15. Dua Pangeran

3.5K 633 81
                                    

.
.
.
.
.

Mempunyai anak? Sama sekali belum terpikirkan oleh Dinda. Begitupun dengan Taeyong yang rupanya punya pemikiran yang sama dengan sang istri. Mereka berdua memutuskan untuk menunda dulu dan ingin fokus pada kerjaan masing-masing, mereka juga ingin mempersiapkan lebih matang lagi baik persiapan mental, fisik, dan finansial sebelum akhirnya memiliki seorang keturunan.

Baik Dinda dan Taeyong tidak mau jika anak-anak mereka nantinya kesulitan karena kedua orang tuanya yang belum siap menerima mereka. Toh Dinda juga masih fokus memantapkan hatinya untuk Taeyong meskipun Dinda sendiri tidak tahu bagaimana perasaan lelaki itu padanya. Karena Taeyong tidak pernah mengatakan soal isi hatinya pada Dinda. Yang Dinda ingat, laki-lakinya itu hanya mengajaknya menikah tanpa alasan yang lebih jelas lagi selain kalimat, aku cuma mau menikahi kamu. Nggak ada alasan lain.

Ini adalah hari ke empat mereka bekerja. Jika kemarin-kemarin Taeyong yang selalu memasakkan sarapan untuk keluarganya, maka lain hari ini. Dinda sengaja bangun pagi-pagi untuk membuatkan sarapan dan juga bekal kerjanya juga Taeyong, "Nasi goreng?" Tanya Taeyong begitu keluar dari kamar mandi dan melihat istrinya tengah memasak sesuatu di depan kompor.

Dinda mengangguk, "Nggak apa-apa kan? Akhir bulan baru deh beli ayam karena aku udah gajian hehe."

Taeyong tersenyum. Lalu pamit pada Dinda untuk bersiap-siap sebelum berangkat ke kantor.

Saat Taeyong selesai bersiap, Dinda juga menyelesaikan masaknya. Wanita itu kemudian menyuruh kedua adik iparnya untuk sarapan lebih dulu. Karena Dinda sendiri harus berganti baju, "Mas? Bisa tolongin aku nggak?" Panggil Dinda dari dalam kamar. Taeyong yang sedang sarapan bergegas menyusul istrinya.

"Kenapa?"

"Ambilin tas aku yang ada di atas lemari itu dong. Aku nggak sampai," Pinta Dinda.

Taeyong mengambilkannya dan memberikannya pada Dinda.

"Makasih ya."

Taeyong mengangguk, "Eum Din?" Panggilnya.

"Ya?"

"Kalau kamu kesusahan, berhenti aja nggak apa-apa," Ucap Taeyong yang membuat Dinda menatapnya.

"Maksudnya Mas?"

"Kalau kamu ngerasa kerja itu susah, berhenti aja nggak apa-apa. Biar aku yang kerja sekuat tenaga untuk keluarga kita. Lagipula itu kan udah kewajiban aku sebagai kepala keluarga."

Dinda tersenyum. Dia tahu jika Taeyong itu laki-laki yang baik, namun Dinda baru sadar jika Taeyong juga laki-laki yang manis.

"Aku nggak apa-apa Mas. Kalaupun aku kesusahan, aku pasti bakal bilang sama kamu."

Taeyong meraih kedua tangan Dinda dan menggenggamnya, "Aku janji, tahun ini kamu bisa lanjut kuliah lagi dan kita bisa pindah ke kontrakan yang lebih luas dari pada ini."

Dinda mengangguk, "Aku doain semoga semuanya tercapai ya Mas."

"Aamiin. Yaudah, ayo sarapan dulu. Nanti kamu aku antar pakai motornya Doyoung," Setelah mulai bekerja, Taeyong meminjam motor Doyoung yang sudah jarang dipakai untuk pulang-pergi ke kantor. Lumayan, biaya yang seharusnya dipakai untuk pulang-pergi naik angkutan umum bisa disimpan dan sebagai tambah-tambahan uang belanja istrinya.

Success ; Taeyong [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang