Tiga📸

238 33 6
                                    

      15 menit menempuh perjalanan akhirnya aku tiba di basement apartemen. Selesai memarkirkan motor tanpa pikir panjang aku menuju lift dan memencet no lantai tempat dia berada. Dengan jaket yang sedikit basah aku tidak peduli karena yang ku pedulikan saat ini adalah kondisinya. Terdengar sedikit bucin tapi memang ini kenyataannya.

    Saat kau telah jatuh hati pada seseorang itu tandanya kau rela mengorbankan apapun untuk orang itu. Tapi apalah daya jika orang itu telah memilih orang lain, mau tidak mau kau harus mengorbankan hatimu untuk hancur dan memilih untuk mengikhlaskannya.

Setelah sampai depan pintu apartemennya ku memutuskan untuk memencet bel, tidak lama kemudian kak Lia keluar dengan kondisi mata sembab dan memerah.

"Kak, are you oke?" Tanya ku dengan nada pelan, seperti ditusuk hatiku sakit melihat kondisinya saat ini. Ingin rasanya ku memeluk dia dan menenangkannya dalam pelukanku. Tetapi aku sadar bahwa aku bukan siapa-siapanya.

"Jean hikss hiksss.." dia langsung memelukku didepan pintu dan menangis pilu. Andai kau tahu kak betapa hancurnya hatiku mendengar tangisanmu apalagi itu dikarenakan seseorang, ingin rasanya ku hampiri orang yang telah membuatmu nangis dan memberi pelajaran agar orang itu tidak berani macam-macam dengan tuan putriku

"Jangan didepan pintu begini kak, hayuk masuk" ku tuntun dia untuk masuk dan menutup pintu apartemennya, ku ajak dia duduk berhadapan disofa dan menenangkannya

"Mark hikss.. je dia hikss jahat hikss" ucapnya dengan memelukku erat dan menaruh kepalanya dipundakku.

"Puasin dulu kak nangisnya, tumpahin semua amarah lewat tangisan. Aku tungguin sampai kakak reda" ucapku yang berusaha menenangkannya dengan mengelus rambutnya.

"Hikss... Hiks... Je hikss..."tangisnya membuatku mengepalkan tangan menahan sebisa mungkin amarah agar tuan putriku ini bisa tenang.

Setelah setengah jam tangisan dia keluar, perlahan nafasnya mulai normal walau masih terdengar sesenggukannya, akupun mencoba menenangkan dengan mengelus punggungnya.

"Udah tenang? Minum ya sekarang" ujarku mengambil botol minum terlihat masih bersegel yang ada di meja depan sofa. Aku yakin itu punya dia jadi ku berikan saja, dan diapun menurut untuk meminumnya.

"Je makasih ya udah mau dateng, maaf kalo aku ganggu kamu" jawabnya dengan suara bindeng.

"Sama sama kak, gak kok kakak ga ganggu" jawabku dengan tersenyum

"Maaf gara-gara aku kamu kebasahan diluar hujan, kamu mau ganti pake bajumu yang dulu? Masih ada dilemariku kok" Ucapnya yang membuatku gemas ingin memeluknya sekali lagi, walau itu kayanya ga mungkin.

"Ngapain si minta maaf, ga basah kok udah kering juga si, udah ya gausah minta maaf lagi" jawabku dengan tulus
"Kalo mau cerita bilang aja ke aku, aku siap kapanpun dengerin kok" ujarku dengan tersenyum, dia membalas dengan senyuman.

"Mark jahat je, dia...hmm dia selingkuh je"dengan suara bergetar, membuatku yang mendengarnya naik pitam ingin menemui orang itu sekarang juga, aku sudah mengalah membiarkan dia memiliki tuan putriku demi kebahagiaan orang yang ku sayang. Tapi dengan seenaknya menduakannya ingin rasanya ku hajar sekarang juga.

"Dia nyuekin aku seminggu ini dan bohong sama aku katanya nganter mamanya ternyata dia ke mall sama cewek lain. Dan aku ngelihat dengan mata kepala sendiri je hikss" ujarnya dengan mata memanas mengeluarkan air matanya lagi

"Aku coba hubungin dia pas di mall tapi di reject sama dia, dan ku tanya baik-baik tadi di telfon dia ngebentak aku je hikss.. hiksss" ujarnya membuatku memeluknya karena sakit hatiku mendengarkan orang yang ku sayang menangisi orang lain.

FALLINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang