No Reason [2]

2.6K 328 55
                                    

Disc : Naruto dan segala tokoh pendukung hanya milik Masashi Kishimoto.

Catatan : ini lanjutan dari no reason pertama, jika ingin paham alurnya bisa baca no reason yang pertama ya, di lapak yang sama.

Cus!

______________________

|No Reason [2]



PAGI ini Hinata memandang pantulan dirinya di cermin kamar pribadinya, gadis itu memerhatikan surai indigonya yang mencuat berantakan, make-up tebalnya nampak seram karena luntur di beberapa bagian seperti mata, bibir dan polesan blush on di pipinya. Kepala Hinata masih sedikit pusing akibat mabuk yang di alaminya semalam, begitu pula sekelabat ingatan ketika ia berani mengunjungi bar sendirian.

Perpisahan yang di setujui Naruto membuat Hinata merasa di tarik pada pusaran lautan, membawanya masuk ke poros terdalam kehancuran.

Sia-sia sudah rombak total penampilan dan karakternya, Namikaze Naruto tidak bertahan di sisinya. Hinata merasa jika sudah tidak lagi memiliki harapan, apalagi mengantongi kepercayaan diri. Pada saat pulang sekolah kemarin, Hinata memilih menepi ke pusat perbelanjaan, membeli gaun dewasa yang di anjurkan para pelayan toko sebagai desain paling memukau, kemudian pergi ke salon untuk mempercantik diri, begitu pula memutuskan ke bar adalah pilihan terakhir untuknya.

Hinata berani mengeluarkan credit card yang telah Ayahnya sediakan untuk keperluan sekolahnya. Namun, credit card itu berakhir di tangan bartender bar malam demi sebuah botol anggur ternama, Hinata meneguk tandas hingga limbung dan kepayahan. Wajah Naruto seolah terpantul dimana-mana, senyum manis lelaki hangat itu, suara-suara serak memukau yang terkadang membuat Hinata ingin jadi gadis liar. Naruto adalah atensi memukau yang sulit di hiraukan, mata birunya bahkan seperti samudra.

Dua tegukan minuman berakohol membuat Hinata sudah diambang batas kesadaran, samar-samar seorang lelaki menghampirinya. Keadaan setengah mabuk membuat Hinata menganggap surai oranye lelaki itu seperti warna kuning cerah, mirip surai kekasih paling di pujanya.

Hinata tahu, Naruto hadir dan menemukannya di sini adalah kenyataan mustahil. Namun, Hinata tidak peduli, lelaki yang memperkenalkan dirinya sebagai Yahiko, lelaki blesteran yang memenuhi wajahnya dengan tindakan itu membelai wajah Hinata.

"Kau cantik dan segar." Kata Yahiko, berbisik sensual di telinga Hinata. Namun, gadis bersurai indigo itu mendorong pelan wajah Yahiko, mencoba menolak sikap lelaki di sebelahnya.

Hanya Naruto yang boleh memujinya, hanya Naruto yang boleh mengatakan bahwa Hinata adalah mangsa yang boleh di lahap tanpa di bagi pada siapapun. Gadis bersurai indigo itu selalu membayangkan bahwa dirinya adalah kancil beruntung yang akan bernaung di Gua harimau, membayangkan bahwa Naruto adalah predator yang akan memeluknya posesif.

Tapi, Hinata salah. Naruto tidak pernah buas seperti lelaki di luar sana yang mengatasnamakan nafsu di atas segala-galanya. Tindakan manis Naruto tidak di geraki birahi, lelaki yang menyatakan cinta lugunya semasa junior high school itu mencintai Hinata terlampau sederhana dan manis.

Jujur, semenjak mereka memutuskan untuk menjalin hubungan. Naruto tidak pernah meminta hal yang lebih dari sekedar ciuman, lelaki yang menonjol karena surai pirang itu hanya menyukai ciuman singkat sehabis berkemah, sering kali meminta piknik di akhir pekan, lalu mengunjungi makam Kakek kesayangannya, Jiraiya.

Kumpulan Short Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang