*Galang*

14 6 1
                                    

Galang memacu mobilnya sangat cepat ketika mengetahui Nadin dibawa ke rumah sakit. Perasaan khawatir menguasai dirinya. Pikiran-pikiran negatif berkecimpung dalam benaknya.

Sementara itu Nadin yang masih menenangkan Reno belum beranjak dari mobilnya. Alih-alih mendapat ketenangan ia malah merasa mendapat satu masalah baru. Namun bukan Nadin jika tak hidup dalam permasalahan.

Tak lama mobil Galang menepi disamping mobil Reno. Dia turun dan melihat Nadin masih berada dalam mobil. Galang mengetuk kaca mobilnya mencoba untuk memastikan.

"Nad, buka!" Ujar Galang
Nadin membuka kaca mobilnya dan melihat Galang dengan tatapan penuh harapan.

"Lang, ngapain lo disini?" Tanya Nadin
"Mastiin keadaan lo" jawab Galang.

Nadin tersenyum dan membuka pintu mobilnya  mencoba untuk keluar.
"Bantu gue!"ujarnya

Galang tersenyum dan mengiyakan permintaan Nadin. Reno yang menyaksikan itu hanya tersenyum dan menatap Galang penuh dengan rasa bingung.

Mereka keluar dari mobil. Dan tiba-tiba Nadin mengejutkan Reno dan Galang dengan pertanyaan yang ia lontarkan

"Lang, gue masih pacar lo kan?"

"Lo ingat gue Nad?, lo ingat semuanya? Lo akan selalu jadi pendamping hidup gue Nad bahkan ketika lo tak ingat gue sama sekali. Gue selalu jadi milik lo." Tegas  Galang.

Reno yang menyaksikan itu hanya tersenyum. Dia tak mau lagi mengurusi kisah cinta adiknya. Karena terakhir dia ikut campur alih-alih membahagiakan malah menghancur hidup adiknya.

Akhirnya Nadin menjalani terapi agar bisa jalan dengan normal kembali. Ditemani dua sosok laki-laki sebagai penguat sekaligus alasan bagi dia untuk hidup.

Seolah Nadin telah terlahir kembali setelah datangnya Galang dalam hidupnya.

Seperti pelangi yang timbul setelah hujan. Lembayung yang menemani setiap senja. Bintang yang setia menemani bulan disetiap malam. Itulah Galang yang selalu ada disetiap saat di dalam kehidupan Nadin.

Sebagai matahari yang bersinar diwaktu fajar dan rembulan yang menerangi gelapnya malam. Galang seolah memberikan kehidupan pada Nadin.

Hari-hari berikutnya Nadin terlihat begitu berbeda, menjadi sosok periang dan penuh semangat.

"Selamat pagi mbak Ratih." Sapa Nadin sambil bernyanyi - nyanyi kecil.

"Selamat pagi neng, ayok sarapan mbak Ratih udah siapin menu kesukaan neng Nadin." sahut mbak Ratih.

Senang rasanya mbak Ratih melihat Nadin tampil begitu ceria. Seolah rumah itu kembali berpenghuni.

"Mas, lo kerja bareng gue ya. mau kebutik kangen udah lama gak gue tengokin." ujar Nadin sembari mengunyah makanannya.

"Yaudah buruan gue tekat nih." jawab Reno.

Sepanjang perjalanan Nadin kembali menjadi Nadin 3 tahun lalu yang cerewet. Dia terus berbicara tanpa henti apa saja dia bicarakan. Reno tersenyum bahagia melihat adik nya kembali mendapatkan kehidupan.

"Udah nyerocosnya? noh udah sampe dibutik lo. Turun sana!"
"Iya si galak amat punya abang" jawab Nadin sembari manutup pintu mobil dan beranjak masuk kedalam butik dibantu mbak Ratih.

Aroma yang sekian lama tak dia hirup seakan menjadi pewarna dalam hidup.
"Ah aroma surga " gumamnya.

***

Sementara Galang yang sibuk dengan urusan kantornya terus-menerus menggerutu karena tak memiliki waktu luang untuk mengunjungi sang kekasih.

Nadin Putri DaniastyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang