*sang penerima rindu*

24 4 1
                                    

Aku hadir bukan untuk menemani sepi,
aku hadir  bukan untuk memuaskan derita,
juga bukan untuk mencintai luka.

Aku hadir untuk sebuah kisah dengan penuh kasih,
aku mendamba cinta dengan penuh suka cita,
aku mendamba bahagia dengan segala yang kupunya.

****

Malam semakin kelam, kesunyian kembali memeluk erat, bulan tak bersinar bahkan bintang tak menampakkan diri, seolah semesta mengerti akan rasa sakit, seolah alam mengerti akan duka, dia ikut murung tanpa bercengkrama dengan bahagia.

Tangis Nadin tak kunjung usai, dengan tatapan kosong dia memandang langit malam yang kian murung, hembusan angin tak lagi membelai kini rasanya menusuk.

Bayangan tak luput dari ingatan, seketika hati bergumam andai hari ini tak pernah ada, mungkin hal itu takkan pernah terjadi.

Jiwa terasa kosong, raga terasa goyah, tak ada lagi penopang dirasanya. Ditambah seorang kakak telah menikah dan ditinggal seorang diri adalah pikiran yang berkecimpung dibenaknya.

Perlahan fajar mulai datang dan mata Nadin masih belum terpejam. Berharap jika fajar tiba sang kekasih akan kembali ada. Namun, harapan hanyalah sekedar harapan, tidak ada jaminan untuk menjadi sebuah kenyataan.

Semua kenangan terbayang memenuhi langit-langir kamar, tersenyum lalu menangis itulah yang Nadin lakukan. Semua buyar ketika pintu kamar diketuk.

Tok tok tok.....

"Neng, ayok turun sarapan!" Ajak mbak Ratih

Tak ada jawaban hanya keheningan yang dirasakan. Kekhawatiran mbak Ratih semakin menjadi, ketika tidak ada seorangpun yang mampu membujuknya untuk melupakan apa yang telah terjadi.

Tak lama Angel datang membawa beberapa makanan, dia bergegas kedapur untuk menyiapkan sarapan.

"Neng Angel kapan datang?" Suara lirih itu mengejutkan Angel yang tengah sibuk menata makanan  dimeja makan.

"Eh, barusan mbak. Gimana Ayas?" Tanya Angel

"Masih belum mau keluar Neng, mas Reno juga udah berusaha tapi nihil." Jawab Mbak Ratih.

"Ya udah, biar kucoba bujuk dia." Ujar Angel.

Angel pergi kekamar Nadin mencoba untuk membujuknya keluar dari sarang kesunyiannya.

"Yas, gue Angel. Gue masuk ya?"

"Hmm." Hanya kata itu yang terlontar dari mulut Nadin.

Dengan ragu Angel membuka pintu kamar Nadin dan menghampiri Nadin yang semrawut dengan pecahan kaca dimana-mana berantakan sekali.

"Astaga yas, lo ngapain sih? Lo boleh sedih Yas, boleh banget. Tapi gak gini juga Yas. Ayo pergi ketaman, kita cari udara segar." Ujar Angel

"Lo aja, gue pengen disini." Jawabnya

"Gak boleh, lo harus keluar. Lo gak mau kan hidup lo dihantui kesunyian? Kuncinya lo harus keluar dari sarang kegelapan yang dipenuhi kesepian."

"Ngel, Galang bakal temuin gue disini, gue gak mau keluar." Ucap Nadin

Mendengar jawaban Nadin, Angel memeluknya erat dan menenangkan Nadin.

Nadin Putri DaniastyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang