23. Balasan Dari Dinda

3K 595 69
                                    

Hei udah lama nich. Kira kira yang baca masih ada gak?
.
.
.
.
.

Beberapa bulan setelah kecelakaan Diana, semua kembali berjalan baik. Dinda dan Taeyong tak lagi khawatir soal Diana karena wanita paruh baya itu sudah kembali sehat dan bisa beraktifitas seperti biasa lagi. Hanya saja kali ini Dinda sedang mengkhawatirkan soal suaminya, siapa lagi kalau bukan Taeyong?

Sejak kemarin malam, pria itu muntah-muntah dan tak mau makan. Mereka sudah pergi ke rumah sakit untuk berobat, dan dokter mengatakan jika asam lambung Taeyong sedang naik. Katanya setelah di beri beberapa obat juga akan sembuh. Nyatanya sampai siang ini, Taeyong belum juga sembuh. Bahkan dia harus mengambil cuti, begitupun Dinda. Awalnya Taeyong menyuruh istrinya untuk tetap bekerja dan tak usah mengkhawatirkannya, tapi yang namanya istri, Dinda tetap khawatir akan keadaan Taeyong.

Jadilah wanita itu merawat Taeyong seharian di rumah, "Mas, ayo makan dulu. Aku suapin deh," Sebetulnya Dinda lelah menyuruh Taeyong untuk makan, karena pria itu selalu menolaknya dengan banyak alasan. Mulai dari mual, mulutnya pahit, dan macam-macam lainnya.

"Nggak mau Din. Nanti aja."

"Mas, kalau nanti gimana kamu minum obatnya coba? Please, makan ya, empat suap juga nggak apa-apa deh."

Taeyong kembali menggeleng, membuat Dinda akhirnya menghela napas pasrah. Wanita itu meletakan piring yang sempat dia pegang ke atas nakas, lalu dia ikut berbaring di samping Taeyong.

Karena tidak tahu harus apa, Dinda memilih memainkan ponselnya. Kening wanita itu mengerut saat melihat tanggal yang tertera di benda pipih itu. Reflek Dinda bangun dari posisinya dan duduk bersandar di kepala ranjang.

"Kenapa Din?" Tanya Taeyong.

"Sut, aku lagi ngitung," Mulut wanita berambut sebahu itu menggumam kecil, "Mas! Aku telat datang bulan tiga minggu."

Taeyong yang semula berbaring ikut duduk, "Jadi ada kemungkinan kamu hamil gitu?"

Dinda mengangguk, "Bisa jadi. Besok pagi aku periksa pakai tespack deh," Kedua sudut bibirnya terangkat, tak sabar menunggu hari esok untuk tahu kebenarannya.

Besoknya, sebelum berangkat kerja, Dinda memastikan dirinya benar-benar hamil atau tidak dengan testpack yang sudah dia beli semalam di apotik. Sedangkan Taeyong menunggu di kamar dengan perasaan yang juga gelisah. Dulu dirinya memang sangat menolak untuk memiliki anak, tapi sekarang dia sangat berharap jika akan ada malaikat kecil yang memanggilnya dengan sebutan Papa.

"Mas!" Dinda masuk ke dalam kamar lalu memeluk Taeyong dengan erat, "Aku positif," Bisik wanita itu yang membuat hati Taeyong berbunga.

Tanpa terasa air mata pria itu turun, dia membalas pelukan istrinya, "Selamat untuk kita," Ucap Taeyong.

"Aku cinta kamu," Ujar Dinda mendadak mengutarakan perasaannya, membuat Taeyong terdiam mendengarnya. Selama keduanya menikah, baru kali ini kata-kata itu keluar dari mulut Dinda. Karena selama ini hanya Taeyong yang mengutarakan perasaannya, dan pria itu juga tidak pernah menanyakannya langsung atau mendesak Dinda mengenai perasaannya pada Taeyong, "Aku cinta kamu Mas, maaf baru bilang, karena selama ini aku masih belum yakin."

Taeyong makin mengeratkan pelukannya. Dia tak menyangka jika hari seperti ini akan datang dalam hidupnya. Namun jika Taeyong mengingat kejadian belasan tahun lalu, yang membuat nyawa Ayah dari istrinya melayang, pria itu merasa tidak pantas untuk dicintai oleh Dinda.

Success ; Taeyong [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang