Malamnya Clora keluar dari kediamannya, ia hendak keliling di sekitar Mansion tersebut. Tanpa sengaja, kedua matanya melihat seseorang mengenakan pakaian serba hitam, dengan kain yang menutupi hampir seluruh wajahnya, menyelinap masuk ke dalam kediaman Lianxia. Clora pun membututi seseorang tersebut, sampai akhirnya ... ia melihat orang tersebut membawa sebuah dupa di tanganya.
Apa itu sebuah dupa? Tapi, untuk apa? Bantin Clora, ia mencurigai sosok tersebut.
Tanpa menunggu lama lagi, Clora berlari menuju kediaman Lianxia. Di sana Clora mengetuk pintu tersebut, sampai akhirnya ia melihat pria tersebut berada tepat di hadapannya, dengan raut wajah yang terlihat dingin.
"Ada apa?" tanyanya.
"Eumm ... aku ingin kau ikut denganku, ada sesuatu hal yang ingin aku beritahukan kepadamu," jawab Clora, tapi pria tersebut terlihat bingung dengan tingkah laku gadis yang ada di hadapannya itu.
"Kenapa tidak di dalam saja."
"Ah itu, di luar lebih sejuk daripada di dalam," ucap Clora mencari alasan.
"Baiklah."
Mereka berdua pun berjalan menuju ke sebuah taman, di sana suasana tampak terlihat sangat hening, hanya ada suara serangga yang mengisi keheningan tersebut.
"Lianxia, aku ingin menjadi Agen Rahasiamu." di sana, Lianxia terlihat bingung dengan satu kata yang baru saja diucapkan oleh Clora.
"Agen?" reflek Clora menepuk keningnya.
"Maksudku, aku ingin menjadi mata-matamu."
Tatapan Lianxia seketika berubah menjadi dingin, sementara Clora sendiri terlihat kekeh dengan permintaannya itu, lagi pula ia ingin menebus rasa terimakasihnya kepada pria tersebut, lantaran telah memberikan tempat tinggal untuknya dan juga Shing.
"Tidak!" tegasnya.
"Aku mohon kepadamu Lianxia, anggap saja ini sebagai tanda terimakasihku, karna kau telah memberikan tempat tinggal untukku, dan juga Shing," pinta Clora.
Lianxia berjalan mendekati Clora, tatapannya menatap tajam tepat di kedua bola mata Clora. Pria tersebut yang semakin dekat dengannya, membuat Clora perlahan memundurkan dirinya, menjauh dari pria tersebut. Sampai akhirnya, tubuh Clora membentur sebuah pohon besar, yang berada tepat di belakangnya itu. Sebelah tangan Lianxia yang menyanggah tubuhnya, tepat berada di samping telinga Clora, kemudian mendekati wajahnya.
"Aku tidak membutuhkan rasa terimakasihmu, aku rasa pembicaraan kali ini sudah cukup––" Lianxia menjauhkan dirinya dari Clora, ia kemudian berbalik, "kembalilah ke kediamanmu, angin malam tidak baik untuk kesehatanmu," perintahnya.
"Berhati-hatilah, seseorang sedang mengawasimu di balik dinding kamar, ada sebuah dupa di tangannya." Gadis itupun pergi meninggalkan pria tersebut, tanpa menoleh sedikitpun ke belakang.
Di sana Clora tersenyum, dirinya terlihat tidak menghiraukan ucapan pria tersebut.
"Bodoh, jelas aku akan tetap menjadi mata-matamu, walau kau tidak memintanya."
.
.
.Di sisi lain ....
Lianxia bertemu dengan sosok berpakaian hitam dengan dupa di tangannya, sosok tersebut sedang bersembunyi di balik dinding kamarnya.
Lengah sedikit bisa membuatku celaka, untungnya gadis itu memberitahuku, aku harus memperketat penjagaan di dalam Mansion, batin Lianxia.
Sosok yang berpakaian serba hitam itu belum menyadari kehadiran Lianxia di sana, sosok tersebut masih sibuk dengan dupa yang ia bawa. Di sana Lianxia langsung mengeluarkan pedangnya, dan ia arahkan pedang tersebut ke arah leher sosok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Guru Besar
FantasyBukan Novel terjemahan Seorang gadis berumur 19 tahun, yang baru saja pulang dari kampus, tiba-tiba masuk ke dalam sebuah portal saat dirinya hendak masuk ke dalam rumahnya, dan saat itu juga ... ia menyadari jika dirinya berada di masa lampau. * *...