28. Pergi

2.9K 532 51
                                    

.
.
.
.
.

Setelah tahu siapa pelaku yang membuat Ayahnya meninggal, Dinda memilih untuk pergi dari rumah. Taeyong sudah mencoba menahannya, namun wanita itu bersikukuh dan akhirnya pergi hanya dengan berbekal sebuah dompet. Bahkan ponselnya pun dia tinggal di rumah.

Jangan pikir Taeyong membiarkan sang istri pergi begitu saja, apalagi dalam keadaan hamil, tidak mungkin Taeyong melakukan itu. Dia juga mencoba mencari Dinda ke berbagai tempat yang biasa wanita itu kunjungi termasuk rumah Zoa-sahabat Dinda-namun Taeyong tak menemukan Dinda di sana. Bahkan di rumah Dianapun, Dinda tidak ada. Meski Diana sempat bertanya apa terjadi sesuatu di antara Taeyong dan Dinda, pria itu segera mengatakan jika hubungannya dan Dinda baik-baik saja.

"ARGGH!" Taeyong berteriak frustasi, sudah pukul delapan malam Dinda tak kunjung pulang ke rumah.

"Taeyong maafin Ayah," Ucap Hari seraya menghampiri putranya yang terlihat kacau di kamar.

Taeyong menatap Ayahnya tersebut dengan sendu, tidak lama air mata pria itu mulai menetes. Dengan segera Hari memeluknya, "Dinda pergi Yah..." Lirih Taeyong seraya membalas pelukan Hari.

Ketakutan Taeyong selama ini akhirnya terjadi juga. Dinda tahu, dan memilih pergi karena merasa kecewa. Mungkin ucapan Hari siang tadi ada benarnya, dia bukan hanya takut Dinda sakit hati, tapi juga takut jika Dinda akan pergi meninggalkannya seperti sekarang.

Tak jauh berbeda dengan Taeyong yang merasa kacau dan terpukul akan kepergian Dinda, wanita itupun sama. Dinda merasa kacau setelah tahu kebenarannya, dan membuat dirinya sejak tadi menangis tak kunjung henti, membuat pria di sebelahnya merasa bingung, "Din, lo udah nangis terus sejak datang kesini. Dan belum cerita sedikitpun sama gue. Kenapa?" Tanya Yuta hati-hati.

Benar, Dinda memilih kabur ke rumah Yuta. Karena dia tahu tempat ini adalah satu-satunya tempat yang tidak mungkin Taeyong kunjungi. Awalnya Dinda berniat pergi ke rumah Zoa, namun di tengah jalan wanita itu berpikir jika Taeyong pasti akan mendatangi rumah Zoa. Akhirnya dia memilih rumah Yuta sebagai tempat persembunyian sementaranya dari sang suami.

Sejak kedatangannya ke rumah Yuta, Dinda belum bercerita sedikitpun pada pria itu. Dia hanya sibuk menangis karena merasa syok dan tidak menyangka jika selama ini mertuanya lah yang membuat Ayahnya meninggal.

Hari, orang yang selama ini Dinda anggap seperti Ayahnya sendiri, dan selalu ada saat Dinda merindukan sosok Rudi, ternyata adalah pelaku sebenarnya. Sungguh, Dinda merasa sangat kecewa. Dia bertanya-tanya mengapa Tuhan membuat skenario hidup yang sulit untuknya? Bahkan suaminya sendiri menutupi kekejian seorang Hari darinya.

"Dinda," Panggil Yuta dengan suara lemah lembut. Sebenarnya dia sangat mengkhawatirkan kondisi Dinda. Yuta menemukan wanita itu di depan pintu rumahnya dengan kondisi menangis tersedu-sedu tadi. Bahkan hanya dengan melihat begitu saja hati Yuta ikut teriris.

"Mas lo tau kan tentang bokap gue yang udah lama meninggal?" Akhirnya si wanita bersuara.

Yuta mengangguk ragu. Dulu saat dia masih mengajar Dinda les private, sedikit banyak Dinda pernah bercerita soal Rudi padanya, "Kenapa lo nanya gitu?"

"Mertua gue pelaku yang udah buat Ayah meninggal dunia."

"Hah?" Yuta berusaha memahami ucapan Dinda, "Maksud lo orang tuanya Taeyong?"

Dinda mengangguk, "Ayahnya Taeyong yang nabrak Ayah gue."

Yuta tidak tahu harus merespon apa. Tapi ketika mendengar suara isakan Dinda, pria itu berinisiatif untuk memeluknya. Yuta menepuk-nepuk pelan punggung Dinda, berharap istri dari Taeyong tersebut segera tenang, "Gue tau lo terpukul banget Din. Tapi kalau bisa, lo jangan terlalu kalut sama kesedihan ini. Apalagi lo lagi hamil. Lo harus tetap kuat, demi janin yang lagi lo kandung."

Malam itu Dinda meminta izin Yuta untuk menginap sementara di sini. Besok, jika dia sudah merasa baikan, Dinda berniat untuk pergi, "Lo kalau perlu sesuatu, bangunin gue aja ya Din. Selimutnya ada di lemari itu," Ujar Yuta setelah mengantar Dinda ke kamar tamu.

"Makasih Mas," Ucap Dinda, "Eum Mas?"

"Iya? Lo butuh sesuatu?"

Dinda menggeleng, "Tolong jangan kasih tau Taeyong kalau gue ada di sini."

Yuta tersenyum tipis lalu mengangguk, "Iya, yaudah lo istirahat gih. Selamat malam," Katanya lalu menutup pintu kamar tamu, membiarkan Dinda untuk istirahat. Meski nyatanya Dinda tidak beristirahat, dia justru melamun di depan jendela kamar setelah membuka sedikit jendela tersebut, membiarkan angin malam masuk ke dalam kamar.

Langit malam ini terlihat lebih gelap dari biasanya, tidak ada bintang, dan cahaya bulanpun tertutup oleh awan mendung, seolah menggambarkan suasana hati Dinda saat ini.

"Kenapa lo bohongin gue Mas selama bertahun-tahun ini?" Tanyanya begitu lirih. Air matanya yang sempat berhenti sejenak, kini kembali menetes karena hatinya merasakan sakit yang luar biasa. Dinda kecewa pada Taeyong dan mertuanya. Kedua orang yang selama ini dia percaya dan dianggap baik, ternyata tidak lebih seperti seorang bajingan.

Dinda tidak bisa membayangkan bagaimana sakitnya Rudi saat itu, ditinggal sendirian dalam keadaan penuh luka dibawah guyuran hujan, "Maafin Dinda Yah..." Kaki si wanita melemas, dia menangis sambil terduduk.

Sedangkan di tempat lain, Taeyong berniat untuk mencari Dinda kembali. Dia bertekad akan mencari istrinya kemanapun dan dimanapun sampai ketemu. Saat baru menyalakan mesin mobil, Taeyong mendapati telepon dari Yuta, "Halo Ta?" Jika di kantor Taeyong dan Yuta adalah sebagai bos dan bawahan, maka di luar kantor mereka adalah sepasang sahabat.

"Yong, bisa lo ke rumah gue?"

"Untuk saat ini nggak bisa, Dinda pergi dari rumah. Gue harus nyari dia dulu."

"Tapi ini pekerjaan yang penting. Lo bisa aja gue pecat karena nggak datang kesini."

"Nggak ada yang lebih penting dari istri gue. Terserah kalau lo mau pecat gue karena nggak datang, karena gue nggak memperdulikan hal lain kecuali keselamatan Dinda dan anak gue."

Di seberang sana Yuta menyunggingkan senyumnya. Dia berhasil menguji kesetiaan Taeyong. Dari sini saja Yuta bisa tahu jika Taeyong sepertinya tidak ada niat sedikitpun untuk menyakiti Dinda. Karena jika benar Taeyong berniat menyakiti Dinda, maka pria itu pasti akan memilih pekerjaannya, "Kalau lo nggak datang, istri lo buat gue gimana?"

"Hah?" Taeyong tak mengerti dengan ucapan sahabatnya.

"Dinda ada di rumah gue. Lo cepet kesini sebelum gue rebut istri lo itu."

Mendengar itu Taeyong langsung memutuskan sambungan teleponnya dan segera pergi ke rumah Yuta, tempat di mana istrinya sekarang berada.

"Dinda?" Tanya Taeyong begitu bertemu dengan Yuta.

"Ada di kamar tamu."

Taeyong menghela napasnya. Dirinya merasa lega karena bisa menemukan Dinda, "Gue masuk ya Yut."

Yuta mengangguk, dia mengantarkan Taeyong sampai di depan pintu kamar tamu, lalu meninggalkan Taeyong sendirian di sana.

Perlahan tapi pasti, Taeyong membuka pintu tersebut. Dirinya merasa heran karena tak menemukan Dinda di sana. Namun saat Taeyong masuk lebih jauh lagi ke dalam kamar, matanya terbelalak melihat istrinya yang tergeletak tidak sadarkan diri di lantai.







Ikan hiu makan tomat
Rasanya, ah mantap😗

Success ; Taeyong [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang