4. Tulip dan Mawar

44 18 0
                                    

Hidup itu lucu yahh.. disaat kita tak tahu ingin menjadi apa, kita menjadikan hal lain sebagai perumpamaan. Seperti layaknya tulip dan mawar, padahal mereka sama-sama indah.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

The last class is over!. Waktunya pulang.

Teman-teman sekelasku tampak antusias saat mendengar bel pulang. Berbeda denganku, tau kan alasannya kenapa. Rasanya aku tidak pulang ke rumah.

Aku berjalan sendirian di koridor menuju gerbang sekolah sambil memegang buku mitologi yang di pinjamkan Deva. Paman Agung pasti sudah menunggu. Paman Agung adalah orang yang selalu mengantarku kemana saja. Yah.. salah satu orang kepercayaan orangtuaku. Paman sudah berusia sekitar 40-an, sama seperti ayahku. Mungkin paman Agung sedikit lebih tua.

Benar saja, paman Agung tidak pernah telat untuk menjemputku. Aku langsung masuk ke dalam mobil, tidak lupa mengucapkan salam dengan paman Agung. Setelah aku selesai memakai seatbelt, paman mulai menjalankan mobilnya. Di dalam mobil aku disibukkan dengan buku yang ada di tanganku.

"Mau mapir ke toko buku dek?"

"Gak usah paman. Langsung pulang aja"

Paman tau kebiasaanku. Suka membaca buku. Kadang pulang sekolah, aku minta pada paman Agung untuk mampir ke toko buku. Tapi siang ini, aku sedang tidak ingin ke toko buku.

"Atau mau mampir beli es krim?"

Paman juga tau, kadang saat pulang sekolah dan merasa gerah aku minta pada paman untuk mampir membeli es krim.

"Boleh kalau gitu."

"Siap meluncur."

Ketika sampai di toko es krim, paman langsung turun untuk membelikan ku es krim. Tidak perlu bertanya, paman tau es krim kesukaanku. Sambil menunggu paman kembali dengan es krim ku, tak sengaja aku melihat toko bunga yang tak jauh dari toko es krim.

Aku tidak pernah melihat toko itu sebelumnya, sepertinya baru buka. Aku melihat bunga mawar dan bunga tulip yang di pajang di depan toko. Bunda. Aku teringat bunda lagi. Selalu saja, jika melihat bunga tulip aku teringat pada bunda.

Waktu itu saat aku berusia lima tahun, bunda mengajakku ke taman, di taman itu banyak sekali jenis bunga. Saat sedang berjalan-jalan, mata ku menangkap bunga yang sangat indah. Bunga mawar yang berwarna merah, sangat cantik. Aku perlahan melangkah mendekati mawar itu diikuti bunda yang ada di belakangku. Saat aku ingin menggenggam bunga itu, tangan bunda lebih cepat menahan tanganku.

"Itu namanya bunga mawar. Cantik kan, bunga mawar merah ini melambangkan cinta. Tapi hati-hati, bunga ini punya duri ditangkainya."

Aah.. benar juga, setelah aku memperhatikan tangkainya terdapat duri yang tajam. Untung saja aku tidak sampai menggenggamnya. Tapi, aku sedih tidak dapat menyentuh bunga yang sangat cantik itu.

"Tapi bunda, Dila mau bunga itu. Dila suka bunga mawal"

Ucap ku cemberut pada bunda yang menahan tanganku.

"bunda tidak melarang Dira untuk menyukai bunga mawar ini, bunda cuman tidak mau tangan Dira terluka karena duri yang ada di bunga ini."

Aku semakin cemberut. Tapi benar juga, tangan ku bisa terluka. Jadi, aku hanya bisa menuruti bunda.

"Dira sayang.."

Bunda memanggilku dengan suara yang sangat lembut.

"ada bunga yang gak kalah cantik dari bunga ini. Mau lihat gak?."

Tanya bunda padaku. Mungkin bunda ingin menghiburku karena melihatku cemberut.

"mau.."

Dengan antusias aku menjawabnya. Bunda menarik tanganku pergi menjauhi bunga mawar itu dan mendekati bunga yang memang tak kalah cantik dengan bunga sebelumnya. Bunga itu juga berwarna merah walaupun tak semerah bunga sebelumnya. Tangkainya terlihat lebih halus, berbeda dengan bunga sebelumnya yang memiliki duri di tangkainya.

"ini adalah bunga kesukaan bunda, namanya bunga tulip merah. Bunga tulip ini juga memiliki arti yang sama dengan bunga mawar, melambangkan cinta."

"kenapa bunda lebih suka bunga tulip dali pada bunga mawal?. Menulut Dila, bunga mawal lebih cantik dali pada bunga tulip."

Bunda tersenyum mendengar perkataanku yang polos.

"bunga mawar memang lebih cantik, tapi dapat melukai. Bunda mau, Dira tumbuh seperti bunga tulip. Indah, penuh cinta dan tidak melukai orang-orang. Jadi gadis yang baik yahh."

Cantik. Bunda adalah perempuan yang paling cantik menurutku. Senyumannya sama seperti bunga tulip itu, indah dan penuh cinta.

"Ini es krim strawberry nya dek."

Kedatangan paman membuyarkan lamunanku. Segera aku mengambil es krim yang disodorkan padaku.

"terimakasih paman."

Setelah paman menutup pintu mobil, kembali aku bersuara.

"paman.., Dira mau beli bunga itu."

Aku menunjuk toko bunga yang tak jauh dari toko es krim itu. Paman mengikuti arah tanganku.

"bunga?.. buat apa?"

"buat di rumah."

"yah sudah.. mari paman temani."

Aku dan paman turun dan membeli bunga tulip. Setelah membeli bunga, kami melanjutkan perjalanan pulang. Tidak ada pembicaraan dimobil. Aku sibuk dengan es krim ku.

..@@@..

I'm Not a PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang