Gadis yang sedari tadi sibuk menghias banyaknya kue tak sadar kalau ponselnya bergetar, dia terlalu fokus menyelesaikan pekerjaannya sehingga dia tidak punya banyak waktu untuk mengangkat telfonnya. Jangankan mengangkat, memegang sebentar saja dia tidak punya banyak waktu. Entah mengapa hari ini toko kue milik Uminya dikunjungi oleh ramainya pelanggan sehingga pesanan yang mereka dapatkan lebih banyak daripada sebelumnya, meskipun pastinya itu akan melelahkan tapi mereka bersyukur karena banyaknya pelanggan yang memesan itu berarti akan banyak penghasilan yang akan mereka dapatkan. Tidak ada kata lelah untuk terus mengais rezeki, apalagi ini sudah menjadi pekerjaan sehari-harinya yang hampir saja menganggur jika Uminya tak membuka sebuah toko kue.
Menjadi seorang pengangguran bukanlah hal yang diinginkan semua orang, tapi mereka harus apa jika lowongan pekerjaan tak ada. Banyak pabrik ataupun toko yang penuh karena jumlah para lulusan SMA atau jenjang yang lebih tinggi pun dari tahun ke tahun semakin melonjak, sedangkan jumlah pekerjaan yang ditawarkan hanya sedikit. Aisyah hanya lulusan SMA, sangat susah mencari pekerjaan dengan title seperti dirinya ini. Banyak yang dari lulusan di Universitas Negeri saja banyak yang menganggur karena semua lowongan itu penuh, apalagi dirinya yang memiliki pendidikan pas-pasan. Sudah bisa dipastikan kalau dia tidak akan bisa bersaing dengan dunia luar, mengingat otaknya juga yang tidak pintar amat alias sedang-sedang saja.
"Akhirnya selesai juga," ujarnya sambil tersenyum senang ketika melihat sepuluh loyang kue sudah dia hias menjadi super cantik dan membuat siapa saja yang melihatnya pasti tidak akan sabar untuk segera memakannya.
Aisyah selalu merasa sangat senang ketika melihat hasil kerjanya yang memuaskan baginya, hanya kemampuan inilah yang dia miliki dan dia banggakan. Dari dulu dia memang sangat suka menghias makanan yang memiliki rasa manis itu, namun jika untuk membuat adonan kuenya dia tidak mau lagi mencobanya. Dia masih memiliki trauma yang aneh, dulu waktu dia berusaha sembilan tahun dia pernah mencoba membantu Uminya membuat kue. Dia yang masih tergolong kecil dan tak tau apa-apa pun malah memasukkan adonan mentah itu kedalam mulutnya untuk sekedar mencicipi karena rasa penasaran yang membumbung tinggi, alhasil dia langsung mual dan muntah karena rasa amis yang begitu kentara dilidah.
Dari sanalah dia jadi tidak suka membuat adonan kue, jangankan membuat yang pastinya dia harus memegang adonan itu. Melihatnya saja dia tidak mau karena pasti akan membuatnya mual berlebihan lagi, jika kuenya sudah matang kan rasanya sangat enak dan tidak membuat mual karena justru kue itu akan beraroma sedap. Bahkan Nala sering sekali mengejeknya yang tidak mau membuat kue, Aisyah hanya diam saja tapi jika ocehannya keterlaluan dan suka membuatnya kesal maka dia akan membalas omelan itu dengan membalikan kata-katanya.
"Siapa sih ini?" gumam Aisyah begitu membuka ponselnya, dia mendapati banyaknya panggilan tak terjawab dari nama kontak yang dia beri nama pria gila serta beberapa pesan dari pria gila itu. Namun bukan itu yang membuatnya heran melainkan sebuah pesan dari nomor yang tidak dikenal.
+628127321...
Assalamualaikum, Aisyah...
"Siapa ya?" gumamnya, tangannya mengetikkan sebuah balasan untuk nomor tak dikenal itu.
Me
Waalaikumsalam, siapa ya?
Tak lama kemudian dia mendapatkan balasan.
+628127321...
Ini aku Raihan, kamu masih mengingatku kan Aisyah?
Begitu mendapat balasan itu, senyumnya mengembang. Jadi ini nomor Raihan? Raihan lelaki yang sempat dia sukai semasa SMA-nya itu menghubunginya? Benar-benar tak disangka-sangka, dia pikir lelaki itu sudah tak mengingatnya lagi. Ternyata dia masih mengingatnya, dan darimana Raihan mendapatkan nomor ponselnya? Ini nomor ponsel barunya karena yang lama mati akibat dis yang terlambat mengisi pulsa selama berbulan-bulan. Bukan disengaja sebenarnya, semua itu karena dia yang terlalu fokus dengan dunia ilmu agamanya sehingga tak memiliki waktu untuk bermain ponsel seperti kebanyakan anak gadis zaman sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Aisyah
SpiritualKehilangan sebuah diary bagaikan kehilangan bagian dari hidup seorang Aisyah Vitriana seorang gadis berusia 20 tahun yang bekerja membantu Ibunya mengurus sebuah toko kue milik keluarga. Tiba-tiba datang seorang pria bernama Panduwinata Bramasta yan...