Setelah seminggu penuh bolos kuliah dikarenakan kedatangan Papa dan Mama, demamnya diriku dan juga larangan Daren untuk kuliah, akhirnya aku kembali masuk kuliah di hari Senin berikutnya.
Karena di hari Sabtu dan Minggu nanti aku dan Daren akan pergi ke Bali, jadi, banyak yang harus dipersiapkan.
Seperti Daren yang mengurus tugas kuliah dan pekerjaannya. Tidak hanya Daren, aku juga harus mengejar tugas yang tertinggal saat bolos kemarin.
Oiya, setelah perdebatan panjang juga, akhirnya Daren memperbolehkanku untuk bekerja kembali di kafe dengan syarat hanya seminggu sebagai perpisahan.
Tidak apa-apa. Aku sudah senang walaupun diberi waktu hanya seminggu.
Kemarin, aku tidak sengaja mendengar jika Daren menelfon Kak Tahta. Aku tidak tau apa yang mereka bicarakan, tapi sepertinya mereka janjian untuk bertemu.
Kembali ke topik, sekarang adalah Senin pagi.
Selesai sarapan bersama Daren, aku bergegas siap-siap ke kampus karena ada kuliah pagi. Sedangkan Daren, masih santai di ruang tamu sambil membaca koran karena tidak ada jadwal kuliah pagi, melainkan siang nanti pada pukul 11:00.
Pagi ini, Daren juga yang akan mengantarkanku ke kampus.
Mungkin, hubunganku dan Daren memang semakin membaik. Namun, untuk masalah komunikasi, kami masih jarang sekali mengobrol satu sama lain. Kami berdua lebih sering diam jika menghabiskan waktu bersama.
Tapi, entah mengapa, aku lebih nyaman saat menghabiskan waktu bersama Daren tanpa mengeluarkan kata-kata atau tidak mengobrol sama sekali. Apakah itu normal? Aku juga tidak tau.
Ah! Ada lagi hal yang selalu dilakukan Daren dan itu lumayan menyusahkan.
Daren sering meminta jatah di waktu dan tempat yang tiba-tiba.
Seperti sekarang.
Seingatku, aku sedang bersiap-siap untuk ke kampus.
Tapi, kenapa sekarang aku berada di pangkuan Daren dengan kaki terbuka dan baju sudah tidak tau ada dimana.
Dimana kami melakukannya?
Ruang tamu. Iya, ruang tamu. Bahkan koran yang tadi Daren baca sudah tergeletak di lantai.
Daren sibuk menghentak milikku dengan bantuan tangannya yang ada di pinggulku, membantunya menggerakkan tubuhku dengan bibirnya yang juga tak kalah sibuk mengulum puting dadaku.
Kepalaku terkulai ke belakang dengan mata tertutup karena terlalu menikmati.
Punggungku melengkung saat kurasakan puncakku akan datang. Daren juga sepertinya akan mencapai puncaknya karena hentakannya semakin kuat dan dalam.
Dan benar saja, tubuhku mengejang dan bergetar. Tak lama, Daren juga sepertinya mendapatkan puncaknya karena kurasakan kehangatan di dalam perutku. Daren menggeram merasakan cairannya keluar dengan bebasnya di dalam.
Lemas, diriku langsung terkulai ke dalam pelukan Daren.
Daren menangkup wajahku dan menciumi pipi dan juga dahiku.
"Janisa, enak gak sayang?" Tanya Daren disela kecupannya.
Aku yang masih mengatur nafas hanya bisa menjawabnya dengan anggukan.
Namun, Daren dengan usilnya malah kembali menggerakkan miliknya dan membuatku meringis sambil menggigit bibir bawahku.
"Daren.. aku.. kuliah.. pagi.." gumamki terbata-bata saat Daren kembali bergerak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married by Accident ✔️
FanfictionPernikahan yang tidak didasari cinta, hanya dilaksanakan karena sebuah pertanggung jawaban. Akankah pernikahan tersebut bertahan? Atau.. Akan ada skenario lainnya yang tidak diduga? Who knows? Mari kita tanyakan kepada Daren dan Janisa. 🔞