Hari ini Teru datang telat.
Dia datang ke Kamar untuk pengecekan Pagi pada pukul setengah sepuluh. Rambutnya masih acak-acakan dengan beberapa salju yang menempel. Nafasnya juga terengah-engah ketika dia tiba di depan pintu kamar. Aku dan Yashiro yang sedang bermain jankenpon cuma bisa menatapnya dengan pandangan terkejut. Kami berdua menerka-nerka apa yang terjadi kepadanya lewat pandangan mata.
"Selamat pagi Amane-kun. Maaf aku telat, keretanya berhenti karena salju."
Suaranya ringan seperti biasa. Senyuman menawan juga dia pasang.
".... Di rambutmu, ada salju."
Aku tidak mau mengakui kelakuan Profesionalnya. Jadi aku menunjuk keteledorannya dalam membersihkan rambut sendiri. Tidak ada salahnya juga kan? Biasanya Teru juga berbuat seperti itu kepadaku. Jadi aku mau sedikit membalaskan dendamku kepadanya.
Ketika aku pikir-pikir kenapa dia bisa berantakan begitu? Penampilannya seperti habis tertiban salju. Apa jangan-jangan dia berlari dari Stasiun menuju Rumah Sakit? Karena seingatku dari semalam sampai pukul tujuh pagi tadi salju turun lebat, jadi Kereta diberhentikan sampai saljunya sedikit mereda. Jangan-jangan Teru sudah di perjalanan saat pukul enam lalu berjalan dari stasiun ke Rumah Sakit.
"Baiklah, sudah rapih. Ayo kita mulai pengecekan paginya Amane-kun."
Teru mengeluarkan beberapa alat medis dan papan jalan. Setelah melakukan hal-hal dasar seperti mengecek suhu tubuh dan memeriksa tenggorokan dia mengeluarkan jarum suntik. Artinya jadwalku untuk pemeriksaan darah sudah tiba.
"Kau sudah dapat sarapan?" Tanya Teru di tengah-tengah mencatat hasil pengecekan
Aku mengangguk. Teru menatapku sebentar sebelum akhirnya kembali mencatat di papan jalan. Kertas hasil pengecekan dia letakan di dekat ranjangku sambil tersenyum ramah seperti biasanya.
"Sayang sekali...."
Aku ingin bertanya apa maksudnya.
"Aku padahal ingin mengantarkan Amane-kun Sarapannya. Untuk terakhir kalinya."
Setelah berkata begitu Teru pergi ke luar ruangan. Sedangkan aku kembali ke posisi semula. Masih memikirkan kata-kata Teru yang terasa janggal.
"Dia agak aneh ya hari ini?" Celetukku
Yashiro di ujung ruangan terlihat sedikit pucat dan ketakutan. Lagaknya seperti habis melihat hantu. Aku jadi bingung dengan sikapnya yang juga ikut-ikutan aneh begitu. Padahal kan Yashiro demen dengan Teru, apalagi dengan kelakuan Pangerannya. Aneh sekali jika dia malah ketakutan sehabis melihat Teru masuk.
"Ada apa?" Tanyaku penasaran
Yashiro menunduk seperti sedang menyusun kata-kata. Aneh. Berapa kali aku mengatakan aneh hari ini? Yang jelas Yashiro jadi bertingkah aneh. Biasanya dia langsung berbicara tanpa memikirkan dulu kata-katanya kecuali jika dia ingin bercerita. Tapi kali ini dia seperti sedang menimbang, seolah kata-katanya bisa menyakitiku.
Ada apa sih sebenarnya?
Apa jangan-jangan aku ini mau mati? Makanya mereka semua bersikap aneh seperti itu. Apalagi Teru mengucapkan untuk terakhir kalinya. Apa aku benar-benar akan mati?
Kenapa aku jadi Overthinking begini?
"Amane-San...."
Aku menanggapi panggilannya dengan mendongakkan kepalaku. Yashiro menggaruk tengkuknya.
"Saya rasa.... Teru-San tidak akan kesini lagi." Ucapnya
"Maksudmu?"
Suasana kamar langsung menjadi hening. Saking heningnya suara tetesan infus bisa terdengar dengan jelas. Seperti sedang menunggu hasil check up apakah kau dinyatakan sembuh atau tidak. Tegang dan hening. Rasanya sama seperti sekarang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕆 ℕ 𝕀 𝕊 𝕄 『 Aᴍᴀɴᴇ Yᴜɢɪ X Yᴀsʜɪʀᴏ Nᴇɴᴇ 』[✓]
Fanfiction[ 𝑛𝑜𝑢𝑛 ] 𝑇ℎ𝑒 𝑎𝑤𝑎𝑟𝑒𝑛𝑒𝑠𝑠 𝑜𝑓 ℎ𝑜𝑤 𝑙𝑖𝑡𝑡𝑙𝑒 𝑡ℎ𝑒 𝑤𝑜𝑟𝑙𝑑 𝑦𝑜𝑢'𝑙𝑙 𝑒𝑥𝑝𝑒𝑟𝑖𝑒𝑛𝑐𝑒. _________ "I want to die, but i have to Live." "I want to Live, but i have to die." Dua orang dengan sifat yang bertolak belakang bertem...