9. Berkunjung

85 10 0
                                    

Sedingin apapun sebuah es, jika bertemu kehangatan maka akan mencair juga.

••Shanaya••

Naya dan Juan berjalan menuju
parkiran. Naya terlihat santai sementara Juan terlihat sangat gugup. Dia beberapa kali menelan ludah dan membasahi bibirnya.

Ponsel Naya berdering. Bundanya menelepon. "Iya, Bun?" angkat Naya.

"Kamu jadi pulang sama temen, Nay?" tanya bunda.

"Jadi," jawab Naya.

"Bunda baru inget sekarang tanggal 12, kamu jadi ke sana?"

Mendengar itu Naya langsung mengecek tanggal di ponselnya. Ah dia lupa. Naya melirik Juan lalu tampak berpikir sebentar.

"Apa Nay sama Bunda aja perginya?" tanya Naya pada Bundanya.

"Kayanya Bunda gak bisa Nay, karena gak jemput kamu bunda sengaja hari ini sempetin ke luar kota sebentar. Mungkin baru balik nanti malam," jawab Bunda.

Naya berpikir lagi. Tampak menimang-nimang. "Yaudah, Naya ke sana sama temen aja."

"Kamu yakin? gak biasanya kamu mau ajak temen, siapa sih temennya?" tanya bunda Naya dengan nada menggoda sekaligus penasaran.

"Bunda, jangan mulai!" ucap Naya malas membuat Bundanya tertawa.

"Yaudah hati-hati ya, jangan kelamaan pulangnya! Assalamualaikum."

"Iya, waalaikumsalam," tutup Naya.

Naya menurunkan ponselnya lalu beralih menatap Juan, membuat Juan yang sedari tadi memandang Naya intens langsung gelagapan salah tingkah. Dia terciduk.

Naya tertawa pelan. Juan sedikit unik menurutnya. Dia sering memperhatikan Naya, tetapi seperti tak berani mengajaknya berbicara. Apalagi tingkahnya yang gampang terkejut dan salting ketika bersamanya. Naya sedikit terhibur.

"Ayo," ajak Naya.

"Hm... mau langsung pulang?" tanya Juan agak gugup. Kan sudah Naya bilang, bertanya seperti ini saja dia kelihatannya takut. Memangnya Naya makan orang?

"Gue mau ke suatu tempat dulu. Gapapa?"

"Ah iya... gapapa, kok." Tentu saja tidak apa. Juan malah senang, kapan lagi bisa pergi berdua bersama Naya?

••Shanaya••

Juan terkejut ketika Naya memintanya berheti di sebuah pemakaman umum. Mau apa Naya ke sini?

Naya melepaskan helmnya lalu turun dari motor Juan. "Lo mau ikut atau tunggu di sini?" tanya Naya.

"Boleh ikut?" tanya Juan polos. Naya tersenyum kecil. Mengapa lelaki ini tampak polos sekali?

Naya jadi banyak tersenyum hari ini karenanya.

"Boleh, ayo."

Naya berhenti di sebuah makam dengan nisan bernama 'Gilham Beinanda'. Dia berjongkok dan membersihkan rumput-rumput liar di atas makam.

Naya tersenyum, hari ini tepat dua puluh lima bulan semenjak kepergian Abangnya. Naya biasanya selalu berkunjung setiap bulan bersama Bunda. Naya selalu rindu.

Matanya mulai perih, tetapi dia tidak ingin menangis sekarang. Ada orang lain bersamanya.

Juan ikut berjongkok bersama Naya lalu bertanya, "Nay, kalau boleh tahu. Ini makam siapa?"

"Abang gue," jawab Naya.

Juan terkejut. Dia kira Naya anak tunggal, karena Naya hanya sering terlihat berdua bersama Bundanya. Ternyata abangnya sudah meninggal.

"Maaf, gue baru tahu."

Naya meletakkan buket bunga yang tadi sempat dibelinya. Sekarang Juan mengerti mengapa Naya menyuruhnya berhenti di toko bunga. Juan pikir Naya seorang pecinta dan pengoleksi bunga. Ternyata tidak, dia hanya membeli untuk ini.

Untung Juan belum jadi mewujudkan rencananya mengganti cokelat dengan bunga.

Naya menampung kedua tangannya dan menutup matanya, tampak berdoa. Juan mengikutinya.

Juan selesai dan membuka matanya kembali, dilihatnya Naya masih berdoa. Lalu setetes air mata jatuh dari pipi Naya membuat Juan kaget dan panik.

"Nay?" panggil Juan menepuk bahu Naya pelan.

Naya tidak menyahut, air matanya semakin banyak. Juan tidak tahu harus berbuat apa.

Naya sengaja tidak membuka matanya, dia takut akan menangis semakin keras. Dia tidak mau terlihat lemah di mata orang lain.

Tiba-tiba Naya terisak membuat Juan yang panik langsung memeluknya, mencoba menenangkan.

•• Shanaya ••

A/N

Aku update guys!
Maaf yaa tengah malam. Jangan lupa vote dan commentnya:)

Jangan lupa juga baca cerita aku yang satu lagi hehe. Aku usahain bakal update secepatnya. See you.


12.09.20

ShanayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang