"Bagaimana hasilnya? Tidak buruk kan?" Suara Yuuto terdengar di dalam kepalaku saat aku baru saja menerima laporan cawu 1-ku dari Ohno Sensei. Aku bahkan masih belum melihat hasilnya, tapi suaranya sudah memborbardirku. Dasar.
"Aku belum melihatnya. Tapi seharusnya aku tidak kena kelas tambahan musim panas." Aku membalas sambil duduk di bangku dan mulai melihat hasilnya. Tidak buruk, lewat KKM, hal yang menjadi kekhawatiranku. Untungnya mimpi buruk itu datang setelah ujian. Kalau masih minggu ujian, kurasa aku akan mengacaukannya.
"Seharusnya sih nilaimu baik-baik saja. Kalau tidak, kita tidak bisa liburan," ujarnya lagi dengan nada jahil.
Aku memutar bola mataku. "Berhenti menjahiliku dan ganggu saja Yama Chan!"
Tawa Yuuto bergema di dalam kepalaku. Mengganggu, tapi suara tawanya benar-benar menyenangkan. Mau tak mau aku jadi tersenyum. Setelah itu dia benar-benar pergi.
Ah, benar. Ini adalah kelebihan yang pernah kusebutkan sebelumnya. Yuuto bisa berkomunikasi lewat pikiran. Aku juga tak mengerti bagaimana mekanismenya. Tapi dia bilang, dia hanya perlu memusatkan pikirannya pada satu orang dan berbicara ke dalam pikiran orang itu. Dia juga bisa mendengar sahutan si lawan bicara lewat pikiran. Hebat kan? Tapi ini rahasia ya. Dia hanya melakukannya pada kami berempat.
"Baiklah, anak-anak. Setelah ini liburan musim panas. Gunakan waktu liburan kalian dengan baik, kerjakan tugasnya sebelum pergi jalan-jalan. Bila perlu kalian kerjakan sambil berlibur. 40 hari itu sangat panjang. Yang merasa dirinya memiliki nilai merah harap melapor ke ruang guru untuk mendapatkan jadwal kelas musim panas kalian. Saya hapal siapa saja yang mendapatkan nilai merah, jadi jangan coba-coba untuk kabur!" Ohno Sensei berkata dengan semangat setelah selesai membagikan kertas laporan. Sepertinya beliau sudah merencanakan kelas musim panas yang sangat panjang. Ukh. Untung aku tidak termasuk di dalamnya.
"Hai~" kami menyahut.
"Baiklah. Selamat berlibur, semuanya. Jangan lupa bersihkan kelas dan kalian bisa pulang," ia mengakhiri sambil melambaikan tangan.
"Kiritsu!" perintah ketua kelas.
Kami berdiri.
"Rei!"
"Arigatou gozaimasu!"
"Ya, ya. Sayonara." Ohno Sensei melambai sekali lagi dan meninggalkan ruang kelas.
Kami segera menghela napas lega. Aku mendengar beberapa teman kelas yang mengeluh karena mendapat nilai merah dan harus ikut kelas tambahan. Ada juga yang senang karena akan berlibur ke luar negeri. Beberapa sudah sibuk membereskan meja dan kursi untuk membersihkan ruangan. Wah.. Rasanya aku jadi tidak sabar untuk pergi berlibur juga!
"Bagaimana?" Mirai menghampiriku yang sedang memasukkan alat tulisku ke dalam tas.
"Bagus," aku menjawab. "Kamu?"
"Baik." Ia tersenyum. "Ayo cepat beres-beres dan kita pulang."
"Tidak secepat itu," celutuk Daiki yang muncul di antara kami. "Kita harus membahas apa saja yang akan kita bawa nanti!"
"Sebaiknya kita mengerjakan tugas kita dulu sebelum pergi," sambung Ryosuke.
"Ini pasti pesan dari anak kelas sebelah!" keluh Daiki.
Kami tertawa. Siapa lagi yang akan berkata demikian kalau bukan Yuuto? Dia anak ranking 1 yang dibanggakan sekolah. Siswa teladan yang masuk 10 besar ujian negara saat SMP. Apa yang kami harapkan?
"Aku tidak akan protes. Kalau kita tidak mengerjakannya, dia pasti akan mengganggu kita terus. Lagian aku juga tidak mau memikirkan tugas saat kita liburan nanti," kataku.
Yang lain mengangguk setuju. "Baiklah."
-WnY-
Yuuto membalikkan halaman buku yang sedang dibacanya dengan santai di kasurku, sementara aku, Mirai, Ryosuke, dan Daiki masih berkutat dengan tugas musim panas kami. Matematika benar-benar neraka dunia yang sebenarnya. Untuk apa sih, kita mencari nilai x dan menghitung parabola? Huft.. Seharusnya kita belajar nilai kehidupan di sekolah!
"Dai, kau ngerti yang ini tidak?" tanya Ryosuke sambil menunjuk sebuah soal di buku tugasnya.
Daiki menoleh, "Kau bertanya padaku?" Ia menunjuk dirinya sendiri. "Asal kau tahu ya, nilaiku pas-pas di KKM!"
Aku terkekeh bersama Mirai. "Kau bertanya pada orang yang salah. Tanya sama masternya dong!"
"Si Nakajima lagi sibuk membaca bukunya. Mana mungkin Yama Chan tega mengganggunya," cibir Daiki merengut lucu.
Aku dan Mirai tertawa sementara Ryosuke sibuk menghajar Daiki dengan pensilnya.
"Kalian ini tidak bisa mengerjakannya dengan tenang ya?" Yuuto menghampiri kami dan mengambil tempat di sisi tengah meja. Bukunya ia letakkan di sebelahnya, tertutup dengan pembatas. "Kalau kalian tidak cepat siap, kita tidak bisa lebih cepat pergi."
"Ah, mau cepat atau lambat kita juga akan berangkat pekan ini! Aku sudah mengabari nenekku, tahu!" protes Daiki.
Mirai mengangguk. "Lagi pula, kita akan menghabiskan liburan musim panas di sana. Tugas musim panas bisa kita kerjakan sekalian di sana kan?"
"Mm.. Aku sih sebenarnya lebih ingin menyelesaikannya sesegera mungkin. Supaya tidak kepikiran," ujarku jujur.
"Sebanyak ini, kau yakin bisa menyelesaikannya sebelum kita berangkat?" tanya Daiki.
"Kita kan punya master!" celutuk Ryosuke sambil menunjuk Yuuto.
"Sembarangan!" Yuuto membesarkan bola matanya. Kami tertawa melihatnya. Lucu melihat reaksinya yang selalu berlebihan. Dia bisa saja terlihat kalem, tapi aslinya dia benar-benar menyenangkan dan lebih heboh dari kelihatannya. Dan pada akhirnya Yuuto memang membantu kami dalam menyelesaikan soal-soal tugas musim panas. Kami jadi merasa les privat dengannya. Haha..
"Bawa apa saja ya kita?" Daiki mengemut es krim vanillanya dengan nikmat. Kami sudah menyelesaikan tugas dan saatnya bersantai!
"Hm.. Aku sudah menulis list barang yang harus kita bawa, sih. Baju renang sudah pasti," kata Mirai sambil membuka buku catatan kecilnya.
"Uang," tambah Ryosuke. "Ah iya. Aku sudah membeli tiket untuk kita berlima. Tapi dapatnya malam. Tidak apa-apa kan?"
Daiki mengerutkan keningnya. "Kalau kita naik kereta malam bisa-bisa kita sampai dini hari," ia protes.
"Apa boleh buat. Soalnya yang pagi sudah habis," ujar Yuuto.
Aku mengangguk saja. "Memangnya kita berangkat naik apa?"
"Bus," jawab Ryosuke.
"Ooh.." Lagi-lagi aku mengangguk.
Eh.. Tunggu.
Bus?
Bus?!
-Watashi no Yume-
To be continue...Aloha~
Balik lagi. Huft.. Minggu kemarin baru kelar sidang dan itu menjadi kenangan yang buruk. T_T
Anyway, yang penting lulus. Gyahaha..Rasanya pingin cepet-cepet nulis ini. Penasaran banget kira-kira cerita ini akan berakhir bagaimana. Karena Fuyu tipe orang yang kalau nulis itu spontan, dan kadang ide baru muncul ketika nulis. Meski kadang Fuyu punya kerangka, tapi hasilnya bisa jadi jauh dari pikiran awal. Haha.. Tapi Fuyu udah punya bayangan sih cerita ini bakal Fuyu apain kedepannya. Muehehe.. /evil laugh/
Baiklah. Sampai jumpa lagi. Jangan lupa tinggalkan jejak~
Ciao!
-Akiyama Fuyuki

KAMU SEDANG MEMBACA
Watashi no Yume [HSJ]
FanfictionMimpi yang terus berulang ini membuatku gila! Perkataan Yuuto dan Daiki juga sama sekali tidak membantu. Liburan musim panas yang kami nantikan juga terancam berantakan karena ini. Kejadian demi kejadian yang muncul di mimpiku terus terealisasikan p...