𝑪𝒉𝒓𝒚𝒔𝒂𝒏𝒕𝒉𝒆𝒎𝒖𝒎 𝑹𝒐𝒐𝒎 • 𝑫𝒂𝒚 03 : The black cloud of hatred.

84 15 2
                                    

Hari ini akan datang perawat baru yang menggantikan posisi Teru.

-itu yang diberitahukan Yoko-san ketika melakukan pengecekan kepadaku kemarin.

Aku tidak begitu antusias. Rasanya muak bergonta-ganti perawat dalam waktu sedekat ini. Sempat ditawari agar Yoko-san saja yang menjadi perawatku. Tapi dia malah menolak mentah-mentah dan mengataiku bocah bandel. Akhirnya Tsuchigomori-Sensei yang turun tangan. Dia mengirim proposal ke rumah sakit agar tidak terjadi pertengkaran lanjut dariku dan Yoko-san.
Seminggu setelahnya proposal dari Tsuchigomori-sensei diterima dan perwat baru akan di datang kan dalam kurun waktu 5 hari sejak penerimaan proposal.

Buku di pangkuanku entah kenapa terasa begitu membosankan. Buku ini bercerita tentang pengalaman seorang lelaki yang pergi ke luar angkasa. Dia menjelajahi luar angkasa demi mendapatkan obat mutakhir untuk penyakitnya.
Aku sebenarnya sangat tertarik dengan luar angkasa. Entah kenapa, mendengarnya saja terasa sangat mendebarkan. Dia menyimpan banyak rahasia. Banyak hal misterius di atas sana. Tapi karena keterbatasanku ini, rasanya mimpi menjadi Astronot mustahil. Jadi aku membeli buku dengan genre Space ini banyak-banyak.
Tapi sekarang entah kenapa rasanya ogah membaca buku-buku tersebut. Seperti ketertarikanku akan luar angkasa menghilang begitu saja. Mungkin karena banyak hal yang terjadi dalam beberapa hari ini membuat mood turun-naik tidak jelas.

"Apa buku itu menarik, Amane-san?"

"Hm? Ini?"

Aku baru sadar Yashiro sudah kembali dari jalan-jalan singkatnya bersama Aoi Akane. Dan aku juga baru sadar kalau jam sudah menunjukan pukul setengah dua belas yang artinya aku sudah melamun selama dua setengah jam lebih.
Wah.... Kenapa rasanya makin hari waktu produktifku makin berkurang ya, seperti menurun dengan drastis.

"Buku itu, tentang luar angkasa?" Yashiro bertanya lagi, pandangannya tertuju pada buku bersampul biru di pangkuanku

"Iya. Aku dibelikan buku ini oleh ibuku bulan lalu. Sekarang baru sempat aku baca."

"Apa itu asik?"

Aku terdiam beberapa saat.

"Lumayan...."

Yashiro terlihat tidak puas dengan jawabanku. Dahinya mengerut dan matanya menyipit tanda bahwa dia jengkel. Aku mengalihkan pandanganku agar tidak bertemu tatapannya. Hari ini salju di luar jendela terlihat lebih menumpuk dari hari-hari sebelumnya. Hawa dingin pun seperti menggerogoti kamar meskipun penghangat sudah dipasang dengan tempratur suhu yang tinggi. Musim Salju tahun ini sepertinya tidak akan lebih baik dari tahun lalu. Semoga tidak ada badai salju seperti tahun lalu. Badai salju yang menutupi hampir seluruh prefektur sehingga banyak orang kesulitan untuk mendapatkan makanan. Angka kematian Pasien di Rumah Sakit pun makin meningkat waktu Badai Salju tahun lalu.
Entah karena keajaiban apa aku masih bisa hidup dari bencana mengerikan itu.

Helaan nafas Yashiro terdengar. Sepertinya dia sadar bahwa aku sengaja mengalihkan perhatianku darinya.

"Apa saya boleh Pinjam?" Yashiro bertanya

Aku mengangguk.

"Boleh. Aku juga sudah selesai membacanya kok."

Yashiro berterima kasih. Dia dengan kursi rodanya menuju ke kasurku. Tangannya terulur meminta buku dari tanganku. Saat itu juga aku sadar bahwa ujung jarinya terlihat berkeriput dan sedikit kasar. Apa ini karena dia keluar ruangan terlalu lama? Beberapa pasien disini memang alergi dengan udara luar penyebabnya kebanyakan karena mereka terlalu lama berada di dalam ruangan dengan suhu udara yang disesuaikan sehingga ketika mereka keluar, beberapa bagian tubuh mereka menolak. Contohnya aku, mataku menolak sinar dari lampu lorong dan matahari.

𝕆 ℕ 𝕀 𝕊 𝕄 『 Aᴍᴀɴᴇ Yᴜɢɪ X Yᴀsʜɪʀᴏ Nᴇɴᴇ 』[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang