1. Cokelat untuk Naya

391 20 13
                                    

Melihatmu tersenyum dengan tulus itu mudah untuk diharapkan, tetapi sulit untuk dijadikan kenyataan.

•• Shanaya ••

Pagi itu sama, ketika Naya berjalan di koridor sekolah semua murid yang dilewatinya menatapnya. Itu terjadi setiap pagi, tetapi Naya selalu mengabaikan tatapan orang kepadanya.

Seorang murid cowok berhenti tepat di depan Naya membuat Naya terkejut. Cowok itu tersenyum sangat manis. Dia tampan.

"Pagi, Naya."

Naya menatapnya bingung.

"Hmm... Nay, aku mau ngomong."

Naya mengangkat alisnya. Itu tandanya dia sedang bertanya Rion ingin membicarakan apa. Kebiasaan Naya yang sering menjawab orang lain dengan gestur tubuh sudah dipahami oleh Rion, bahkan hampir semua orang yang mengenalnya sudah paham itu.

"Aku minta maaf, Nay."

"Untuk?"

"Karena aku nembak kamu kemarin, dan kamu nolak aku, kamu jadi dianggap sombong."

"Iya, udah?"

"Nay..."

"Apa lagi?" Naya memandang Rion tidak suka. Menurutnya Rion sangat cerewet.

Mendengar nada ketus Naya, Rion mengurungkan niatnya untuk membujuk Naya menerimanya. Naya begitu sulit, bahkan hanya untuk diajak berbicara.

"Gak jadi deh, Nay." Rion menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Ck, yaudah." Naya melanjutkan langkahnya kembali menuju kelasnya. Sekali lagi, tanpa memperdulikan orang-orang yang terus melihat ke arahnya.

Juan yang sedang berdiri di depan pintu kelasnya memandang Naya yang berlalu melewatinya. Juan juga melihat bagaimana respon Naya terhadap Rion tadi. Entah mengapa Juan malah suka Naya bersikap ketus kepada Rion, itu tandanya Naya tidak suka pada Rion bukan?

Tapi, bagaimana jika respon Naya sama ketika Juan mencoba mengajaknya bicara? Mungkin Juan akan merasa sangat buruk.

Ah, itu tidak perlu dipikirkan, lagi pula kapan Juan punya keberanian untuk berinteraksi dengan Naya? Juan merasa dirinya benar-benar pengecut.

••Shanaya••

Naya bersiap untuk latihan taekwondonya siang ini. Sebenarnya dia merasa lelah, tapi bagaimana pun dia tidak bisa meninggalkan latihannya.

Naya menghela napas, lalu mengambil seragam taekwondonya di dalam tas dan berjalan ke ruang ganti untuk mengganti seragam sekolah yang masih ia kenakan.

Saat meletakkan seragam sekolah ke dalam loker, lagi-lagi Naya menemukan ini. Sebatang coklat dengan secarik kertas kecil sticky notes bertuliskan,

'Semangat, Naya! Fighting!'

Naya tersenyum, entah siapa yang selalu mengirimkan ini kepadanya. Awalnya ia merasa risih karena berfikir itu hanya siasat cowok yang ingin mendekatinya.

Namun, Naya berpikir, mengapa orang itu selalu meletakkan ini di lokernya setiap hari selama dua tahun berturut-turut? Hanya benda ini setiap harinya, tanpa menunjukkan batang hidung si pengirim sama sekali.

Sementara Juan yang mengintip di depan pintu tersenyum lebar, dia senang akhir-akhir ini Naya tidak membuang coklat yang ia berikan lagi. Apalagi ditambah senyuman Naya yang menyejukkan hati. Ah, rasanya senang sekali.

Jika dulu Naya tidak peduli, sekarang Naya sering kali bertanya-tanya, siapa yang mengirimkan ini setiap hari untuknya? Jika orang yang ini menyukainya, mengapa dia tidak pernah menunjukkan dirinya di hadapan Naya?

Naya menyimpan cokelat dan sticky notes itu ke dalam tasnya lalu bergegas ke lapangan.

••Shanaya••

Juan sampai di lapangan sesaat setelah Naya sampai. Mereka satu ekskul. Lebih tepatnya, mereka satu ekskul karena Juan ingin lebih sering melihat Naya. Dari dekat.

Bahkan Juan juga mengajak Gege dan Dino ikut bersamanya. Padahal membujuk dua temannya itu tidak mudah. Ketika Juan mengajak mereka untuk masuk ekskul ini jawaban mereka malah seperti ini,

"Yaelah Nda, gue udah jago bela diri kali, ngapain masuk ginian."

"Iya nih, Bahkan ye tanpa ikut taekwondo gue udah bisa tahu nyelamatin merijen pacarnya spiderman."

"Mary Jane, Ge."

"Iye itu deh, No. Udah deh, kita mending masuk ekskul basket aja. Biar populer gitu kaya di pilem-pilem."

"Emang gak setia kawan banget ya kalian sama gue. Yaudah kalau gitu ntar pulang sekolah gue teraktir makan apa aja deh. Kalian juga boleh deh berantakin kamar gue. Tapi, kalian harus ikut sama gue ekskul taekwondo. Biar gue ada temennya."

"Yaelah pake temen segala sih lo, Nda."

"Kalau lo gak mau gak apa sih, No. Tapi Gege pasti gak bakal nolak tawaran gue dong. Yakan, Ge?"

"Hehe. Maapin ya, No. Sayang banget tau di tolak. Kapan lagi ni kita dibolehin berantakin kamarnya Juan yang rapi kaya anak perawan itu, diteraktir makan lagi. Aduuuh. Gak bisa nolak gue, No."

Dino menghela napas, Gege emang paling tidak bisa disogok seperti ini. Kalau sudah begini, mau tidak mau Dino mesti ikut ekskul taekwondo bareng mereka. Yakali deh Dino beda ekskul sendiri dengan dua teman bobroknya itu. Dari dulu kan mereka selalu bareng. Sekarang juga harus begitu.

Juan tersenyum puas melihat dua temannya menyerah. Akhirnya, dia bisa lihat Naya dari dekat. Dalam satu ekskul yang sama.

Juan langsung menghampiri Dino dan Gege yang sedang pemanasan. Lalu melihat ke arah Naya kembali.

••Shanaya••

Next?

Jangan lupa voment ya hehe. See you.

31.05.18

ShanayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang