Bab 13 | Kapan Pergi (?)

40 13 0
                                    

Mentari pagi begitu indahnya, sinarnya menembus malu-malu dibalik tirai jendela kamar. Namun sinar itu tak dapat membangunkan seorang gadis yang tengah tertidur dengan lelapnya, dia masih merasa sangat asyik bergelung nyaman di dalam selimutnya. Untunglah hari ini dia mendapat tamu bulanan-nya sehingga dia tak ketinggalan dalam menjalankan kewajiban-nya sebagai sebagai seorang muslimah yang taat. Hari libur biasanya memang hari untuk bermalas-malasan, karena kebetulan sekali toko Umi-nya tutup. Itu dikarenakan Umi-nya hari ini akan mengunjungi rumah Raihan, untuk apalagi kalau bukan untuk menjenguk Bunda-nya Raihan yang sedang sakit? Tidak mungkinkan mereka datang untuk melamar Raihan menjadi suami Aisyah? Ah itu sih keinginan Aisyah, eh?

Kebetulan sekali pintu tidak dikunci sehingga Umi Maryam dengan leluasa memasuki kamar putrinya yang kini masih tertidur pulas, Aisyah memang anak yang rajin membantunya tapi jika saat libur seperti ini maka sifat malasnya akan keluar. Umi Maryam memaklumi hal itu karena Aisyah sudah sangat sering membantunya dalam menjalankan usaha toko kue miliknya, tapi anak itu tidur sudah sangat kelewatan hingga hampir saja melewatkan sarapannya. Ini sudah hampir pukul sepuluh pagi tapi Aisyah masih merasa nyaman tertidur berselimutkan bed cover motif kucing kesukaannya, Umi Maryam bahkan menggeleng melihat kelakuan putrinya. Umi Maryam membuka dengan perlahan selimut yang menutupi wajah Aisyah, digoyangkan-nya pelan bahu putrinya sambil terus memanggil-manggil namanya.

"Aisyah, bangun Nak ... Ini sudah jam sepuluh, kamu belum sarapan loh" ucap Umi Maryam.

"Bentar lagi Umi, Aisyah masih ngantuk." Aisyah menjawab dengan mata yang masih senantiasa terpejam, gadis itu kembali menarik selimut yang semula ditarik oleh Umi-nya agar menutupi wajahnya lagi.

"Kamu tidak jadi ikut Umi ke rumahnya Nak Raihan? Ya sudah kalau begitu Umi berangkat sendiri saja." Mendengar kalau dia akan ditinggal, Aisyah dengan cepat langsung menegakkan tubuhnya.

"Eh? Kok Aisyah malah ditinggal? Aisyah mau ikut dong Umi," ucap Aisyah yang langsung menahan Umi-nya yang akan keluar dari kamarnya.

"Ya sudah kamu siap-siap gih, habis kamu sarapan kita langsung berangkat kesana." Aisyah mengangguk kemudian beranjak menuju kamar mandi.

"Umi, Abi dan Kabir kemana?" tanya Aisyah sambil mendudukan dirinya di salah satu bangku.

"Kabir sedang menonton televisi itu di depan, kalau Abi-mu tadi sudah pergi untuk mengisi pengajian di salah satu rumah." Umi Maryam menjawab sambil menaruh sepiring nasi goreng di hadapan Aisyah.

"Ini dimakan sarapannya, Umi mau memasukkan kue itu ke dalam wadah." Aisyah mengangguk sambil tersenyum.

"Makasih Umi," ucapnya kemudian tanpa menunggu lama setelah dia berdoa dia menyuapkan nasi goreng itu ke dalam mulutnya.

"Masakan Umi selalu enak," ucapnya setelah menghabiskan satu piring nasi goreng itu. Bertepatan dengan Umi Maryam yang sudah selesai memasukkan kue itu ke dalam wadah.

"Sudah sarapannya?" Umi Maryam berbalik.

"Sudah Umi."

"Ayo kita berangkat." Aisyah mengangguk dan mengikuti langkah kaki Umi-nya.

"Kabir, Umi dan Mbak mu berangkat ya? Kamu tolong jaga rumah. Kami tidak akan lama kok," ucap Umi Maryam pada putranya yang masih sibuk memperhatikan layar yanh yang menayangkan sebuah film kartun.

"Iya Umi," balas Kabir singkat dengan pandangan yang tak lepas dari layar televisi.

"Mbak berangkat ya Gembul? Ingat jaga rumah, jangan terlalu banyak makan. Ini pipi udah gembul loh," ucap Aisyah sambil mencubit kedua pipi Kabir yang bergerak karena dia memang sedang mengunyah cookies coklat.

Diary AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang