6

779 83 6
                                    

Keesokan harinya ....

Clora berjalan menemui Shing, dengan mengenakan pakaian sederhananya, rasanya aneh jika dirinya tidak bertemu dengan Shing, walau hanya sehari saja.

Tanpa sengaja, Clora berpapasan dengan Lianxia yang hendak pergi keluar. Pria itu terlihat tergesa-gesa, serta sorot matanya yang tajam, dan pria itu juga mengabaikan dirinya, yang berada tepat di hadapan pri tersebut.

Ada apa dengan pria itu, sepertinya ada sesuatu yang tidak beres, mengenai kejadian semalam, batin Clora, sembari menatap punggung Lianxia, yang sudah pergi cukup jauh.

"Kakak!" pekik Shing, membuat Clora terkejut.

"Shing! Apa kabar?" tanya Clora, dengan raut wajah yang amat senang.

"Aku baik, Kak. Kakak, bagaimana kabarnya?"

"Aku juga baik, Shing. Maaf Shing, Kakak harus pergi ke rumah Nenek, ada hal yang harus Kakak urus," ucap Clora tergesa-gesa.

"Boleh aku ikut."

"Tidak, kau harus tetap di sini, aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu," tegas Clora.

Raut wajah Shing berubah menjadi murung, ia takut kakaknya dalam bahaya, dirinya sangat menyayangi kakak angkatnya itu. Tapi, mau bagaimana lagi ... kakaknya melarang dirinya untuk ikut bersamanya.

"Anak pintar, Kakak pergi dulu." Clora langsung pergi mengganti pakaiannya dengan pakaian pria. Agar dirinya tidak mudah dikenali oleh Lianxia.

Di sana, Clora berlari dengan cepat menuju rumah lamanya, ia harus mencari petunjuk. Agar dirinya bisa melacak seseorang yang mengincar dirinya, dan juga Lianxia. Ranting-ranting pohon yang rendah, semak-semak belukar, semuanya Clora hantam. Lantaran, dirinya tidak ingin kehilangan banyak waktu.

Sesampainya di rumahnya yang lama, Clora melihat rumah tersebut dipenuhi oleh sarang laba-laba, kursi yang tidak tertata rapi, bahkan banyak sekali debu di atas lantai. Clora berjalan menuju ruangan, di mana dirinya dan Shing disekap. Saat dirinya berjalan menuju ruangan tersebut, ia menemukan sebuah giok berwarna merah hati, serta memiliki ukiran yang tidak Clora tahu.

"Hmm, lumayan juga," gumam Clora pada dirinya sendiri.

Walaupun sudah mendapatkan sebuah petunjuk, Clora tetap masih mencari sesuatu, agar dirinya bisa dengan mudah menebak siapa dalang dari semua ini.

Srek srek srek

Terdengar suara langkah kaki, Clora pun segera bersembunyi di dalam sebuah lemari. "Tuanku, bagaimana jika gadis itu tidak kembali ke sini, apa yang harus kita lakukan," ucaps seorang pria, kepada tuannya.

"Kau tenang saja, dia pasti akan segera kembali ke sini, aku akan membuatkannya jebakan."

Sial! Ada masalah apa pria ini, padahal aku tidak pernah mengganggunya, kenal saja tidak, batin Clora, yang masih bersembunyi dan mendengarkan kedua orang tersebut berbicara.

"Tuan, apa salah gadis itu, kenapa anda mengincarnya," tanya lagi pria tersebut.

"Karena aku ingin memanfaatkannya, agar gadis itu membunuh Lianxia, dan aku bisa menaiki takhtanya sebagai ketua Perguruan Wuzang."

Oh ternyata pria ini, tunggu dulu. Aku tidak bisa melihat wajahnya, bagaimana bisa aku menemukan pria ini, batin Clora, sembari menjijitkan kakinya, agar ia bisa melihat wajah pria jahat itu. Tetapi, tetap saja ia tidak bisa melihatnya.

Tidak lama kemudian, kedua pria itu pergi meninggalkan rumah milik Neneknya itu, Clora perlahan membuka pintu lemari tersebut. Merasa cukup aman, ia pun segera berlari dari rumah Neneknya.

Aku dan Guru BesarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang