Bukan Reinkarnasi, Lantas Apa?

4 0 0
                                    

Jika semesta tak mengizinkan kita untuk bertemu, maka aku sendiri yang akan mengejarmu.

Sudah belasan tahun rasanya hidup Axcel seperti dikejar oleh makhluk menyeramkan, yang entah kapan saja bisa membunuhnya tiba-tiba. Pemuda itu terus bermimpi yang di dalamnya seperti potongan-potongan puzzle, setiap malam mimpi itu terus bersambung hingga keesokan harinya. Tapi Axcel tidak dapat menyatukan kepingan mimpi yang masih menjadi tanda tanya besar di benaknya.

Hidupnya semakin tak tenang setelah ia bertemu seseorang yang baru ia temui pertama kali. Yang rasanya akses hidup Axcel tidak sebebas dahulu. Axcel tidak mengambil pusing tentang sebuah mimpi yang tidak henti-hentinya mengejar pemuda tersebut. Axcel lebih pusing jika mimpi itu terasa lebih nyata di kehidupan yang ia jalani. Setiap ia membuka mata, sejauh mata memandang. Terlebih jika setelah ia menatap kedua bola mata gadis asing itu, di sekelilingnya bahkan terasa tak asing lagi.

Bahkan Axcel akhir-akhir ini sering bolos sekolah demi menghindari gadis itu. Pindahan murid dari luar kota yang menjadi teman sekelasnya. Hari ini, Axcel ingin bolos lagi. Tapi tidak mungkin ia lakukan, pasalnya absen tidak kehadirannya sudah lebih dari 14 hari. Axcel benci hidupnya yang sekarang. Lebih besar bencinya setelah kemunculan gadis asing yang terasa tak asing tersebut.

Jalanan yang menjadi tempat kesehariannya pergi ke sekolah bahkan semakin membuat Axcel muak. Matanya tiba-tiba saja bercucuran air ketika melewatinya. Kepalanya mendadak pening, kasat bayangan terlintas begitu saja di kepalanya. Tapi pemuda 17 tahun itu tetap tidak mengerti apa-apa. Kenapa hidupnya mendadak tidak tenang setelah kehadiran Pises.

Kalau aku tidak bisa menjadi sepucuk mawar untuk membahagiakanmu, karena kamu takut akan duri-durinya yang akan melukaimu. Maka aku akan menjadi rumah yang siap menjadi tempat berlindungmu dari segala serangan.

"Axcel!"

Seharusnya ia menghindari, karena itu yang memang Axcel harus lakukan. Menghindar, menjauh dari gadis asing yang merubah hampir 180 derajat kehidupannya.

Tapi, Axcel justru berhenti. Menghentikan langkah kakinya ketika ia hendak secara sengaja pergi sejauh mungkin dari Pises, murid baru sekelasnya itu.

"Kamu kenapa kelihatannya menghindar dari aku?"

"Aku takut ngeliat kamu."

Pises menatap punggung Axcel dengan tawa meremehkan, perutnya menjadi geli bertemu laki-laki aneh yang berterus terang tentang perasaan takut bertemu padanya untuk pertama kali.

"Laki-laki, kok cemen."

Badan Axcel menegang, ia merasa dilecehkan oleh lontaran kalimat singkat dari bibir gadis di belakangnya. Dirinya merasa tertantang, tapi Axcel sedang malas berhadapan dengan orang-orang apalagi jika orang tersebut adalah Pises. Lebih baik ia menjauh dari rasa marahnya.

Mereka tidak pernah saling berkenalan sebelumnya, dari pertama Pises masuk ke kelasnya menjadi murid baru. Pises memang sempat melihat wajah Axcel yang tiba-tiba terlihat pucat. Pises duduk di seberang dari bangku Axcel berada. Pises jadi berprasangka jika Axcel sedang sakit. Karena selepasnya, Axcel izin ke UKS, lalu pulang sampai esok hari Axcel tidak masuk sekolah. Berlanjut sejak Pises menjadi murid baru di kelasnya sudah 20 hari, selama itu juga Axcel jarang mengikuti pelajaran.

Pises jadi khawatir, lagi pula teman-teman lain pernah bilang kalau Axcel itu tipe anak jahil jika di kelas. Ia juga jarang sakit, tapi setelah kedatangan Pises. Kenapa Axcel seperti sengaja menghindari tatapan Pises?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Senisa (kumpulan cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang