First Wrong

1.6K 195 12
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

SasuNaru

Cerita ini di buat hanya untuk kesenangan belaka. Jika ada kesamaan mungkin otak kita sedang memikirkan hal yang sama dan itu bukan kesengajaan.

Happy Reading

# # # #

Sinar matahari tepat menyinari wajahku. Pagi-pagi sekali ibu sudah membuka gorden jendelaku. Ini kan hari minggu, waktunya bersantai.

"Naru-chan ayo bangun!"

"Lima menit lagi ibu... Aku masih mengantuk." Lalu kutarik selimut menutupi semua tubuhku. Biarkan aku dimarahi ibu.

"Kalau begitu cepat bangun. Ibu tunggu di bawah untuk sarapan."

Heh...? Tumben sekali ibu tidak marah-marah.

"Oh ya... Naru-chan ada yang ingin ayahmu sampaikan kepada kita. Lebih baik kamu cepat bangun." Mau tidak mau akhirnya aku bangun, menuju kamar mandi tapi aku tidak mandi. Biarlah aku tidak akan kemana-mana juga hari ini.

Hai semuanya perkenalkan aku Namikaze/Uzumaki Naruto umur 18 tahun dan seorang mahasiswa. Aku anak tunggal, Ayahku Namikaze minato dan ibuku Uzumaki Kushina.

Ayahku bekerja sebagai pegawai kantor walau begitu jabatannya lumayan tinggi dan ibuku seorang ibu rumah tangga. Kira-kira apa yang ingin ayah sampaikan ya sepertinya penting.

Aku menuruni tangga dan dapat kudengar suara ayah dan ibu yang sedang membicarakan sesuatu.

"Sayang, apakah tidak sebaiknya rambut Naruto kamu potong. Itu sudah sangat panjang." Kudengar suara ayahku samar-samar membicarakan aku sepertinya.

"Biarkan sedikit lebih panjang lagi ya Anata...?"

Ah rupanya sedang membahas rambutku ini. Kalau begitu aku juga akan memojokkan ibu. Kalau dengan ayah yang meminta pasti terkabul. Aku sampai di dapur segera saja aku menimbrung mereka

"Ayah benar ibu, aku gerah dengan rambut sepanjang ini. Lagian aku juga ingin terlihat keren seperti ayah."

"Dengarkan, Naruto juga ingin terlihat keren sepertiku." Lalu aku dan ayah bertos ria, mengabaikan tatapan ibu yang seperti ingin menerkam.

"Kalian ini berisik sekali. Aku juga ingin mempunyai anak yang mirip sepertiku. Bisa aku ajak shopping aku pamerkan ke teman-temanku."

"Ya ibu tinggal membuat anak yang mirip dengan ibu, aku tidak keberatan kok punya adik lagi. Ya kan yah...?" Ku lihat ayah hanya tertawa canggung. Memangnya kenapa dengan meminta adik bayi ? Bukankah mereka bisa membuatnya lagi ? Walau nanti umurku dan adikku sangat jauh itu tidak apa...

Kupingku lalu di tarik dengan sayang oleh ibu. Sumpah kupingku akan putus jika di tarik terus seperti ini, sakit.

"Pokoknya jangan bahas potong rambut lagi atau adik bayi."  Final ibu mengakhiri pembicaraan. Ibuku memang tidak bisa dibantah. Kami sarapan dengan tenang sesekali aku dan ayah mendiskusikan, akan melakukan apa kita hari ini.

Selesai sarapan kita semua berkumpul, menonton televisi dan mengobrol tentang keseharian masing-masing.

"Anata... katanya tadi ada yang ingin disampaikan ?"

Ah iya aku teringat kenapa minggu pagi-pagi ini aku sudah bangun dan berkumpul dengan orang tuaku.

"Kalian dengarkan. Dan jangan memotong ucapanku. Mengerti!" Sepertinya ini hal penting sampai ayah memperingatkan kami. Yang suka memotong pembicaraan kan ibu bukan aku.

WRONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang