❄️❄️☃️☃️❄️❄️
"Kau sebaiknya mengganti mesin cuci saja, Maria. Lebih mudah ketimbang harus memperbaikinya." Ezard berbicara di sela-sela kegiatannya yang sedang mengotak-atik mesin cuci Maria. Sudah hampir 30 menit ia bergelut dengan benda itu, tetapi kelihatannya sampai saat ini belum membuahkan hasil.
Tadi pagi Maria datang ke rumah Ezard dan Naima, mengeluhkan pengering mesin cucinya yang tidak bisa diisi penuh dan kadang malah tidak bisa berputar sama sekali. Pak Amor juga sudah berusaha memperbaikinya namun—tetap saja tidak ada perubahan sama sekali.
Siang harinya, di rumah Maria lah mereka semua berkumpul. Ezard sibuk memperbaiki mesin cuci. Naima dan Caterina mengupas kulit mangga untuk dijadikan jus. Sementara itu, Pak Amor dan Maria berusaha membuat Azura untuk tidak bosan dan menangis, mereka menemani bocah itu bermain dan Aidan ikut menghibur bocah dua tahun itu. Aidan adalah putra Caterina yang sekarang berusia sepuluh tahun.
"Maria, mau aku temani ke toko elektronik besok pagi?" Ezard masih saja heboh dengan topik mesin cuci.
Sedangkan Maria sudah melupakan topik itu semenjak Azura datang ke rumahnya. Bocah itu benar-benar mempengaruhi suasana hatinya.
"Tidak usahlah, Ezard. Aku bisa mencuci dengan tanganku beberapa hari ke depan."
"Maria, itu akan sangat merepotkanmu. Kalau kau lelah, biar aku yang pergi dengan Naima untuk membelinya." Ezard menghela napas tipis.
"Tidak, nak. Bukan itu masalahnya. Lagi pula aku yakin sekali mesin cuci itu bisa diperbaiki. Di dekat balai desa ada tempat servis elektronik. Kalau kau tidak keberatan, tolong bantu aku membawanya ke sana. Ngomong-ngomong, mobil sewaanmu sudah sampai kan?" Maria memandang Ezard sebentar.
"Tadi malam sudah diantar ke rumah." Pria itu menjawab.
"Memangnya bisa mengangkut mesin cuci dengan mobil sebagus itu? Mau ditaruh dimana?" Kali ini Pak Amor ikut andil dalam perbincangan mesin cuci tersebut.
"Itu hal mudah. Kalian berdua tidak perlu pusing." Ezard tersenyum. Melempar pandangannya sekilas pada Naima yang entah mengobrolkan apa dengan Caterina. "Aku ke belakang dulu sebentar, mau cuci tangan." Pria itu berjalan ke belakang.
Ezard mencuci tangannya dengan air kran mengalir. Beberapa menit kemudian, bunyi nyaring sesuatu yang pecah mengalihkan perhatiannya. Ia mematikan kran dan segera berbalik. Hendak memeriksa benda yang jatuh itu.
Saat tubuhnya sepenuhnya berbalik, matanya malah bertemu dengan sosok perempuan tiga puluh tahun yang berdiri di depannya, ia menurunkan pandangannya hingga menemukan piring yang berkeping-keping dan buah mangga yang sudah dikelupas kulitnya berserakan di atas lantai.
Ezard langsung mendekati perempuan itu, menarik kedua lengannya untuk menjauhi kepingan kaca yang bisa saja melukai kakinya.
"Kau baik-baik saja?"
"Ezard—"
"Akan aku bersihkan, kau pergi saja ke dapan." Katanya dingin tanpa ekspresi.
"Bagaimana dengan buah mangganya?"
Bohong jika Caterina peduli dengan buah mangga yang jatuh, jelas-jelas ia tadi dengan sengaja menjatuhkan piring yang digenggamnya hanya untuk mendapatkan atensi Ezard. Setelah kembali ke Bulgaria pria itu bahkan tidak sudi untuk sekedar menatapnya. Tapi setelah kejadian ini, Ezard lebih dulu berbicara padanya dan mengkhawatirkan dirinya.
"Masih ada beberapa mangga di dalam kulkas. Kau bisa mengupasnya lagi. Kita tidak bisa memakan yang ini karena takut nantinya ada pecahan kaca di sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Season Without You || Lee Jeno
Romance🔞 Ia membohongiku. Mengkhianatiku tanpa berpikir panjang dan membuang tiga tahun yang kami miliki kedalam tong sampah. Betapa hebat, aku dicampakkan dengan begitu mudah seperti tak ada harganya sama sekali. Sekali lagi, aku seharusnya tidak hera...