"Permisi semua, boleh minta perhatiannya sebentar?"
Semua anggota keluarga kini telah berkumpul di ruang tengah, berhubung si bayi juga sudah terbangun dan Harzi rasa ini waktu yang tepat.
Keadaan berubah hening, semua atensi tertuju kepada suami Kirani itu, di belakang sana ada Kanaka yang bergerak antusias yang membuat Kunara mengernyit dalam.
Sosok Harzi berdiri lengkap dengan bedak bayi yang berubah fungsi menjadi sebuah mikrofon ia genggam, berdeham dengan yakin sebelum kembali bersuara.
"Pertama-tama, saya mau mengucap selamat kepada Bang Arka dan Mbak Lea atas kelahiran malaikat kecilnya, namanya jadi Shizuka, kan?"
"Harziii" Tegur Kirani, namun yang lain malah tertawa.
"Ngomong-ngomong soal bayi nih, kira-kira kalian keberatan nggak, kalau nambah satu personil lagi?"
Setelah pertanyaan itu terlontar, semua tatapan tertuju pada Kirani yang tengah terduduk di sebelah Kunara.
Manik si sulung membulat sempurna. "Kirani, kamu...?"
Kirani tersenyum dan mengangguk cepat seraya menepuk-nepuk perutnya pelan.
"Udah jalan enam minggu, Kak."
Orang pertama yang tergerak untuk menghampiri dan memeluknya adalah sang Papa, beliau merengkuh tubuhnya sedemikian erat, lalu mengecup kening putri sambungnya dengan rasa haru.
"Selamat ya, anak cantiknya Papa."
Kirani menggigiti pipi dalamnya, mencoba untuk tidak mengeluarkan isakan karena mendadak teringat ayah kandung yang entah dimana keberadaannya.
Sementara Harzi telah berpindah tempat di sebelah sang Ayah, beliau juga menepuk pundak putranya beberapa kali sebagai penghargaan karena telah sukses memberi calon cucu untuknya.
"Tokcer, ya." Bisiknya, membuat Harzi tersenyum pongah, "Ayah dulu butuh berapa lama,tuh?"
"Dua tahunan sih, kayaknya."
"Ah, cemen."
Jo mengaku kalah deh, kalau soal yang satu ini.
"Selamat ya, Zi. Akhirnya nyusul Mbak juga." Ucap Kalea yang kini menggendong bayinya. Di sebelahnya ada Kanaka yang memang sedari tadi terus menempel pada si keponakan, giliran diminta gendong dia malah kabur.
Harzi cengar-cengir, "Makasih, Mbak. Kalau cowok nanti Harzi kasih nama Nobita, deh! Biar Shizuka ada temennya."
Semua tentu bersukacita, hari ini keluarga mereka hanya dengan diisi atmosfer bahagia. Apalagi saat Harzi dengan bangga memamerkan foto si jabang bayi saat USG tadi.
"Tadi Kirani nya diperiksa juga, nggak? Nggak ada sakit-sakit, kan?"
"Syukurnya nggak ada, Ma. Anak Mama sehat, kok. Cuma dikasih saran aja buat Kirani jangan terlalu banyak ngelakuin aktivitas berat soalnya kandungannya masih rentan. Juga rutin makan vitamin biar nggak kekurangan nutrisi."
Joya menghela napas, entah mengapa merasa gugup, "Jadi nenek muda rasanya campur aduk banget ya."
Ujarnya yang diangguki Irene. "Anak-anak juga pada cepet banget gedenya. Apalagi si bungsu kami, nih."
Kirani menyaksikan semua interaksi itu sembari masih bersandar di bahu Papanya. Mengulas senyum tipis dengan wajah memerah sehabis sesegukan tadi.
"Nobitanya dijaga baik-baik ya, Nak. Nanti Papa usahain buat ngabarin Ayah kamu soal ini."
"Namanya bukan Nobita, Pahhh." Rengek Kirani yang dihadiahi kekehan dari Cahyo, rambut putrinya diusak pelan. "Tapi lucu loh, nanti nama panggilannya jadi nobinobi."
KAMU SEDANG MEMBACA
look how we've grown [✔]
Fanfiction[ sequel of "make you mine" ] i'm gonna love you 'til my lungs give out, and i wanna stay with you until we're grey and old. ©tuesday-eve, 2020.