Storm

2K 189 59
                                    

Aku tidak tau berapa lama aku menangis sampai ketiduran.

Aku terbangun karena mimpi buruk yang telah lama tidak pernah mampir di dalam tidurku, ternyata kembali hadir.

Aku kembali menangis karena ingatanku kembali.

Semua tentang kecelakaan itu, tentang Daren dan tentang semua yang Hans katakan seperti berputar di otakku dan tak mau pergi.

Dadaku sesak.

Aku ingin berteriak, namun tak bisa.

Mengapa aku bisa sebodoh ini?

Daren bahkan baru baik kepadaku akhir-akhir ini. Sebelum ini, dia bahkan memperlakukanku sebagai pembantu, bertingkah seenaknya dan tidak menghargaiku sama sekali.

Sudah pasti dia melakukan hal-hal baik padaku untuk memakai tubuhku.

Otakku berpikir demikian.

Namun, tidak dengan hatiku.

Hatiku seperti mengatakan bahwa semua perlakuan Daren adalah tulus.

Hatiku seperti bisa merasakan ketulusan.

Aku benar-benar bingung.

Sampai akhirnya, kebingunganku berhenti saat pintu kamar terbuka.

Terlihat, Daren berdiri di depan pintu kemudian menutupnya dan berjalan ke arahku.

"Janisa? Kamu kenapa?" Tanya Daren saat melihat diriku yang kacau dengan mata sembab dan juga hape yang hancur keping-keping di lantai karena kubanting.

Aku masih, tidak merespon. Entah kenapa, melihat Daren sekarang membuatku bingung untuk bertindak.

Daren kemudian berjalan mendekat ke arahku dan langsung memelukku.

"Kamu kenapa? Baru bangun tidur?" Tanya Daren.

Aku bergeming. Tidak menjawab pertanyaannya.

"Kamu mimpi buruk lagi?" Daren kembali bertanya. Aku masih bergeming, tidak mempunyai niat untuk menjawab pertanyaannya sama sekali.

Daren sepertinya sadar jika diriku tidak baik-baik saja. Dia lalu mendekapku semakin erat dan mengecup dahiku.

"Aku disini. Semua akan baik-baik aja. Lupain soal kecelakaan itu. Ada aku-" seketika, ketika Daren mengucapkan kalimat itu, aku langsung mendorong Daren dengan sekuat tenaga.

"Lupain? Maksud kamu apa nyuruh aku buat lupain soal kecelakaan itu? Ibu aku! Ibu aku meninggal karena kecelakaan itu!" Teriakku tepat di hadapan Daren.

Emosiku meledak saat itu juga.

Daren terkejut melihatku berteriak ke arahnya. Dirinya diam mematung, tidak bergerak sama sekali.

Air mataku kembali turun.

"Ibu aku meninggal karena kecelakaan itu! Keluargaku satu-satunya. Bahkan, kamu yang membunuhnya! Bagaimana bisa kamu menyuruhku melupakan kecelakaan itu!" Teriakku lagi.

Daren mengedipkan matanya dan menelan ludahnya. Dirinya lalu berusaha meraihku, seperti dia akan memelukku lagi namun aku langsung menepis tangannya.

"Kamu selama ini baik sama aku, ngaku kalo sayang sama aku, karena cuma mau tubuh aku kan?! Iya kan!" Teriakku lagi.

"Kamu juga selama ini, gak pernah sama sekali bahas soal kecelakaan itu biar aku dan kamu sama-sama ngelupainnya kan?! Apa kamu pernah berpikir untuk tanggung jawab?! Nyawa Ibuku melayang karena kamu!"

"Dan lagi, kamu selalu bilang kalo aku spesial, aku istimewa dan aku terbaik. Tapi, aku tau fakta bahwa kamu pernah ngelakuin semua yang pernah kamu lakuin sama aku, sama kayak apa yang kamu lakuin bareng Selina!" Aku berteriak dengan emosi yang meledak-ledak.

Married by Accident ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang