Friendzone

13 0 0
                                    

"Lintang bangun, sekolah sayang," ujar lembut Mamah gue di balik pintu,

"Iya Maahh sebentar," teriak gue yang masih males – malesan di atas kasur. Gue langsung bangun lalu merapihkan kasur gue. Gue keluar kamar, melihat Mamah dan kakak gue yang sibuk menyiapkan sarapan pagi.

"Mau mandi dulu apa makan dulu?" tanya Kakak gue,

"Yaelah Kak, pake ditanya. YA MAKAN DULU LAH!"

"Yaudah iya, Nih makanannya," Kakak gue memberikan nasi goreng dengan telur dadar, lalu duduk di depan gue,

"Lin, kamu suka ya sama cowo yang kemarin?" tanya kakak gue

Gue langsung tersedak makanan, dan langsung buru – buru minum air putih

"Hah? Engga kok," jawab gue sambil mengelap air yang ada di pinggir bibir,

"Udah... jangan bohong kamu," ejek kakak gue,

"Iih apaan sih Kak!!"

Gue langsung meninggalkan meja makan lalu pergi ke kamar mandi.

"Mah, aku berangkat dulu,"

"Lho tumben banget berangkat jam segini,"

Gue melihat jam sekitar pukul 06:25. "Udah lah Mah, gapapa, sekali – kali berangkat pagi,"

"Mau ketemu gebetan barunya dia Mah," celetuk kakak,

"Iri aja," kata gue sambil melet ke dia lalu pergi keluar rumah.

Gue memasuki gerbang sekolah, masih belum banyak murid yang datang ke sekolah. Gue menaiki tangga, lalu melihat Ryan mau masuk ke dalam kelas tetapi dia melihat ke arah gue lalu berhenti dengan posisi tangannya berada di gagang pintu.

"Lho, kenapa gak masuk?"

"Ladies first," kata dia sambil membukakan pintu untuk gue,

"Hih bisa aja, kata gue sambil menepok lengan dia,

Gue sama dia masuk, lalu menuju ke kursi masing – masing. Gue duduk lalu menaruh tas di lantai. "Gimana keadaan lu?" tanya dia sambil menaruh tas,

"Udah dong, kan gue janji sama lu kalau hari ini gue harus masuk sekolah," jawab gue santai,

"Bagus deh, kirain mau ngingkarin janji,"

"Ngeselin banget sih lu," gue melet ke dia,

Keadaan tiba – tiba sunyi dan udara pagi masuk ke ruangan kelas melalui jendela – jendela yang dibuka. "Lin," panggil dia,

"Kenapa?" sahut gue. Gue melihat dia yang tampak ragu,

"Hei, kenapa?" gue menepok bahunya,

"Eh!" dia kaget.

"Kenapa Ryan??" tanya gue lagi,

Dia mengambil sesuatu dari tasnya, "Ini buat lu, gue gak tau lu suka apa engga, tapi gue harap lu suka," kata dia sambil memberikan jepitan rambut berwarna biru,

"Makasih Ryan," gue menerimanya lalu membuka kotak jepitan tersebut.

Gue melepas ikat rambut gue, lalu mengikatkan kembali tapi bagian poninya tidak, lalu menjepitkan jepitan rambut itu di bagian poni hingga kebelakang karena poni gue masih terlalu panjang.

"Gimana?" tanya gue ke dia.

Dia tida menjawab pertanyaan gue dan tetap memandangi gue. Gue langsung tersipu malu melihat tingkah dia yang seperti itu.

"Kok pipi lu merah Lin?" ejek dia,

"Iih lu mah," ujar gue sambil menundukan kepala,

"Lebih lucu aja," puji dia santai,

The Last Of Us - Chapter 2 [COMPLETED]Where stories live. Discover now