"Zi?"
Harzi menjeda aktivitas menggigiti kukunya, kontan menoleh ke arah sang istri yang baru saja keluar dari kamar mandi dan buru-buru menariknya untuk duduk di sebelahnya.
"Gimana, sayang?"
Kirani mengulum bibir gugup, jantungnya bertalu-talu, dua benda kecil yang ia genggam perlahan diletakkan di atas selimut agar sang suami bisa turut melihat.
Dan begitu Harzi melihat, reaksi pria itu hanya terdiam untuk waktu yang cukup lama, memandang benda itu lekat juga memastikan agar dirinya tak salah melihat dua garis merah telah tercetak di salah satu alat tes kehamilan.
Isakan akhirnya keluar dari bibir Kirani, wajahnya memerah karena terlalu lama menahan tangis yang tak mampu lagi terbendung kala ia melihat mata suaminya yang juga telah berkaca-kaca.
Kirani lalu ditarik ke dalam pelukan erat, oleh Harzi yang menghujani kening dan pucuk kepala wanita itu dengan kecupan serta ucapan terima kasih berulang kali.
"Ini beneran, Ran?"
"Aku juga masih ragu... karena ngetesnya jam segini...."
"Lusa ke dokter aja, ya? Biar dipastiin." Harzi menunduk, menatap Kirani yang sepertinya juga masih syok. "Gimana perasaan kamu? Seneng, atau takut?"
"Dua-duanya."
Harzi mengangguk paham, lalu kembali mendekap istrinya. "Nggak apa-apa, sayang. Semua bakal baik-baik aja...." Gumamnya yakin.
"Aku emang udah telat hampir sebulan...."
"Dan nggak bilang-bilang ke aku?"
"Karena siklus haidku dari dulu memang suka nggak teratur. Makanya nggak terlalu mikirin...."
"Tapi kan sekarang udah punya suami, sayang. Harusnya lebih aware lagi." Ucap Harzi. "Untung ketahuannya cepet, coba kalau udah mau merojol?"
Kirani berdengus. "Ya nggak mungkin juga lah...."
"Heheheh... jadi nggak sabar deh. Ya Tuhan, semoga istriku hamil beneran, aamiin!"
Melihat suaminya antusias seperti ini membuat Kirani jadi tak tega bila seandainya perkiraan alat tesnya meleset. Sebab bila ingin jujur, Kirani punya pendapat lain tentang hal ini.
"Naka? Nggak kuliah hari ini?"
Setengah sadar Kanaka membuka mata, namun begitu melihat sang kakak sudah terduduk di ujung kasurnya, ia langsung bangun dan beringsut mendekat.
"Kak Kirani, gimana?" Tanyanya canggung seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Dan alih-alih menjawab, Kirani hanya langsung memperlihatkan salah satu testpack kepada si adik.
"Pagi ini ngecek ulang lagi, hasilnya sama."
Kanaka terkesiap, menatap Kirani dan benda itu bergantian, berulang kali sebelum menerjang si kakak dengan pelukan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
look how we've grown [✔]
Fanfiction[ sequel of "make you mine" ] i'm gonna love you 'til my lungs give out, and i wanna stay with you until we're grey and old. ©tuesday-eve, 2020.