*satu detik*

10 4 3
                                    

Senyum lebar terpancar dalam raut wajah penuh kerinduan, dari sosok yang teramat sangat dirindukan. Nadin selalu menantikan hari ini. Galang yang tengah berdiri diujung jalan perlahan melangkahkan kakinya menghampiri Nadin yang tengah duduk manis dibangku taman.

Tak ada sepatah kata yang dapat melukiskan betapa wanita itu merindukannya. Galang berdiri dihadapan Nadin, diterpa hembusan angin senyumnya menjadi sangat memesona. Senyuman yang menenangkan hati, Nadin menatapnya dan menikmati setiap garis yang terlukis diwajahnya. Galang membawa Nadin berjalan menyusuri taman dan berakhir di sebuah danau yang begitu indah, menaiki sampan dan terapung bersama, menikmati aliran air yang membawa mereka ke ujung bahagia.

"Jangan menangis lagi, aku tak suka melihat itu." Ucap Galang. Nadin hanya mengangguk, dan kembali mengayunkan dayungnya. Mereka terapung di tengah danau, dan seketika hujanpun turun dan Galang perlahan lenyap dari pandangan menghilang bersama aliran air hujan.

Nadinpun terbangun dari tidurnya, dia menatap langit langit kamar yang gelap dan menatap kesampingnya terlihat sahabatnya tengah tertidur lelap, dan gemercik suara hujan yang menenami malamnya.

Dia melihat layar ponselnya dan waktu menunjukkan pukul 02.00 perlahan dia membuka galeri dan melihat setiap kenangan yang dia abadikan.

"Satu detik saja aku ingin kembali memelukmu." Gumamnya.
.
.
.
.
.
.

Waktu menunjukkan pukul 09.15

Angel baru terbangun dari tidurnya, dia membuka mata dan melihat sahabatnya tengah berdandan di depan cermin riasnya.

"Wah, tuan putri hendak pergi kemana?" Ucap Angel.

"Menutup pintu kegelapan. Buruan mandi, kita pergi ke pantai." Jawab Nadin sembari membantingkan handuk ke tubuh Angel yang masih terlentang dikasur.

"Serius ini, kita mantai?"

"Iya, buruan mandi, lu udah bau raflesia tau gak? Jawab Nadin sembari tertawa

"Mulut lu terlalu deket sama idung, segala nyalahin gue." Ucap Angel dengan nada kesal yang dibubuhi tawa khasnya.

"Hahaha.... anjir."

Sementara Angel yang tengah mandi, Nadin menunggunya diruang tengah sembari menonton kartun Spongebob squarepants, kartun favorit nya. Usianya memang sudah dewasa namun tontonannya masih bocil.

Ditemani setoples keripik singkong juragan iblis, yang pedasnya tiada tanding dan secangkir teh manis di meja semakin membuatnya merasa nyaman.

"Neng, udah apa makan keripiknya. Nanti sakit perut loh." Ujar mbak Ratih

"Ya gabakalan atuh mbak, perut Nadin mah udah adaptasi." Jawabnya sembari menyeringai menunjukkan gingsulnya

"Ah, si Neng. Ya udah hati-hati bentar lagi mules." Ucap mbak Ratih

"Santuy bos." Jawab Nadin

Mbak Ratih meninggalkan Nadin dengan menggelengkan kepalanya, memang anak itu keras kepala, semenjak Reno selalu memanjakannya.

Angelpun turun dan mereka sarapan bersama, pun mbak Ratih ikut serta. Mereka bertiga layaknya ibu dan anak dengan mbak Ratih adalah ibunya sedangkan Angel dan Nadin adalah kakak beradik yang tak pernah akur kala menyantap makanan.

"Lu udah makan banyak ayam, gabaik banyak lemaknya." Ucap Angel

"Bilang aja lu mau. Lagian ya, gue mah gabakal kenapa-napa makan lemak juga." Jawab Nadin

Nadin Putri DaniastyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang