Chapter 2| Seribu Bar Energi

15 2 1
                                    

"Aku capek banget.."

Anna menidurkan kepalanya sejenak di atas mejanya. Hari pertama ia menginjak sekolah normal setelah 7 tahun lamanya memang berat.

Apalagi, ketika ia berhadapan dengan Kenta. Lelaki yang mempunyai 1000 bar energi. Hah, Anna tak habis pikir dengan lelaki itu.

Gadis berambut sepundak itu akhirnya mengumpulkan kekuatan untuk meraih ranselnya dan beranjak keluar kelas. Anna ingin cepat-cepat pulang, hingga ada sesuatu yang meraih pergelangan tangannya.

"Anna!"

Pemilik nama itu membulatkan matanya. "Laki - laki itu lagi!"

"Eh? Emang gua nyeremin, ya? Padahal kata banyak orang gue manis," ujar Kenta seenak jidat. Yah, memang benar, sih.

Anna tak mau mendengar ocehan Kenta, dengan cepat ia menginjak telapak kaki Kenta, hingga cowok di depannya itu meringis kesakitan dan melepas genggamannya.

Anna menghembuskan napas lega dan menjauhi Kenta sembari berlari. Pasalnya, ia sangat malu berhadapan dengan seseorang. Apalagi laki-laki. Menurutnya, laki-laki itu menyeramkan. Suka bertindak sesuka mereka.

Kenta merengut. "Duh, aa disakitin terus.." Kenta menggelengkan kepalanya.

***

Kenta sudah lelah disakiti berkali-kali oleh Anna. Bukan perasaan, ya! Tapi, yah, kalian pasti sudah mengerti. Dibenturkan ke dinding, dan diinjak kakinya. Apakah menurut kalian itu bukan tindakan yang menyakitkan? Tentu saja menyakitkan!

Tapi rasa sakit itu terkalahkan oleh rasa penasaran cowok hiperaktif ini. Karna Kenta sudah kapok, Kenta hanya akan membuntuti Anna dari belakang.

"Dia rumahnya dimana, sih?"

Kenta memandang punggung Anna yang semakin lama semakin menjauh dari gerbang sekolah. Kenta menyernyit. Kenapa Anna tidak dijemput di depan gerbang sekolah saja? Kenapa sampai ia perlu berjalan kaki sejauh itu dari sekolah? Padahal banyak sisi jalan yang aman digunakan untuk parkir yang tidak jauh dari gerbang sekolah.

Karna Kenta membawa motor sendiri, ia tidak perlu pusing memikirkan kabar penjemputnya. Hal itu membuat Kenta lega, karna ia bisa leluasa meladeni penasarannya.

Kini Kenta ikut berjalan dibelakang Anna, sedikit lebih jauh, agar Anna tak mendengar langkah kakinya.

Akhirnya, Anna berhenti tepat di halte bus. Niat kenta untuk ikut kesana terpatahkan. Bus yang ditunggu Anna tiba tepat waktu. Tanpa berfikir panjang, Anna langsung memasuki bus tersebut.

"Ah, sial! Kenapa gue dari tadi gak bawa motor aja?"

***

Kenta mengusap-usap rambut basahnya tak beraturan dengan handuk putih. Ya, dia habis mandi. Kalian mau tau jam berapa? Jam 8 malam. Kenta mengambil kaos polos berwarna hitam dan celana pendek berwarna putih, itu adalah model simpel kesukaannya.

Seusai memakai baju, Kenta beranjak ke kamar abangnya, Oskar.

Seperti biasa, Kenta mendobrak pintu Oskar untuk memasuki kamarnya. "ONGGGG!!" Panggil Kenta. Ong adalah panggilan sayang Kenta untuk Oskar.

Eits! Jangan salah paham dulu. Mereka lurus kok, mereka tidak brocon. Kenta memanggil abangnya Ong karna Oskar memang bisa dibilang sipit seperti orang China.

Yaa.. enggak sipit-sipit amat, sih. Tapi, mungkin Oskar akan menerima penghargaan 'Anggota Keluarga Pranaja Tersipit'.

"Gue mo nge-date! Jangan ancurin kamar gue, ya, jing!" Kata Oskar sembari merapihkan kemejanya.

MimosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang