Tentang Aksa

92 9 16
                                    

Kalau ada typo tolong kasih tau di kolom komentar 🙏

Selamat membaca......

"Jangan ingatkan aku tentang penderitaanmu lagi, aku benci ngeliat kamu sakit dan sedih."
-Aksa Rafrdhan-


Deburan ombak mengalun, bergulung dan menerjang terumbu karang kemudian hilang. Menyapa lembutnya pasir putih di sepanjang mata memandang. Semilir angin menerpa rambut seorang pria yang tengah terduduk di tepi pantai. Sesekali pria itu mengusap wajahnya dengan gusar.

Terlihat sebuah kapal yang perlahan-lahan menjauhi dermaga. Nampak kecil, layaknya kita dimata Tuhan. Semakin lama kapal tersebut menghilang bagai ditelan kejamnya lautan.

Tuhan yang dengan kebenaran postulat masih saja ada yang meragukan keberadaan-Nya. Yang Kuasa-Nya tak bisa ditandingi apapun di muka bumi ini. Namun, terkadang manusia dengan pikiran yang begitu kerdil dan tak tahu apa-apa, yang katanya adalah penganut kebenaran malah mengingkari Sang Maha Benar itu sendiri.

Hiruk pikuk keramaian wisatawan tak mengusik pria itu. Bahkan pria itu seolah-olah abai pada keadaan sekitar.

Terdengar gelak tawa dari wisatawan yang menikmati indahnya suasana pantai. Sebentar lagi senja akan menghampiri, terlihat dari sang surya yang akan kembali keperaduannya.

Pria itu tetap duduk dengan tenang tanpa ada tanda-tanda akan beranjak dari posisinya saat ini.

Keputusasaan terlihat jelas tengah menghampiri pria itu. Mata yang biasa memancarkan binar bahagia kini hilang begitu saja. Mata yang biasa memandang dengan ketulusan kini tampak menghilang. Jiwa yang penuh dengan cinta kini telah pudar.

Ia tengah merasa menjadi manusia yang paling menderita. Memang, setiap orang dengan cara dan perasaannya sendiri menganggap kesedihannya adalah hal yang paling berat di dunia, sebab segala sesuatu dirasakan lebih pahit daripada apa yang didengar dan dilihat.

Ia merasa hancur. Ia merasa dikecewakan berkali-kali. Ia merasa ditinggalkan, dicampakan dan dihempasakan pada dunia paling dasar.

***

"Aksa sini!" teriak seorang gadis bersurai panjang dengan semangat, seraya melambaikan tangannya pada pria yang dituju.

"Cepetan!" perintah gadis tersebut tanpa menghilangkan senyuman pada wajah ayunya.

Nampak pria itu sedikit berlari untuk menghampiri gadis yang baru saja memanggilnya. Terlihat sorot bahagia terpancar dari mata yang memiliki warna coklat terang itu.

"Kenapa?" tanya seorang pria yang dipanggil Aksa tersebut.

"Kamu yang kenapa? Kamu kaya gak suka gitu aku ajak kesini." gadis itu mengerucutkan bibirnya dengan kedua tangan bersedekap di depan dada.

"Aku suka kok." jawab pria itu. Singkat, padat dan jelas.

"Ihhhh kelihatan banget tau kamu bohongnya." terdengar kekehan dari mulut sang gadis seraya mendorong pelan bahu sang pria. Namun tindakan itu tidak berpengaruh sama sekali pada sang pria.

"Aku tau kamu kesini karena aku yang paksa." ucap gadis itu dengan melirik sang pria lewat ekor matanya. Tampak menawan jika dilihat dari sudut pandang si gadis.

Gadis itu menarik lengan sang pria dengan niatan unuk membawanya lebih dekat lagi dengan pantai. la ingin mengajaknya bermain air. Senyuman selalu menghiasi wajah cantik gadis itu, yang ajaibnya dapat menular ke seorang pria yang sedari tadi hanya menatap gadis tersebut.

Pasir putih terasa begitu lembut dikaki telanjang mereka tanpa sepatu ataupun sandal.

Deburan ombak di tepi pantai membasahi mata kaki mereka, terasa dingin dan menyejukan. Setelah beberapa lama bermain air, mereka pun duduk bersebelahan, memandang hamparan laut biru ciptaan Tuhan, begitu Agung dan besar Kuasa-Nya.

"Indah ya, aku pengen terbang ke langit. Aku pengen ngerasain gimana rasanya mandang senja dari sana." menunjuk sudut langit dengan warna paling cerah.

"Kenapa suka senja?" Aksa yang begitu penasaran bertanya dengan antusias, mengapa gadis di sebelahnya tak pernah melewatkan waktu senja begitu saja tanpa menikmatinya.

"Senja itu penuh romantisme loh, apalagi ada kamu. Sebelum kenal kamu, aku kira semua senja sama indahnya. Tapi setelah kenal kamu, senja cuma indah kalo dinikmatin bareng kamu."

"Dasar tukang gombal." cibir Aksa pada gadis di sampingnya sambil tertawa terlihat bahagia.

"Ihh gak percaya! Senja banyak ngajarin aku, bahwa di dunia ini gak ada yang abadi. Bahwa indahnya siang pasti akan digantikan dengan kelamnya malam. Duka pasti akan diganti suka. Sedih akan jadi gembira. Kita sebagai manusia cuma punya tugas berbaik sangka sama Allah yang Maha Kuasa. Dan sakit yang aku alamin pasti akan berbuah kebahagiaan nantinya. Seandainya gak di sini pasti disana." sang gadis memandang langit, ia begitu terlihat serius.

"Kamu pasti sembuh. Jangan ingetin aku tentang penderitaanmu lagi, aku benci ngeliat kamu sakit dan sedih."

"Aku gak menderita kok, kamu bikin hari-hariku bener-bener bahagia. Jangan ninggalin aku ya." pinta Abiya pada Aksa.

Gadis bernama Abiya itu menatap Aksa dengan penuh harap. Aksa yang ditatap demikian langsung mengalihkan pandangannya menuju arah yang lain. Ia tidak suka melihat gadisnya terlihat sedih.

"Mana mungkin aku ninggalin kamu, kamu orang paling berharga dalam hidupku. Aku yang gak pernah mendapat bahagia ini gak mungkin meninggalkan sumber kebahagiaan aku. Aku sedari kecil selalu sendiri, gak punya siapa-siapa, gak ada yang peduli sama aku, dan kamu dateng menerima dan peluk aku dengan bahagia"

"Kamu gak sendiri Aksa! Kamu punya mama, punya papa."

"Tapi mereka gak pernah peduli sama aku." ungkap Aksa dengan nada kecewa.

"Jangan berburuk sangka Aksa, mereka bekerja keras begitu kan untuk kamu juga. Dalam suasana hati yang kurang nyaman, manusia memang paling mudah untuk berburuk sangka."

"Enggak, apa yang mereka lakuin cuma buat diri mereka sendiri. Senja udah hampir habis, balik yuk."

Ditariknya gadis itu dan dengan bergandengan tangan mereka menuju tempat parkir mobil. Mereka tampak serasi dan bahagia. Gelak tawa terdengar dari mereka berdua.

***

Dukkk...

Sebuah bola mengenai bahu pria itu. Menariknya kembali pada kenyataan yang ada. Membuyarkan fikiran yang dipenuhi oleh kenangan masa lalu.

"Maaf ya, Kak." ucap seorang bocah perempuan seraya mengambil bolanya kembali. Kemudian bocah perempuan itu berlari meninggalkan Aksa.

Ya, pria itu Aksa Rafrdhan seorang yang memiliki kisah hidup yang rumit seketika tersenyum miris, menatap senja yang kembali ke peraduannya.

"Tuhan jika KAU memang ada kenapa kecewa selalu datang menyapa?" ujarnya dengan nada sarat akan kesedihan.

.
.
.
.
.

Jika kalian suka dan tertarik dengan cerita ini, jangan lupa komen dan vote yaaa....
Terimakasih 💞

Pict © Pinterest

KALAM SEMESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang