2. Si Murid Baru

72 22 7
                                    

"Bahagia itu sederhana."
Tapi.. benarkah sesederhana itu?
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

...@@@...

Selamat pagi mentari.

Selamat pagi embun pagi.

Selamat pagi udara segar.

Selamat pagi sekolah.

Ya.. sekarang aku sudah ada di depan sekolah. Dengan semangat aku melangkahkan kakiku perlahan menuju kelas. Aku benar-benar merindukan suasana kelas ku. Kalian akan kaget jika kalian mengetahuinya nanti.

"selamat pagi semua."

"pagi juga ve.."

"ve udah datang ternyata"

"si genius come back gaess"

"eehh.. ada putri sekolah"

"minggir anak sultan mau duduk".

Semua itu adalah sapaan dari teman-teman kelasku. Aku hanya tersenyum saja sambil melihat tingkah mereka. Mereka sangat berisik dan lucu sekali.

Finalnya aku langsung duduk di tempat ku. Tidak, itu bukan akhir dari berisiknya mereka. Setelah aku duduk di tempatku, mereka langsung mengerumuniku.

"sini duduk ve.. udah dua minggu loh."

Yang benar saja, dua minggu aku tidak hadir?!.

"tau gak sih ve.. kemarin kita ujian geografi susah banget. And gak ada celah untuk nyontek."

"bener banget.. jangankan nyontek, ngelirik aja gak bisa."

"makanya belajar, jangan nyontek aja bisanya"

"apaan sih.. kaya yang gak pernah nyontek aja!."

"ck.. kamu berharap bisa nyontek sama pak Dwi, mimpi!."

"udah udah.. berisik kalian."

"btw nih, bukannya sombong, kemarin aku menang basket lagi loh."

"aahh.. sombonnggg"

Alih-alih diucapin selamat, malah di katain sombong. Hahah..

"ooh iya.. ada murid baru loh ve.."

"si dingin itu.."

"tapi dia ganteng.. namanya Deva.. Devandra Jaya"

"gak aahh.. songong banget jadi orang. Masa tadi aku minta kenalan dia cuman sebutin namanya doang, dia sama sekali gak jabat tangan aku. Kan malu."

"hahahhhahaha.."

"salah sendiri kePDan"

Ada ada saja mereka.

Itu adalah serentetan celotehan teman-temanku. Aku sangat senang suasana ini. Aku sangat senang saat mereka antusias menceritakan semua hal selama aku tidak sekolah. Aku sangat senang berada di tengah-tengah mereka dan mendengar cerewetnya mereka.

Aku sangat senang. Walaupun pertanyaan-pertanyaan seperti, "bagaimana keadaanmu?"
"apa kamu baik-baik saja sekarang?"
"dua minggu di rumah sakit apa kamu tidak bosan?"
"apa yang kamu lakukan sampai-sampai masuk rumah sakit?"
Tak pernah terdengar di telingaku.

Atau ungkapan-ungkapan seperti,
"kami sangat merindukanmu."
"rasanya berbeda saat kamu tidak ada."
"kami senang kamu sekolah lagi."
"jangan masuk rumah sakit lagi."
"kamu harus selalu sehat."
Tak pernah terlontarkan untuk ku.

Walaupun aku hanya sebagai pendengar, tapi ini lebih baik dari pada harus berada di rumahku yang sepi. Aku memang tidak tinggal sendirian, masih ada beberapa pelayan dan orang-orang kepercayaan orang tua ku yang ditugaskan untuk mejagaku. Tapi rasanya sangat sunyi.

Aku seperti seorang putri yang tinggal sendirian di istana yang megah. Seorang putri?.. tidak ada putri yang berpenyakitan sepertiku.

Kring kring kring!

Suara bel masuk menghentikan celotehan mereka. Seketika mereka langsung berhambur ke tempat mereka masing-masing. Kami harus belajar sekarang.

...@@@...

Setelah lelah dengan pelajaran, akhirnya waktu istirahat pun tiba. Karena hari ini aku sudah bersekolah lagi setelah dua minggu, aku berencana untuk mentraktir teman-temanku makan di kantin.

Aku sering melakukan hal ini. Rasanya senang saja ketika makan beramai-ramai dan melihat mereka makan dengan rasa bahagia karena aku mentraktir mereka.

Suasana makan seperti ini hanya aku dapatkan di sekolah. Bagaimana dengan di rumahku?, ck.. jangan harap mendapatkan suasana ini. Rasanya aku tidak ingin makan saja.

Ditengah-tengah aku menikmati makan siang ku, tak sengaja aku melihat seseorang yang tampak asing di mataku. Dia duduk tepat di sebelah meja kami dan dia duduk bersama Adit si ketua kelas?. Apakah dia satu kelas dengan ku?. Mungkin saja iya, mungkin saja tidak. Tidak penting juga. Lebih baik abaikan saja.

"Jasmine, dia siapa?". Baiklah aku penasaran.

"nahh.. dia yang kami ceritain tadi. Si murid baru yang super duper cuek." Jasmine sepertinya masih kesal dengan si murid baru itu.

"tapi seriusan.. dia ganteng loh." Huhh.. mulai lagi teman ku yang lain.

"eehh.. katanya dia adalah anak pemilik perusahaan Sky Group. Tau kan Sky Group." Si tukang gosip, entah dari mana teman ku yang satu ini mendapatkan informasi itu.

"waahh.. paket komplit juga. Ganteng, pintar, tajir. Sama kaya kamu Ve.." apa-apan dengan tatapan teman-temanku, kenapa seketika mereka menghentikan kegiatan makan mereka.

"haaa..!" yang benar saja. Aku bingung harus bereaksi seperti apa saat ditatap seperti itu.

"gak yah.. Veddira gak cuek kaya dia!" jasmine berhasil membuat tatapan mereka teralihkan dan melanjutkan kegiatan makan mereka.

Baiklah aku akui, dia memang ganteng. Pintar, karena dia bisa pindah ke sekolah ini dan masuk di kelas unggulan. Kaya, sesuai informasi dari Santi si tukang gosip dan terpercaya, dia adalah anak dari pemilik perusahaan Sky Group. Sky Group adalah perusahaan transportasi udara.

Sama dengan ku, banyak yang mengatakan aku cantik. Pintar, karena selalu menjadi langganan murid terpintar setiap semester. Kaya, karena aku anak tunggal dari pemilik pusat perbelanjaan (mall).

Kami sama, sama-sama hanya dilihat dari segi itu saja. Padahal kami sangat berbeda. Mungkin dia jauh di atas ku. Aku memiliki banyak kekurangan, salah satunya penyakit janting ku ini. Menjadi langganan rumah sakit, ketergantungan obat, gak bisa terlalu capek fisik, selalu diawasi, kesepian, dan jantungku... bisa kapan saja berhenti.

Kring kring kring!

Untung saja bel berbunyi tepat waktu, jadi pembicaraan ini tidak dilanjutkan. Kami langsung segera menghabiskan makanan kami dan kembali ke kelas.

...@@@...

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Maaf kalau masih ada typo yah..

Silahkan dicomment dan mohon dukungannya yah..

Terimakasih..

I'm Not a PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang