3. Duhai Senangnya Pengantin Baru

11K 2.2K 220
                                    

Kirani masih sibuk dengan kegiatan bersih-bersihnya di dapur, semalam tak sempat mencuci semua piring karena keburu hilang mood.


"Hap! Lalu ditangkap."

"Ish, kaget tahu!"

Harzi terkikik sembari melingkarkan lengan di perut istrinya yang sedang mencuci piring.

"Yang."

"Apa?"

"Pas akad aku jago, kan?"

Kirani terdiam, kilas balik hari H membuat jantungnya berdegup lebih kencang. Pasalnya hari itu Kirani betulan gugup seharian penuh, bahkan di saat akad sudah terucap, Kirani masih dilanda tremor hingga malam pertama.

"Mm-hmm."

"Pas malam pertama aku jago, nggak?"

Harzi kena cubit.

"Padahal udah sering dicubit, tapi masih aja sakit...."

Kirani baru ingat, "Kamu pas malamnya ke mana? Kok nggak bisa dihubungi?"

"Nongki sama temen-temen. Kalau kamu?"

"Disirami wejangan."

"Hahaha, mantep, kan? Aku pas sama ayah juga sampai ketiduran, saking lamanya."

Kini Kirani melepas sarung tangan, setelahnya membalik badan menghadap si suami. Wanita itu hanya diam menatapnya lekat-lekat, yang tentu saja buat Harzi tak tahan untuk menyerangnya dengan ciuman.

Untung Kanaka sudah pulang.

Harzi tersenyum saat Kirani perlahan membalas ciumannya, tangan itu makin erat mendekap tubuh sang istri hingga diangkat agar terduduk di pantry.

"Hhhh, udah---" Bisik Kirani, meraup oksigen banyak-banyak dengan kedua tangan meremat pundak si suami, "Harzi nakal."

"Aku suami loh kamu sekarang."

Kirani menengadah, "Ya terus???"

"Nggak boleh nolak-nolak lagi, nanti dosa."

"Turunin, nggak?"

Harzi pun kembali menggendong tubuh Kirani. Namun, alih-alih diturunkan, Kirani malah dibawa ke kamar.

"Ngapain, heh?!"

"Bikin bayi."

"Aku masih haid kalau kamu lupa."

"Ya udah, kita les aja."

"Les apa?"

"Les ciuman." 

"Bang--" Kirani nyaris mengumpat, "Astaghfirullah, suami siapa ini mesum banget?"

Sedangkan Harzi malah terkekeh, "Aku mau kamu mengembangkan skill."

Kirani pasrah saat Harzi merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, lalu mengungkungnya, "Kepalanya disanggah bantal, sayang."

"Nggak mauuu."

"Ck, buruan."

"Enggak, aku mau tidur siang aja."

"Ohoho, tidak semudah itu." Seringainya sebelum memulai aksi.








"Harzi oon."

Yang dirutuki hanya berbaring santai di tempat tidur, tangannya menyangga kepala dengan ekspresi bangga.

"Dua belas, Harzi kamu sinting ya?!"

look how we've grown [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang