Malam semakin larut, tetapi Aini masih setia menunggu suaminya pulang kantor meskipun matanya berat untuk tetap terjaga namun, ia tetap menunggu Faisal karena itu sudah menjadi kebiasaannya. Ada yang kurang jika ia tak melayani Faisal sepulang bekerja, meskipun sudah ada Ayu tetapi wanita itu juga ikut bekerja jadi kemungkinan Ayu juga kelelahan. Terkadang bukan hanya melayani Faisal tetapi Aini juga melayani Ayu tidak masalah bagi Aini, ia ikhlas melakukannya. Memori Aini berputar saat pertama kali mengenal Faisal sampai kejadian menyesakkan beberapa minggu lalu. Faisal menampati janjinya untuk tidak memamerkan kemesraannya bersama Ayu dan juga sebaliknya. Mereka sepakat dengan perjanjian yang dibuat Aini sebelum pernikahan Faisal dan Ayu terjadi. Dalam perjanjian itu mereka sepakat untuk menjaga perasaan masing-masing meskipun tetap saja rasa sakit itu ada tapi setidaknya mereka dapat meminimalisir. Deru mesin mobil terdengar dari halaman depan, Aini bergegas membukakan pintu sambil tersenyum manis menyembut Faisal dan Ayu.
"Assalamu'alaikum Mas, Mbak," ucap Aini dan dijawab oleh suami dan madunya.
"Mas, aku duluan ya." Ayu berpamitan, ia sengaja memberikan ruang untuk suaminya dan Aini.
"Ai, kamu belum tidur?" tanya Faisal sambil melirik jam di pergelangan tangan kirinya.
"Belum Mas, kalau Ai udah tidur gak mungkin berdiri di depan Mas kaya gini." Faisal terkekeh mendengar ucapan istrinya. Sebenarnya ia sudah pernah meminta Aini untuk tidur lebih dulu jika ia pulang larut tetapi Aini menolak entah apa alasannya. Meskipun tidak ada jatah tidur satu kamar bersama suaminya, Aini akan tetap menunggu Faisal pulang.
"Kenapa belum tidur?"
"Ai, nunggu Mas pulang."
"Kangen ya sama suamimu yang ganteng ini?" Faisal menarik turunkan alisnya berusaha menggoda Aini yang nampak mencibik mendengar ucapannya.
"Terserah Mas deh," ucap Aini dengan sebal.
"Kamu cantik Ai, Mas makin cinta," goda Faisal berhasil membuat wajah Aini panas seketika mungkin saat ini pipinya sudah memerah dan Faisal yang melihat tingkah Aini lagi-lagi terkekeh. Wanita itu, padahal sudah sering Faisal memberikan ucapan manis ala kaum pria tapi tetap saja pipinya akan memerah.
"Mas mau mandi atau makan dulu?" tanya Aini setelah ia dapat menetralkan kembali wajahnya. Ia sengaja mengalihkan pembicaraan bukan tanpa alasan hati Aini kembali sesak saat kemungkinan Faisal juga melakukan hal yang sama terhadap Ayu dan tidak bisa dipunggiri bayang-bayang suaminya bersaman Ayu terus menyelinap dipikirannya.
"Gak mau dua-duanya. Kamu tahu apa yang aku mau?" Faisal mendekatkan bibirnya di telinga Aini kemudian, ia membisikan sesuatu yang membuat wajah Aini kembali memanas.
"Ayo Ai!" ajak Faisal menggandeng tangan Aini menuju lantai atas. Dan dinginnya malam mengantarkan kedua insan itu pada kenikamatan dalam ikatan suci bersama rembulan yang menjadi saksi penyatuan cinta untuk kesekian kalinya.
***
Aini menuruni anak tangga satu persatu tujuannya, menyeret langkahnya menuju meja makan terlihat sudah ada Faisal dan Ayu yang menunggunya untuk sarapan.
"Ayo sarapan!" ajak Ayu, Aini tersenyum kemudian menarik kursi dihadapan Faisal dan Ayu.
"Iya Mbak, maaf Ai kesiangan jadi gak bantuin masak," ucap Aini merasa bersalah karena tidak ikut membantu Ayu menyiapkan sarapan pagi ini.
"Gak apa-apa kok malahan Mbak senang banget bisa nyiapin sarapan buat kamu selama inikan kamu yang selalu nyiapin makan malam sendiri buat Mbak sama Mas Faisal," jelas Ayu, ia tidak mempersalahkan Aini tidak ikut membantunya pagi ini.
Sementara Faisal yang duduk disamping Ayu, ia bersyukur dengan keakuran kedua istrinya. Ia sangat bahagia saat kedua istrinya bisa menjadi teman, meskipun Faisal sendiri tahu kedua istrinya sedang berusaha menerima takdir yang membawa mereka. Hanya ada keheningan yang menyelimuti suasana meja makan sampai selesai barulah Faisal dan Ayu berpamitan untuk bekerja. Aini ikut mengantarkan mereka hanya sampai kedepan pintu. Ayu berjalan lebih dulu menju mobil setelah berpamitan pada Aini sedangkan Faisal ia masih berada dibelakangnya sedang berpamitan dengan Aini.
"Ai, Mas sama Ayu berangkat kerja dulu, hati-hati di rumah kalau ada apa-apa telepon Mas ya." Aini mengguk kemudian mencium punggung tangan Faisal sebagai bukti hormatnya seorang istri kepada suaminya.
"Assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam."
Aini menatap suami dan madunya yang mamasuki mobil. Ayu wanita itu sempurna dimata kaum Adam, ia cantik, berpendidikan tinggi dan memiliki karir yang bagus berbeda dengan dirinya yang hanya lulusan Sekolah Menengah Atas. Kesempurnaan Ayu akan bertambah saat ia memiliki anak bersama Faisal. Lalu apakah Aini akan dicapakan Faisal suatu saat nanti jika semua itu memang benar adanya. Karena Aini sadar dirinya belum menjadi wanita sempurna seperti kebanyakan wanita diluar sana. Lalu untuk apa Faisal mempertahankannya jika kelak Faisal sudah memiliki keluarga sempurna bersama Ayu. Haruskah Aini menyerah saat ini juga tetapi hatinya masih mencintai Faisal? Apakah Aini kuat untuk bertahan bersama Faisal saat pria itu sudah bahagia dengan keluarga kecinya. Aini memgenyahkan pikiran buruknya. Bairlah, Aini akan mengikuti alur hidup yang akan membawanya pada alur hidup yang sesungguhnya.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Atap Dua Makmum [END]
EspiritualNur Aini tidak pernah menyangka jika suaminya yang tak pernah menancapkan luka nyatanya menacapkan luka pertama yang begitu dalam. "Maafkan aku Aini! Aku kembali mencintainya."