Perpustakaan Lantai 4

3.2K 276 35
                                    

Langit sudah semakin gelap membuat Taeyong mempercepat langkahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit sudah semakin gelap membuat Taeyong mempercepat langkahnya.
Kelihatannya sebentar lagi akan hujan, berbanding terbalik dengan prakiraan cuaca yang ia lihat dari ponselnya.

Taeyong masuk ke sebuah ruangan yang diatas pintu masuknya tertulis 'perpustakaan'.
Di dalam Taeyong berpapasan dengan seorang perempuan paruh baya yang tersenyum ramah sembari memintanya mengisi sebuah buku tamu yang tidak tipis.
Taeyong menuliskan nama, program studi, nomor mahasiswa lalu membubuhkan tanda tangannya diatas buku tersebut.
Setelah beres berkutat dengan buku tamu, Taeyong menaiki anak tangga, kemudian masuk ke sebuah ruangan yang selalu ia datangi setiap punya waktu luang pada jeda kuliah.
Taeyong selalu merasa nyaman berada disana karena suasanya yang lengang.

Perpustakaan ini cukup bersih serta teratur.
Dinding dan langit-langitnya berwarna biru muda, sedangkan ubinnya berwarna putih.
Perpustakaan ini terdiri atas dua lantai yang letaknya dilantai 4 gedung Fakultas Farmasi tempat Taeyong menuntut ilmu.

Lantai pertama perpustakaan adalah ruang diskusi yang biasanya digunakan mahasiswa untuk mengerjakan tugas atau sekedar berinternet gratis.
Dilantai dua terdapat koleksi buku serta tempat peminjaman, tempat Taeyong betah menghabiskan waktu jeda kuliahnya.

Taeyong lebih sering menggunakan perpustakaan lantai 4 karena tempat ini sering kosong dan terasa lengang membuat sang pemuda Lee merasa bisa lebih berkonsenterasi pada buku ataupun modul mata kuliahnya.

Hari itu, seperti biasa, Taeyong memilih menduduki tempat favoritnya, tempat yang menghadap ke jendela sehingga ia bisa dengan leluasa melihat pepohonan yang rindang di seputaran kampus dan di kejauhan ada danau kecil yang airnya masih nampak jernih bagi Taeyong.

Tanpa sengaja, pandangan Taeyong tertuju pada sebuah pintu yang berada sekitar sepuluh meter dari mejanya.
Pintu itu masih bagian dari perpustakaan lantai 4, membuat Taeyong teringat percakapan yang terjadi tadi pagi ketika ia sedang menunggu jam kuliah berikutnya.

"Serem deh..."
Ucap Taehyung, salah satu teman sekelas Taeyong.

"Apaan sih, Tae?"
Tanya Taeyong penasaran,

"Gue denger perpustakaan kita yang dilantai 4 itu angker,"
Jawab Taehyung.

Ah, gak mungkin. Pasti cuma mitos doang.
Pikir Taeyong.

Seolah dapat membaca pikiran Taeyong, Taehyung melanjutkan kalimatnya.
"Beneran deh, kemaren gue denger dari senior yang lagi ngobrol di kantin. Katanya sering ada kejadian diluar nalar disitu."

"Bener. Gue juga sering denger. Katanya perpustakaan itu banyak setannya. Makanya gak banyak yang masuk kesana."
Celetuk Eunbi sembari membetulkan almamaternya.

"Pantesan gue gak betah lama-lama di perpustakaan. Banyak setannya sih,"
Imbuh Taehyung.

"Heleh alesan, itu mah karena lu emang pemales!"
Ledek Eunbi.

"Kok lu betah sih, Yong, lama-lama disitu? Hampir tiap hari pula."
Taehyung memandang Taeyong.

"Abisnya betah aja. Tenang suasananya udah gitu pemandangannya bagus."
Taeyong memberi alasan.

"Ihh... tenang sih tenang, tapi kalo banyak setannya kan serem!"
Taehyung bergidik ngeri.

Lalu, Ibu Hyuna yang akan memberi materi seputar mata kuliah datang membuat obrolan ketiganya terhenti sampai disitu.




***




Ada-ada aja.
Ngapain coba mikirin hal gak penting gitu.
Taeyong menggelengkan kepalanya, berusaha membuang pikiran yang tidak-tidak.

Taeyong menenggelamkan fokusnya pada buku dihadapannya, mencoba berkonsenterasi penuh mengingat lusa akan ada kuis.

Ditengah keasikannya membaca, perasaan tidak tenang tiba-tiba menyergap Taeyong.
Merasa ada yang tidak beres, Taeyong mengedarkan pandangannya melihat meja di sekeliling ruangan itu.
Tapi kosong.
Sepertinya hari ini hanya ia yang mengunjungi perpustakaan ini.

Aneh banget, kata Taeyong dalam hati.
Bahkan Pak Kim sang petugas yang biasanya berjaga dilantai 4 pun tidak terlihat.

Sang pemuda Lee mulai was-was, sedikit takut teringat perkataan temannya tadi pagi.
Diam-diam Taeyong memperhatikan keadaan sekitar.

Sebuah suara benda jatuh terdengar dari pintu yang tadi sempat menarik perhatian Taeyong.
Tanpa pikir panjang Taeyong mendekati asal suara itu.
Tapi ketika hampir menyentuh kenop pintu, rasa takut membuat Taeyong mengurungkan niatnya.
Ia hendak bergerak membalikkan badan, tetapi anehnya tubuh Taeyong terasa kaku.

Seolah ada yang menarik tangannya, Taeyong memutar kenop pintu dan mendorongnya perlahan membuat pintu berwarna cokelat tua itu terbuka. Ruangan di dalamnya terlihat temaram karena pencahaannya yang remang-remang.
Nafas Taeyong tercekat di tenggorokan ketika melihat sosok bayangan. Baru saja terpikir untuk lari, Taeyong tidak jadi melakukannya karena sadar bayangan yang ia lihat adalah bayangannya sendiri.
Ternyata disana terdapat cermin besar yang tingginya nyaris menyamai tinggi badan Taeyong.
Seketika Taeyong merasa bodoh.

Gue tadi halu kali, gak ada apa-apa kok.
Pikir Taeyong.
Nyatanya, ruangan ini tidak seseram bayangan Taeyong sebelumnya.
Hanya saja cahayanya remang-remang dengan aroma debu khas bangunan tak terpakai membuat suasana terasa agak mistis.

Ketika hendak berbalik, Taeyong merasakan bahunya ditepuk membuat pria itu berteriak.

"Mas, ngapain disini?"

Taeyong ingat betul siapa pemilik suara ini.
Ia lantas berbalik dan mendapati Pak Kim yang datang entah dari mana.

"Oh, ini Pak saya denger ada suara buku jatuh taunya gak ada apa-apa."
Jawab Taeyong.

"Disitu gak ada buku kok, Mas. Cuma gudang kosong."
Terang Pak Kim.

Taeyong mengangguk paham kemudian pamit undur diri pada Pak Kim.
Ternyata ruangan itu tidak pernah dibuka bukan karena angker tapi karena hanya gudang kosong yang sepengelihatan Taeyong tadi berisi sebuah cermin besar dan beberapa meja rusak.
Mana mungkin ada yang mau mampir ke gudang kosong kan?

Menyadari hari semakin sore, Taeyong mengemasi barang-barangnya kedalam ransel mengingat sudah waktunya pulang.
Hari sudah hampir maghrib, membuat Taeyong bergegas keluar dari perpustakaan.

Dimeja depan perpustakaan Taeyong menyapa Ibu Yuna, karena kenal cukup baik Taeyong menceritakan pengalamannya barusan.
Tanggapan Ibu Yuna tidak seperti yang Taeyong bayangkan, Ibu Yuna malah menatapnya serius dan justru mengatakan sesuatu yang membuat lutut Taeyong mendadak lemas,
"Gudang itu sudah gak dipakai karena banyak yang mengalami kejadian aneh disana. Makanya dibiarkan kosong gitu aja. Lagian Pak Kim hari ini gak masuk kerja karena sakit. Mana mungkin dia yang nyapa kamu tadi."

***

Ada yang tau siapa yang negor Taeyong tadi?🌚
Jangan lupa vote dan komennya!💚

[✔️] The Haunted • NCT 127Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang