19. Permohonan Taeyong

3.2K 605 34
                                    

Update terakhir sebelum PTS, doain nilai asem lancar ya teman teman
.
.
.
.
.

Satu hal yang Dinda ingat dari sosok Hari adalah dia seorang yang baik kepada Dinda dan keluarganya.

Dinda masih ingat betul di hari kematian Ayahnya, Hari ada dan menenangkannya. Lelaki paruh baya itu mengatakan pada Dinda bahwa semua akan membaik. Hari juga bilang, kalau Dinda bisa menganggapnya seperti Ayah sendiri. Dan karena itu Dinda sangat dekat dengan Hari, dia bisa melihat sosok Rudi pada Hari, penyayang, sabar, dan apapun yang Dinda inginkan atau saat Dinda rindu Ayahnya, Hari selalu ada. Namun semua berubah lima tahun kemudian, tepat saat istri Hari meninggal. Tidak lama dari kejadian itu, Hari tiba-tiba pergi dan menghilang, menelantarkan ketiga anaknya tanpa uang sepeserpun.

Dinda sendiri tidak tahu kemana perginya Hari saat itu, namun dia merindukan mertuanya. Karena setiap dekat dengan Hari, Dinda bisa merasakan kasih sayang seorang Ayah lagi. Dan kemarin, Dinda baru bisa melihat Hari lagi setelah bertahun-tahun lamanya. Namun sayangnya kehadiran Hari tidak terlalu diharapkan oleh Taeyong, dan itu membuat Dinda sedikit sedih.

"Zo, gue duluan ya," Pamit Dinda setelah berada di atas ojol. Pulang kuliah ini, dia berniat untuk pergi ke mal yang kemarin dia dan Taeyong kunjungi. Bukan untuk membeli sesuatu apalagi nonton bioskop di sana, tujuan Dinda adalah untuk menemui Hari.

Begitu turun dari ojol, Dinda langsung mencari-cari keberadaan Hari di mal. Sepuluh menit kemudian dia menemukan mertuanya tengah mengelap-ngelap kaca, "Om Hari," Panggil Dinda, membuat Hari menoleh.

Mereka memutuskan untuk mengobrol di luar setelah Hari meminta izin pada atasannya dan diberikan waktu lima belas menit untuk menyelesaikan urusannya, "Om," Dinda menatap Hari yang duduk di depannya. Dia merasa sedih sekaligus bahagia karena bisa melihat Hari setelah sekian lama, "Gimana kabarnya?"

Hari tersenyum, "Baik. Kamu sendiri gimana nak?"

"Alhamdulillah aku sehat. Om kemana aja? Kenapa selama ini menghilang?"

Hari hanya diam.

"Nggak apa-apa kalau Om nggak mau jawab. Itu hak Om. Tapi kedatangan aku kesini cuma mau bilang sesuatu sama Om Hari," Ada jeda sebentar di sana, "Aku sama Mas Taeyong udah menikah."

Hari terlihat kaget, raut wajahnya seolah meminta penjelasan lebih detail lagi.

"Sekitar setahun yang lalu Mas Taeyong melamar aku, dan kami memutuskan untuk menikah."

Mendengar itu akhirnya Hari kembali tersenyum, "Selamat ya Dinda, Om ikut senang dengarnya."

Dinda ikut mengangkat kedua sudut bibirnya, "Terimakasih Om. Jadi apa Om setuju dengan hubungan kami?"

Hari mengangguk, "Tentu. Om tahu kamu gadis yang baik dan santun. Om yakin, pasti hidup Taeyong sangat bahagia karena memiliki istri seperti kamu," Katanya, "Tolong jaga Taeyong, Wony, dan Yuli untuk Om ya Dinda. Om percaya sama kamu," Mendengar itu Dinda yakin jika sebenarnya Hari menyayangi anak-anaknya.

"Maaf ya Om, aku belum bisa bawa Mas Taeyong buat ketemu Om," Sesal Dinda, merasa bersalah karena belum bisa mempertemukan mertuanya dengan suaminya. Dinda sebetulnya ingin mempertemukan keduanya, namun mengingat sikap Taeyong kemarin, membuat wanita itu mengurungkan niatnya dan memberikan Taeyong lebih banyak waktu lagi sampai Taeyong benar-benar siap untuk bertemu Hari.

"Nggak apa-apa. Oh iya, karena kamu udah jadi menantu Om, mulai hari ini panggil Om dengan sebutan Ayah aja ya? Biar sama kayak Taeyong."

Dinda mengangguk dengan semangat, "Iya, Ayah."

Hari tersenyum. Tak lama dia mendapat panggilan untuk segera melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda. Sebelum pergi, Dinda sempat menanyakan alamat rumah Hari dan lelaki itu mengatakan bahwa dia tinggal dengan temannya. Jika Dinda ingin bertemu dengannya lagi, Dinda tinggal menghubungi nomor hp yang sebelumnya sudah Hari berikan.

*****

Dinda mengecek ponselnya berulang kali untuk memastikan apa Taeyong sudah membaca whatsappnya. Sepuluh menit yang lalu Dinda menanyakan keberadaan Taeyong karena ini sudah pukul sepuluh malam, sudah seharusnya Taeyong pulang. Namun sampai saat ini Taeyong tak membalas chatnya.

Dinda memilih untuk pergi ke dapur dan menutup makanan yang sebelumnya sudah dia siapkan untuk Taeyong dengan tudung saji. Padahal dia sengaja masak makan malam agar bisa makan bersama dengan suaminya. Tapi karena lapar, akhirnya jam delapan tadi dia makan duluan bersama kedua adik iparnya.

Mendengar deru mesin motor lalu disusul dengan suara berat Taeyong yang mengucapkan salam, membuat Dinda buru-buru pergi ke ruang tengah, "Waalaikumsalam," Dinda mencium tangan Taeyong seperti biasanya, "Mas dari mana aja? Kok jam segini baru pulang?"

"Aku di ajak ketemu klien sama Yuta di Bogor tadi. Makanya baru pulang. Maaf ya nggak ngabarin, hp aku mati."

Dinda menghela napasnya lega. Takut jika terjadi sesuatu yang buruk pada suaminya, "Udah makan?"

"Udah. Aku langsung bersih-bersih ya Din, capek banget. Mau tidur," Kata Taeyong kemudian meninggalkan Dinda untuk bersih-bersih.

Karena tidak terbiasa dengan sikap Taeyong yang seperti ini, membuat Dinda bingung sendiri akan suaminya. Bahkan jika biasanya Taeyong akan memeluk Dinda sebelum atau saat tidur, sekarang lelaki itu tidur dengan memunggungi Dinda.

Dinda menghela napasnya sambil menatap langit-langit kamarnya, "Mas udah tidur?" Tanyanya pada akhirnya.

Taeyong yang semula sudah memejamkan mata, kembali membukanya. Karena memang sebenarnya dia tidak bisa tidur, itu hanya alasannya untuk menghindari Dinda.

"Kalau belum, aku cuma mau kasih tau, kalau sore tadi aku ketemu sama Ayah kamu lagi."

Taeyong masih diam, menunggu apa yang akan Dinda katakan meski sebenarnya banyak pertanyaan di otaknya.

"Aku kasih tau beliau kalau kita udah menikah. Dan Ayah Hari keliatan seneng dengernya. Aku harap, suatu hari nanti kamu dan Ayah Hari bisa sedeket dulu lagi. Karena aku bisa liat dari mata Ayah kalau beliau sayang sama kamu dan adik-adik kamu."

Tanpa sadar Taeyong meneteskan air matanya. Dia juga rindu Ayahnya, namun rasa benci itu lebih besar terhadap Hari. Menurut Taeyong sudah banyak kesalahan fatal yang Hari buat sehingga dia tidak bisa memaafkannya. Mulai dari menabrak Rudi yang membuat Dinda sekeluarga bersedih, sampai Hari yang meninggalkannya dan adik-adiknya setelah kematian Ibunya.

"Jangan temui orang itu lagi," Pinta Taeyong seraya membalik tubuhnya menghadap Dinda dan menatap wanita itu lamat, "Aku mohon..."

Success ; Taeyong [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang