Perasaan

2.6K 259 65
                                    

This is not good, really.

Aku merasa dipermainkan.

Kalian tahu? Akhir-akhir, bagaimana Daren bersikap kepadaku memang membuatku terharu.

Tapi, aku tidak menyangka juga bahwa perubahan sikapnya membuatku merubah cara pandangku terhadapnya secara signifikan.

Seperti hari ini, aku dan Daren sarapan bersama, berangkat bersama ke kampus.

Bahkan, sebelum turun dari kampus, dia sempat mengelus kepalaku terlebih dahulu.

Tapi, lihat apa yang dia lakukan sekarang.

Duduk berduaan bersama Selina tepat di depan mataku.

Mungkin, Daren masih belum menyadari keberadaan diriku yang berada jauh dari mereka. Tapi, saat mata kami bertemu, dia hanya menatapku sebentar, lalu mengalihkan tatapannya ke arah Selina.

Aku benci ini.

Aku benci bagaimana biasanya aku tidak peduli dengan semua yang terjadi pada Daren.

Aku benci melihatnya berduaan bersama Selina.

Aku benci bagaimana aku juga tidak suka melihat Selina sekarang.

Dulu, aku bahkan menganggap mereka sangat serasi. Tapi sekarang? Rasanya aku ingin membakat mereka berdua.

Aku tidak suka perasaan ini.

Perasaan yang aku tau pasti dan aku tahan agar tidak pernah ada.

Apakah ini sudah waktunya untukku meninggalkan Daren?

Apakah....

Tidak! Tidak!

Semua ini salahku karena terlalu terbawa perasaan dengannya.

Dari awal, aku sudah tau bahwa memang dia tidak menginginkanku. Dia hanya merasa bersalah dan kasihan.

Lagipula, aku tidak mungkin menyerahkan hatiku untuk seseorang yang menjadi penyebab kematian Ibu.

Ya.. itu benar.

Daren hanya kasihan dan aku yang terlalu terbawa perasaan.

Daren adalah penyebab kematian Ibu.

Jangan sampai jatuh hati padanya.

Ingatan tentang kecelakaan itu dan juga bagaimana sikap Daren selama ini kembali menyadarkanku.

Sesak di dadaku saat ini juga.

Tapi, aku berhasil mengontrol perasaan ini dan kembali melihat Daren dan Selina sebagai sebagai pasangan yang tidak menggangguku sama sekali.

Lagi, lamunanku buyar saat seseorang duduk di sebelahku.

"Bengong aja," ujarnya usil.

Aku tersenyum menanggapinya, "Bengong enak tau,"

"Lo gimana? Nyaman kerja di kafe?" Tanya Markay.

Aku mengangguk semangat, "Nyaman banget! Orangnya baik-baik dan tempatnya juga bikin nyaman. Makasih ya, udah nyaranin gua buat kerja disana," ucapku berterima kasih.

"Hehe sama-sama. Semoga makin betah. Gak ada orang yang ganggu lo 'kan?" Tanya Markay lagi.

"Ganggu...? Maksudnya?" Tanyaku bingung.

Markay menghela nafas, "Hans nanyain lo terus. Kayaknya, dia suka sama lo," jawab Markay.

Hans? Hans yang itu?

Aku tertawa kecil, "Gak mungkin cuma sering nanyain artinya suka 'kan?" Elakku.

Markay menggeleng, "Ngapain dia nanyain kalo dia gak suka?" Markay mengatakannya dengan wajah serius.

Married by Accident ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang