I'll be your island

299 43 0
                                    

another remake for Aesthetic's Visual Couple

[Inspired by : Winner – Island]
.
.
.

[Under the palm tree over there

Let's have a glass of champagne

I'll be your Island]

Seungmin tengah menyibukkan diri dengan berbagai macam bahan yang diperlukan di acara BBQ Party malam nanti. Mata serupa boneka miliknya memicing tajam, memindai dengan fokus helai dedauan dan juga irisan daging yang sedang ia bersihkan.

Tak jauh darinya sosok jangkung dengan dimple manis di kedua pipinya pun terus fokus pada saus teriyaki[6] dan saus BBQ sendiri di pantry. "Seungminie, babe!"

Suara yang cukup rendah sang pria berdimple bergema, memecah keheningan yang sempat mendominasi kedua anak adam dengan paras di atas rata-rata manusia di sekeliling mereka. Mata tajamnya pun tetap ia fokuskan pada pekerjaanya. Ya, meminimalisir resiko buruk kalau-kalau si tampan bermarga Hwang itu mengalihkan atensi.

"Ada apa Hyun e?" Seungmin angkat suara sementara jemari lentiknya tak berhenti untuk memilah bahan pangan yang menerima kucuran air dari keran di westafel. "Apa ada yang harus kulakukan sekarang untuk membantumu?"

Kekehan terdengar setelahnya. Hyunjin –Hwang Hyunjin, kekasih Seungmin– menggeleng kecil karena mendengar pertanyaan bernada kaku yang baru saja terlontar dari bibir yang lebih muda enam bulan darinya itu. "Hanya memastikan, kok."

Seungmin yang mendengar pernyataan Hyunjin hanya mampu merotasikan bola matanya malas. Sudah hapal dengan tingkah random Hyunjin, jadi hanya respon seperti itulah yang ia tampilkan. "Terserah kau saja, Hwang."

"Ya ya ya.. dikatakan oleh calon Hwang juga."

"Che, mimpi saja sana!"

Hyunjin memuntahkan tawa. Entahlah, apapun yang Seungmin ujarkan padanya dengan intonasi tajam justru membuatnya bersusah payah menahan gejolak tawa. Baginya itu sama halnya lelucon konyol yang dilontarkan para pemain acara gag yang biasa ditayangkan setiap jarum panjang menunjuk angka 12 malam.

"Baik, aku akan mengingatnya, sayang."Dimple di pipinya kembali terbit."Setidaknya sudah ada rambu jika aku takkan bertanggung jawab jika ada kabar putra bungsu Nyonya Kim menangis karena Hwang Hyunjin menikah dengan orang lain."

'Brugh'


Suara benda berbahan logam yang beradu dengan lantai dapur mengalihkan atensi Hyunjin. Dengan segera si Jangkung itu mematikan kompor dan menghampiri tubuh mungil Seungmin yang nampak gemetar.

Dengan berlahan, lengan kekarnya ia kalungkan di pinggang ramping Seungmin, menyandarkan punggung rapuh sang kekasih di dada bidangnya, sementara hidung bangirnya ia gunakan untuk mengendus aroma khas Kim Seungmin yang menguar di ujung kepalanya. "Maafkan aku, sayang.."

Deru nafas memburu Seungmin yang mendominasi. Hyunjin tiba-tiba merasa amat bersalah. Rupanya, ia melupakan satu hal; bahwa kekasihnya sangat sensitif dengan topik Hyunjin akan menikahi orang lain.

"Seungminie, aku hanya bercanda.." bisik Hyunjin lembut di telinga Seungmin yang memerah. "Sungguh, aku tidak akan melakukan hal itu."

"Kau bodoh, Hyunjin!" Seungmin mencacinya. "Bercandamu sungguh tidak lucu!" Tubuhnya ia bawa memutar –tanpa melepaskan belitan lengan Hyunjin di pinggangnya– hingga kini keduanya saling berhadapan. "Lain kali jangan seperti ini ya, Hyun?"

Hyunjin mengangguk mengiyakan. Ia tersenyum manis, kemudian mendaratkan kecupan sayang di kening yang lebih mungil. "Iya, sayang. Jadi, ayo kembali fokus untuk acara malam nanti!"

Seungmin tertawa. Ia melepaskan rangkulan Hyunjin dan menyusun kembali bahan yang diperlukan sembari menata ulang peralatan yang nantinya dimanfaatkanuntuk acara yang diprakarsai oleh salah satu teman dekatnya.

.

.

.

Deru ombak dan angin laut memberikan aura tenang dan nyaman bagi segerombolan anak muda yang tengah melaksanakan kegiatan BBQ Party di pinggir pantai. Malam yang kian larut seolah bukan penghalang kaula muda yang kini mulai terbuai akan kenikmatan daging bakar yang berpadu dengan berbotol–botol sampanye yang rupanya memang disediakan oleh si empunya acara.

Yang di bawah umur harus berpuas hati dengan kaleng minuman berkarbonasi dibanding mengambil resiko fatal meski terbersit rasa iri melihat para kakak yang asyik menikmati minuman mahal hasil fermentasi anggur itu.

Hyunjin menyandarkan punggung tegapnya di pohon palm. Netranya tak ia alihkan pandangannya dari sosok Seungmin yang terus bergurau dengan Felix dan Jisung. Tangan kanannya sesekali ia gerakkan untuk mengoyang gelas berisi sampanye, sementara tangan kirinya ia masukan ke saku celana kain berwarna hitam yang malam ini membungkus kaki jenjangnya. Lengan kemeja linen berwarna darkblue yang ia lipat hingga siku, menambahkan tampilan maskulin pria yang lahir di San Fransisco, 21 tahun silam itu. Belum lagi jam tangan sport hitam yang dengan sempurna melingkari lengan berototnya.

Senyum tampan terukir, ketika ia mendapati pergerakan sang objek tatapan yang kini terarah padanya. Ditambah keberadaan segelas sampanye lainnya di tangan kanan sang terkasih. "Hyun, kenapa kau malah mengasingkan diri disini? Apa kau tak ingin bergabung dengan yang lain?"

Hwang muda tertawa kecil. Ia merasa lucu karena manusia yang paling dicintainya itu melupakan satu hal –seolah deja vu– bahwa Hyunjin akan selalu memisahkan dirinya sendiri dari kerumunan; guna menikmati segelas sampanye dan juga waktu berkualitas antara dirinya dengan seorang Kim Seungmin.

"Hmmm... Aku ingin disini. Bersama dirimu dan segelas sampanye –walau nyatanya dua gelas– di bawah pohon." Bilah apelnya ia sapu dengan ujung lidah; gesture menggoda (tanpa sengaja pada faktanya), membuat Kim Seungmin panas dingin di tempat. "Lagipula, aku tidak terlalu bernafsu memakan kumpulan kalori berkarsinogen[7] itu melebihi batas makanku, Seungminie."

Seungmin tersentak. Sekarang Ia baru menyadarinya. Hyunjin–nya memang mulai membatasi konsumsi hasil pembakaran tungku BBQ beberapa bulan terakhir seiring padatnya jadwal sang Dominan; sehingga jadwal olahraganya pun berubah (porsinya menurun tentu saja).

"Hyun, maafkan aku." Seungmin menunduk. "Aku melupakan itu." Jemarinya memainkan kancing kemeja Hyunjin dihadapannya.

Matanya mengedip. Mengundang tawa menggoda si Jangkung. "Santai saja, sayang." Dengan cekatan ia menenggak habis sampanye di tangannya. Yeah, oneshot!

"Hyun!" Kim Seungmin mendelik. "Aku tahu toleransimu terhadap alkohol sangat bagus, tapi tetaplah kontrol dirimu!"

Hyunjin mengedikkan bahu tegapnya. Ia tetap menyunggingkan senyum menggoda, kemudian melangkah meninggalkan Seungmin sekejap, hanya untuk meletakan gelas kosong di meja terdekat. Kembali ia melangkah mendekati sang kekasih; memenjarakan tubuh yang membeku di antara dirinya dan pohon yang tadinya menjadi tempatnya untuk bersandar.

Punggung jari telunjuknya ia sapukan di pipi halus sang kekasih, sementara tangan kanannya ia gunakan untuk menumpu badan tegapnya; sehingga tidak terlalu menghimpit seorang Kim Seungmin. Tatapan tajamnya ia fokuskan dengan tatapan sayu yang lebih tua.

Deru nafas keduanya bersahutan. Hyunjin mengikis jarak antara wajahnya dengan wajah Seungmin. Bibirnya mengecup kecil bilah kemerahan sang Kekasih. "Aku akan menjadi pulaumu, hyung. Selalu." Senyuman maut tercipta disela pagutan mesra. "Menjadi tempatmu bermain, singgah, bahkan tinggal."

Seungmin tersenyum, meyakini ucapan yang lebih muda. Mengklaim janji yang lebih tua, sekaligus turut menyuarakan janji yang sama, meskipun hanya mampu ia lisankan di sanubari.

.

.

.

.

Next part ditunggu~

.

.

.

G.R.8.U °HyunMin VER.° [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang