Fallin'

9 0 0
                                    

Semua orang begitu antusias pengen dengar kelanjutan kisah masa abu-abu itu.  Erick aja sudah semakin mendekatkan diri ke Alex.
"Lex terus kapan tepat nya lu mulai suka sama dia?" Tanya Erick
"Pas lu sering berantem pasti ya? Kaya kisah klasik anak sma lain nya" celetuk Bobby
"Nggak. Gue mulai suka sama dia saat minggu tenang di akhir semester. Saat gue dan teman-teman gue lagi duduk santai di depan kelas, gue lihat dia lagi main sama seorang anak kecil dan gue tau itu Jonathan, anak nya Bu Laura yang bandel dan galaknya minta ampun"
"Karena itu doang?" Tanya gue
"Gak menarik banget sih Lex" celetuk Bobby
"Lu bilang begitu karena blm dengar kelanjutan nya bege. Makanya jangan di potong dulu" Kata Alex sembari melihat ke kita berdua, gue dan Bobby
"Hehehe iya gak motong lagi. Lanjut Lex"jawab Bobby
"Jonathan tuh susah banget buat di deketin. Dia gak akan pernah mau main sama orang lain kecuali dia sudah kenal lama dan belum pernah ada siswa yang berhasil mendekati anak itu kecuali dia. Hari itu gue lihat sisi lain dia saat bersama Jonathan. Wajahnya ceria dan dia bisa bersikap manis layaknya anak kecil untuk bermain dengan Jonathan dan itu sangat lucu dan menarik. Di sela-sela permainan mereka, dia membuka kedua tangannya meminta Jonathan untuk memeluknya dan tanpa pikir panjang anak itu berhambur ke pelukannya. Ia lalu menawarkan pipinya untuk mendapatkan ciuman dan anak itu juga langsung mendaratkan sebuah kecupan ke pipinya. Sungguh pemandangan yang indah sampai gue tersentuh. Gadis tomboy dan cuek yang gue lihat selama ini bisa berubah dan bersikap manis seperti itu" sahut Alex dengan wajah berseri sembari membayangkan moment itu
"Terus?"
"Saat itu gue tau kalau penilaian gue selama ini salah. Yang gue tau anak kecil itu tulus dan gak akan bohong. Anak kecil gak akan bisa dipaksa. Dan gue juga gak melihat keterpaksaan sama sekali di wajah Jonathan. Maka gue menyimpulkan kalau dia emang baik dan ceria dan cantik. Persis dengan apa yang gue lihat saat itu dan apa yang selama ini teman-teman gue katakan. Dan gue sadar kalau gue sepertinya udah jatuh cinta sama dia”
“Waaaaah kok gue jadi ikut baper ya” celetuk Bobby
“Sama gue juga” ungkap gue jujur
Jujur aja gue merasakan hal yang sama. Gak tau kenapa gue juga baper saat mendengar cerita Alex. Rasanya gue juga ikut jatuh cinta sama cewek yang namanya Ezra itu. Gue gak pernah ketemu dia. Bahkan gue gak tau dia siapa. Tapi rasanya hati gue ikut bergetar begitu mendengar kisahnya dan segala kelakuannya dari Alex.
“Trus gimana-gimana lanjutin dong Lex. Makin kepo nih gue” sahut Bobby lagi
“Perasaan suka gue bertambah lagi saat gue lihat dia main futsal. Ya walaupun gak jadi juara tapi gue kagum lihat cara dia main. Gue sampe bertanya-tanya ada gak sih yang anak itu gak bisa lakuin. Menurut gue dia terlalu sempurna. Dan itu buat gue makin penasaran sama dia. Gue jadi pengen kenal dia lebih dalam”
“Dan lo akhirnya bertindak?”
“Ya bisa dibilang begitu. Awal nya gue minta tolong teman gue yang kebetulan satu kelas sama dia untuk buat dia datang ke kelas gue dengan cara apa pun”
“Dan dia datang?”
“Ya. Kebetulan kelas mereka sedang diberikan tugas tentang olahraga dan kebetulan lagi dia gak terlalu  menguasai bidang itu. Akhirnya dia datang dengan Ian, teman gue, dan minta bantuan. Ya walaupun gue masih bersikap sok cool gitu di depan dia karena gue lebih banyak ngobrol sama Ian. Tapi gue rasa itu cukup karena gue mendapat ucapan terimakasih dari dia. Gue bangga karena sudah bersikap layaknya pahlawan saat dia butuh” sahut Alex senyam-senyum. Dia tidak bisa menyembunyikan wajah bahagianya
“Lex muka lu menunjukkan kalo lu seneng banget kayaknya ingat dia lagi”
“Ya gue gak bisa bohong. Emang itu yang gue rasain”
“Dan kapan pastinya kalian mulai dekat Lex?” tanya gue kepo
“Setelah itu gue sering nimbrung sama teman-teman gue kalo lagi ngobrolin dia. Gak jarang juga gue kepoin dia dari Ian. Pernah sekali gue minta teman-teman gue buat minta dia datang ke kelas gue lagi”
“Dan dia datang lagi?”
“Ya dia datang dan langsung mengobrol dengan teman-teman gue sampai akhirnya gue punya kesempatan untuk kenalan dan ngobrol secara langsung dengan dia. Dia mengaku sudah tau gue dari lama dan dia juga mengutarakan kekesalannya karena selama ini gue sombong dan gak mau berteman sama dia. Kalau lo jadi gue apa yang lo lakuin?”
“Gue bakal minta maaf dan nembak dia langsung kayanya” jawab Chandra
“Mungkin gue juga bakal ngelakuin hal yang sama. Gue gak mau buang-buang waktu lagi” aku Erik
“Dan yang lo lakuin adalah?” tanya Bobby
“Mengelak tentu saja. Ingat itu Alex dan harga dirinya . Gue gak mau mengakui kalau selama ini gue emang sombong dan memasang sikap permusuhan sama dia. Gue malah nyalahin dia karena selama ini gak mau mencoba ngobrol sama gue. Maunya sama teman-teman gue doang. Dan satu hal baru yang aku tau tentang dia saat itu adalah bahwa dia tidak mau disalahkan atas sesuatu yang tidak ia lakukan. Dia berusaha untuk menjelaskan situasi nya dan membuktikan bahwa itu bukan kesalahan dia. Dia bilang bahwa alasan dia tidak komunikasi sama gue bukan karena dia sombong tapi karena gue selalu bersikap opposisi dari dia dan juga karena memang dia gak punya nomor gue. Saat itu gue merasa bahwa dia polos banget”
“Antara polos atau agresif sih kalau menurut gue” timpal Chandra
“Agresif? Big No.Dia polos Can. Dia gak ada agresif nya sama sekali. Dia tomboy banget. Teman mainnya kebanyakan laki-laki. Jadi dia santai aja buat save nomor cowok-cowok”
“Trus gimana kelanjutan kisah cinta lo setelah itu?” sahut gue tidak sabar ingin mendengar kelanjutan kisah tentang gadis itu
“Akhirnya setelah itu gue jadi sering chatting sama dia. Banyak fakta-fakta tentang dia yang baru gue ketahui. Misalnya bahwa dia menolak untuk masuk kelas unggulan yang sangat diidamkan oleh banyak orang. Atau dia yang pernah melaporkan kejahatan temannya sampai dikeluarkan dari sekolah atau kehidupan sehari-hari dia yang tertekan karena selalu dibandingkan dengan prestasi kakak-kakak nya. Sempat cerita juga tentang abang nya yang ternyata over protektif banget sama dia. Kita cerita banyak hal mulai dari hal-hal pribadi sampai sekolah dan rencana kuliah. Dan ngobrol sama dia rasanya menyenangkan karena dia berwawasan luas dan sangat open minded. Tapi dia sangat kritis. Jadi hati-hati kalau lo mau ajak dia debat”
Jawaban Alex langsung mengundang rasa kagum dari kita semua, terutama gue. Gue bahkan bertanya-tanya, emang ada orang sesempurna itu? Kalau bukan Alex yang cerita, gue udah percaya kalau ini kisah fiktif dari salah satu buku atau novel.

Fallin' All in youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang