"Aku jelek?" tanya Jeongyeon dengan wajah merajuk. Hyungwon mengangguk, "sangat jelek," jawabnya dengan nada jahil.

"Kalau aku jelek berarti kamu tidak akan menikahiku?"

Hyungwon terkejut, "eoh? Kata siapa?"

"Kan kamu yang bilang!" rajuk Jeongyeon denfan intonasi yang lebih tinggi. "Lagipula aku juga gak mau menikahimu! Huh!"

"Yang benar?"

"Iy-" belum sepat Jeongyeon melanjutkan ucapannya bibirnya sudah ditabrak dengan bibir penuh milik Hyungwon.

"Kau akan menikahiku,"
"sayang."








Menurut kalian enakan masa-masa masih tunangan kayak gini apa langsung nikah? Aku ga jago bikin cerita romantis 😥😫

Slice of ᵘʷᵘTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang